“Kamu hidup di tengah-tengah rumah ini aja udah merupakan keberuntungan, beraninya bilang dajal. Harusnya kamu bersyukur, bukan malah ngata-ngatain!” hardik Daffin. Dih, sombong. Pikir Nona geram. Daffin lalu membanting tubuhnya ke kasur, membiarkan sepatunya masih menempel di kaki. Nona mematung, masih perlu waktu untuk menyadarkan dirinya dari kejadian hari itu. rasanya benar-benar seperti mimpi. Ayahnya bilang, Om Hendrawan adalah orang baik, keluarganya juga pasti baik. Tapi kenapa Daffin malah seperti monster ular kadut begini? “Kenapa bengong? Lepasin sepatuku ini!” titah Daffin melirik Nona. “Enggak mau,” polos Nona sambil menggeleng. Daffin terkejut, bagaimana mungkin gadis itu membantahnya? Berani sekali dia? Memangnya dia siapa? “Kamu membantah perintahku?” “J