Nona langsung memeluk Arman sesaat setelah ayahnya itu membukakan pintu untuknya. “Ayah apa kabar?” ucap Nona tanpa melepas pelukan. “Baik.” Arman mengelus punggung putrinya. “Loh, ini ada apa? Kok, kayak setahun tidak bertemu saja?” “Kangen.” Arman tersenyum. “Ya sudah, ayo masuk.” Nona melepas pelukan, melangkah memasuki rumah mengikuti ayahnya. Arman ke belakang sebentar, lalu kembali membawa segelas teh hangat. “Ayo, ini diminum teh nya.” “Loh, kok ayah bikinin minum untuk Nona?” Nona terharu diperhatikan sedemikian rupa oleh ayahnya. “Nggak apa-apa. Kan kamu anaknya ayah.” “Seharusnya Nona yang bikinin minum untuk ayah.” Nona pun meminum teh pemberian ayahnya. “Maaf, Nona nggak sempat membeli oleh-oleh untuk ayah. Nona datang dengan tangan kosong.” Nona memperl