Sepanjang jam istirahat, Icha di temani Samuel berada di atap sekolah. Icha menceritakan tentang semuanya dan juga rasa bersalahnya.
"Aku tidak tahu semua akan seperti ini," lirih Icha tangisnya masih terisak.
Semakin Icha menceritakan semua yang terjadi menimpa keluarganya perasaan menyesalnya semakin besar ketika dia tahu tentang perselingkuhan sang ayah. Tapi dia tidak memberitahu ibunya memang membuat sang Ibu kecewa kepada Icha.
"Awalnya aku pikir jika aku diam mungkin ayah tidak akan pergi dan pertengkaran mereka tidak akan berujung seperti ini. Tapi ternyata aku salah sebuah kejujuran dan juga kenyataan itu mudah diterima tapi tidak dengan sebuah kebohongan Ibuku bahkan tidak berbicara setelah beberapa hari ini dan aku hanya hidup di tengah-tengah penyesalan yang tidak ada ujungnya," imbuh Icha.
"Semua sudah terjadi, menyalahkan diri juga sudah tidak berguna. Kenapa kamu tidak mengikuti kata ayahmu saja, hidup dengan baik?" balas Samuel.
"Aku ... Aku masih mau mereka," ucap Icha.
"Mereka masih kedua orang tuamu dan akan tetap seperti itu," tegas Samuel.
"Apakah bisa?"
"Ada aku, kamu pasti bisa," angguk Samuel.
Melihat Icha terdiam, Samuel hanya tersenyum meraih tangan jemari kekasihnya.
"Sudah jam masuk, kita kembali. Nanti pulang aku ajak kamu ke suatu tempat," seru Samuel.
Dari belakang Icha melihat bahwa Samuel meminta dirinya untuk tetap kuat dan tidak tergesa-gesa dari senyumnya saja Icha merasa Samuel adalah lelaki yang lembut dan penyabar meski begitu Icha menyangkut perasaannya terkait first impression pada Samuel. Bisa jadi Samuel sedang mencoba untuk menunjukkan dirinya yang jauh lebih baik di hadapan Icha tapi Gadis itu hanya bisa menuruti apapun yang menurutnya selama semua berjalan dengan baik tanpa ada sesuatu hal yang janggal dia hanya akan berteguh kepada langkahnya.
Meski Icha masih belum sepenuhnya bisa menerima orang baru seperti Samuel masuk ke dalam kehidupannya memang tidak mudah di saat kita terpuruk. Kehilangan seseorang yang menjadi cinta pertama dari kehidupan seorang wanita yaitu seorang ayah ditinggal begitu saja tanpa kata akan sangat sulit baginya untuk menerima orang itu sepenuh hati.
Saat masuk ke dalam kelas Icha tidak mendapatkan hal yang janggal ataupun keanehan di antara teman-teman sekelasnya. Mereka masih bersikap seperti biasa seolah-olah tidak ada yang diketahui oleh mereka tentang Icha meski deretan pertanyaan membuat Icha berpikir tentang teman-teman sekelasnya tidak seperti orang lain.
Icha penasaran apa yang terjadi kepada mereka. "Ichaku sayang, kamu jangan khawatir tidak akan ada siapapun orang-orang yang berani mencoba untuk menyakitimu di sini. Jika mereka melakukannya aku sendiri yang paling terdepan untuk menghajar mereka!" seru Nadira.
"Jadi bukan berarti kalian tidak tahu?" tanya Icha.
Terlihat Nadira hanya menggidikkan bahunya termasuk teman-teman sekelasnya, melihat ke arah Icha dan memberinya semangat di luar dugaan dirinya tanpa terasa air mata keluar begitu saja merasa terharu dengan tanggapan teman-temannya terlebih lagi di luaran sana, semua orang akan merendahkannya karena menyandang status sebagai anak broken home.
"Sudah kubilang semua tidak akan seburuk yang kamu pikirkan sebaiknya kamu fokus dengan sekolahmu dan juga kekasihmu ini," tegas Samuel.
"Heleh, seakan-akan Kau adalah seorang pria yang sangat penting saja ingin diperhatikan oleh Icha, dia sempat mendengar ucapan Samuel tadi," cetus Nadira.
"Seseorang yang tidak memiliki kekasih tidak akan memahaminya," sindir Samuel.
"Aku bukan tidak memiliki kekasih, tapi aku hanya malas saja meladeni para pria dan juga deretan keinginannya!" gerutu Nadira dengan wajah kesalnya dia menanggapi ucapan Samuel.
Di tengah-tengah keasikan teman-teman sekelasnya yang berbincang, Icha justru memfokuskan pandangannya kepada pria yang duduk di samping dirinya. Pria tampan yang menggunakan earphone di kepalanya menutupi kedua telinga mendengarkan musik membuat Icha terpaku sejak tadi Samuel tak bersuara serta enggan untuk menatap Icha barang sedetik saja.
Beberapa waktu lalu Samuel masih banyak berbicara kepadanya mengingat jam kosong, sementara yang lainnya sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing lagi-lagi Icha kebingungan, ia meraba wajahnya sendiri memastikan tidak ada apa-apa di wajahnya. Dirinya yang memakai seragam sekolah yang sopan tidak bertingkah aneh lantas berbagai pertanyaan berlalu orang di dalam pikiran Icha, dia masih memikirkan apa alasan untuk meliriknya Icha tetap memperhatikan lambat-lambat tiap inci dari lelaki tersebut.
Seketika Icha merasa silau akan pesona Samuel yang tampak bercahaya sesekali Icha berdehem untuk mencuri perhatian dari lelaki yang bersurai legam itu. Namun Icha tersedak ludahnya karena memaksa untuk berdehem berkali-kali, Icha merapatkan bibirnya kuat-kuat dengan kedua belah pipi yang menggembung karena menahan suara batuknya agar tidak merecoki teman-temannya yang lain sedang berbincang satu sama lain antara Nadira Alexa dan juga yang lainnya.
Sepertinya gerak-gerik Icha yang terlihat kesulitan menahan tenggorokannya yang gatal dan perih sampai ke hidung terus tangkap oleh sudut mata Samuel, sampai lelaki itu memberikan sapu tangan miliknya untuk Icha gunakan. Samuel hanya memberikan sapu tangannya menatap manik mata kebingungan Icha segera disambar oleh Icha dia menutup mulutnya menggunakan sapu tangan sembari melihat ke arah Samuel yang juga menatapnya.
"Jika ingin ada yang kamu tanyakan katakan saja aku akan menjawabnya," ucap Samuel.
"Tidak ada."
Obrolan singkat itu membuat Nadira dan Alexa memusatkan pandangannya kepada kedua orang sepasang kekasih yang berada di hadapan mereka.
"Seperti itu kau obrolan sepasang kekasih?" sindir Alex menahan tawa.
"Ya sudah, kalau begitu sekarang kalian saja yang berbincang dan berdiskusi tentang rencana akhir pekan kita ini!" seru Nadira.
Icha tertegun sejak awal bertemu dengan sosok Samuel, Icha sempat mengambil kesimpulan bahwa pria itu adalah pria kaku, tidak gaul dan super cuek jika semua dugaan Icha benar maka dapat ia pastikan Samuel tidak akan sanggup berhadapan dengannya, karena Icha adalah kebalikan dari sifat-sifat yang Samuel miliki.
Keheningan dipecah dengan sebuah suara berat yang sejak tadi tak banyak bicara sebelumnya.
"Mungkin kamu udah sering dengar tentang saya atau mungkin kamu udah pernah menduga tentang aku," ucap Icha.
"Aku memang pernah melihatmu bahkan sangat sering melihatmu untuk satu kelas pertama ini aku cukup beruntung bisa satu kelas denganmu," balas Samuel.
Icha hanya terdiam dia tidak tahu harus berkata apa tapi rasa bahagia yang dia rasakan kali ini benar-benar tidak bisa dipungkiri ketika ada seorang pria yang masuk ke dalam kehidupannya mungkin bagi Icha kehilangan seorang ayah yang pergi meninggalkannya begitu saja. Sangatlah sulit untuknya jika harus mengganti seorang ayah baru di dalam kehidupannya lagi tapi memiliki seorang kekasih tidak ada salahnya dan dia sudah berpegang penuh akan menerima Samuel sepenuhnya.
Meski dia juga tidak tahu bagaimana caranya Samuel bisa dengan terbuka menerima dia meski tanpa latar belakang yang cukup bagus dimiliki oleh Icha, menurut Icha kehidupan yang sesungguhnya bukanlah saat ini melainkan bagaimana kita bisa menentukan siapa yang akan menjadi pasangan hidup dia untuk kedepannya. Peran seperti apa dan juga bagaimana dia bisa menjalani kehidupan bersama dengan Samuel sebagai kekasihnya dan juga sang ibu yang sudah beberapa hari ini mengacuhkan dia, yang Icha tahu dia hanya perlu menjalaninya tanpa ragu-ragu.