Wanita Malam

3072 Kata
Mendengar tentang pasangan kita berselingkuh adalah hal yang sama sekali membuat kita antara percaya atau tidak. Tapi, melihat langsung tentunya akan membuat perasaan sakit di dalam diri tampak begitu menjadi nyata. Hingga aku khawatir ketika Tuan Angga berada di balik kemudi hingga dia melajukan kecepatan yang sangat tinggi. Namun dia tersadar ketika menoleh ke arahku. Hingga mobilnya terparkir di sebuah pusat perbelanjaan membuatku tertegun. Tuan Angga mengajakku untuk keluar dari mobil dan pergi masuk ke pusat perbelanjaan dan juga menghampiri sebuah toko pakaian stail hingga mereka menyarankan beberapa model pakaian yang harua aku kenakan termasuk keperluanku yang sangat intim terutama pakaian dalam seorang wanita. Tuan Angga memang tidak memahami hal itu dan tidak mau tau tentang apa yang aku lakukan di dalam toko, berteman para pelayan yang melayaniku dengan sangat baik. Dia duduk di sebuah sofa, menunggu aku selesai memilih beberapa pakaian. Masuk keruang ganti dan keluar dengan sebuah dres yang cukup elegan. Membuat Tuan Angga tersenyum tipis, namun dia memerintahkan ku untuk kembali masuk keruang ganti dan mencoba pakaian yang lainnya. Berulangkali aku berganti pakaian dan berulangkali juga Tuan Angga tersenyum tipis, dia terlihat tampak puas melihat hasilnya. Tetapi tetap saja membuat diriku harua masuk keruang ganti dan mengenakan pakaian lainnya seperti apa yang di sarankan oleh pelayan. Hingga mencoba pakaian dalam kulakukan diruang ganti hingga membuatku terkejut melihat diriku yang hanya berpakaian pakaian dalam. Tubuh yang membentuk membuatku terkejut, tapi segera ku kenakan pakaianku hingga aku keluar. Dengan rasa lelah setelah mencoba berbagai model pakaian. "Bagaimana? Apakah kau sudah mendapatkan yang kau inginkan?" tanya Tuan Angga. Aku hanya bisa menggidikkan bahu tidak tahu jawaban pa yang harus aku berikan untuk pertanyaan Tuan Angga. Namun para pelayan memberikan begitu banyak bingkisan kepada kami, hingga Tuan Angga tersenyum tipis dan mengajakku keluar dari toko setelah di ikuti oleh para pelayan yang membawa bingkisan kami hingga memasukkan semua bingkisan itu di garasi mobil. "Itu semua ... di beli, Tuan?" tanya ku. "Yaa, bukankah kau sudah mencobanya? Jadi, kau harus mengenakannya. Tapi, saat bertemu denganku, tidak dengan orang lain," angguk Tuan Angga. "Baiklah!" tegas ku saat mendapatkan semua itu. Perasaan lega dan senang tapi, ada juga keraguan ketika aku takut Tuan Angga merasa kecewa dengan diriku yang bahkan tidak mengetahui banyak hal dan juga semua yang ku dapatkan darinya adalah hal yang tidak mungkin jika hanya aku mendapatkan hal itu dengan cuma-cuma. "Kemana kita akan pergi?" tanya ku. "Hmm, tentunya kita akan bersenang-senang. Sepertinya aku muak jika harus kembali ke rumah," jawab Tuan Angga. Meski aku tidak tahu Tuan Angga tampak begitu baik-baik saja tapi, sepertinya hati dan perasaannya tidak sedang baik-baik saja ketika dia dilanda kekecewaan harus melihat istrinya bersama dengan pria lain. Perjalanan panjang yang memakan waktu hingga ternyata aku tahu ketika tuan Angga berhenti dan berbicara dengan penjaga gerbang puncak yang berada di luar kota membuatku terkejut. "Kita ...." "Puncak, ada Villa untuk kita tinggali," sela Tuan Angga. "Berdua?" tanyaku. "Kenapa?" balas Tuan Angga. "Hmm, tidak," gelengan kepala aku juga tidak tahu harus jawab apa. "Ada apa?" tanya Tuan Angga. "Besok aku ada sidang," jawabku. "Hmm, tunda saja," tegas Tuan Angga. "Ya," anggukku. Meski aku tidak berharap mangkir dari persidangan, tapi aku juga tidak berharap akan sidang itu sendiri tanpa ada yang menemaniku untuk menghadapi pengadilan yang akan memberatkan aku tentang Alex. Apalagi penjelasan dari Alex sama sekali tidak berniat untuk mengatakannya, membuatku semakin ragu mempertahankannya, walau hanya sekedar bertanya. Tapi enggan aku lakukan. "Masuklah!" seruan suara Tuan Angga menyadarkam diriku yang masih saja mengingat kenangan tentang Alex yang sama sekali tidak ku duga berpisah secepat itu dengannya. Keluar dari mobil, aku berdiri melihat pemandangan rumah yang menyejukan mata melihat hingga aku mengikuti kemana arah langkah kaki tuan Angga dan memasuki Villa. Perlahan masuk ruangan dan juga nuansa alam tampak membuatku terasa jauh lebih baik saat rasa lelah dan beban selama ini terasa berat untuk ku ungkapkan. "Apa kau lapar?" tanya Angga. "Heem," jawabku mengangguk. "Apa kau bisa memasak?" tanya Tuan Angga lagi. "Sedikit," balas ku. "Simpan tenagamu, nanti jika mau masak buatku. Sekarang kita pesan dari luar saja," tegas Tuan Anggara ku balas anggukan. Meski aku dan Tuan Angga berada di kamar yang berbeda, tapi kamar kami bersampingan tidak memberi jarak jauh untuk berkomiunikasi. Berada di sebuah kamar yang dapat membuat nyaman disana. Perasaanku jauh lebih baik ketika memilih untuk tetap ikut bersama dengan Tuan Angga kali ini masih ragu-ragu. Tapi setelah aku keluar dari kamar mandi kulihat beberapa bingkisan di atas tempat tidurku kini sudah berada di dalam kamar hingga membuatku terkejut saat Tuan Angga berada di balkon kamarku berdiri melihat pemandangan luas di luar kamar. Bergegas aku mengenakan pakaianku hingga setelahnya berjalan menghampiri Tuan Angga dan mencoba untuk menyapa dirinya. "Bagaimana anda bisa berada di dalam kamar saya, Tuan?" tanyaku. "Tadi Aku memanggilmu, tapi sepertinya kau tidak mengunci pintu aku memilih untuk masuk dan menyimpan barang-barang yang di bawa ke dalam. Kau berada di dalam kamar mandi dengan waktu yang sangat lama bukankah kau mengatakan dirimu merasa lapar?" balas Tuan Angga. "Ya, aku sampai ketiduran tadi di kamar mandi saat merendam tubuh. Air hangat yang ada di kamar mandi membuat perasaanku jauh lebih baik dengan tubuhku yang berendam air hangat sedaritadi," jelas ku meski merasa canggung. "Baiklah, kemarilah! Kita makan bersama," ajak Tuan Angga. Dia berbalik arah dan berjalan masuk ke dalam kamar, hingga dia duduk di sofa dan menyiapkan makanan yang sudah dipesan olehnya kuikuti dirinya dan duduk di sampingnya. "Makanlah selagi hangat, Cha. Di saat makanan ini datang mereka masih sangat panas, tapi sekarang sudah tidak sepanas tadi," ucap Tuan Angga. "Tidak masalah, setidaknya masih layak untuk dimakan kan!" seru ku. "Ya," angguk Tuan Angga. Tidak ada perbincangan saat kami sedang fokus dengan aktivitas makan, sepertinya kami memang sudah tidak tahan untuk menahan rasa lapar hingga menghabiskan makanan dalam sekejap. Apalagi makanan itu tampak begitu sesuai selera ku hingga ku menghabiskannya begitu saja. Aku menyadari Ketika tuan Angga menatapku dengan tajam, saat aku sedang masih dalam keadaan mengunyah makanan kutatap kembali dirinya hingga dia mengusap sisa makanan di pelipis bibirku dengan tangannya yang begitu lembut dan sejuk kurasakan. "Kau, sepertinya begitu menikmati makanan yang kita pesan," ucap Tuan Angga, ku balas anggukan sebagai jawabannya. Mengingat aku masih memiliki beberapa makanan di mulut ku dan mengunyah. Namun aku tidak menduga ketika tuan Angga mendaratkan bibirnya mencium bibirku lebih tepatnya dia seakan-akan ingin menikmati makanan yang ku sedang yang aku kunyah. "Ternyata memang makanan milikmu jauh lebih enak dari punyaku!" seru Tuan Angga. Pria yang ada di hadapanku sama sekali tidak memikirkan tentang apa yang kurasakan dengan degupan jantung yang berdetak semakin kencang, ketika dia sudah menciumku tapi mengatakan hal yang sama sekali tidak terduga, ketika dia tersenyum tipis sembari mengusap pelipis bibirnya. Bibir seorang pria berwarna merah jambu memang tampak menarik untuk dinikmati. Namun aku sama sekali tidak bisa mengendalikan cukup jantung yang berdetak sangat kencang, hingga ku beralih mencoba kembali menghabiskan makananku. Merasa sesuatu hal membuat diriku menjadi merasa canggung saat Tuan Angga malah tetap menatapku, dia masih belum selesai dengan aktivitas makannya. "Seharusnya aku memesan makanan yang sangat banyak untukmu untuk membuat dirimu gemuk!" seru Tuan Angga. "Aku tidak memerlukan banyak makanan untuk membuat diriku jauh lebih berisi," protesku. "Lalu apa yang bisa membuatmu lebih berisi?" tanya Tuan Angga. Seketika aku terdiam saat melihat dia malah menggoda diriku dengan pertanyaan yang sensitif bagi seorang wanita. "Apakah kamu menggoda aku?" tatapku dibalas gelakan tawa oleh Tuan Angga. Perasaan begitu nyaman ketika pria dingin seperti Tuan Angga dapat tertawa lepas dihadapanku. Meski aku tahu perasaan yang sedang melanda Tuan Angga dalam kesedihan hubungan rumah tangganya yang tidak menentu. Tuan Angga menceritakan tentang perasaan dan kehidupannya yang mulai gamblang tidak tahu harus melakukan apa ketika sudah mengetahui istrinya ternyata bermain serong di belakangnya. Apalagi terang-terangan dia berciuman dengan pria lain. "Apakah aku sudah melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan dia?" pertanyaan Tuan Angga membuatku terkejut, aku tahu kemana arah dia bertanya. "Tuan, jika tersakiti untuk apa membalas dengan saling menyakiti? Apakah tidak seharusnya Anda saling bertanya dan berbicara dengan istrimu?" pada akhirnya aku mencoba untuk bertanya dan memberanikan diri memberikan saran kepadanya. "Sudah, aku sudah mempertanyakannya dan dia meneriaki diriku dan mengatakan bahwa dia sama sekali tidak memiliki sebuah rasa dan cinta untuk pernikahan antara aku dengan dirinya. Meski sudah terjalin lama dan juga banyaknya anak-anak di dalam kehidupan kami mendengar," penjelasan Tuan Angga membuatku terkejut. Apalagi ada seorang wanita yang dengan lantang mengatakan hal seperti itu dengan penuh kejujuran. Juga perselingkuhannya dengan pria lain tepat di hadapan suaminya, terlihat Tuan Angga merubah raut wajahnya menjadi berat memikirkan masalah yang sedang dia hadapi hingga tawa dan semangat tadi hilang begitu saja, saat ia membicarakan tentang istrinya. Aku kebingungan hal apa yang dapat membuat tua naga kembali jauh lebih baik lagi tanpa memikirkan tentang masalahnya. Dan dari situlah aku terpikirkan tentang kegunaan ku berada disampingnya kuberanikan diri untuk menyentuh tangannya dan menggenggam erat. "Tuan, maafkan atas kesalahanku yang malah bertanya tentang hal yang bahkan aku sendiri tidak memahaminya memberi saran kepadamu hanyalah akan memberikan proses sakit untuk diri Anda tanpa memperbaiki perasaan yang sedang Anda miliki saat ini, maaf aku ...." "Apa yang sedang kau bicarakan?" sela Tuan Angga menatapku membalas cengkraman tangan. "Aku ...." Tuan anggap menarik diriku dia mencium bibirku dengan mendalam, hingga membuat aku hanyut dan juga membalas ciumannya. Aku memang sudah lama sama sekali tidak mendapatkan sentuhan dan ciuman seperti yang dilakukan oleh Tuan Angga saat ini kepada diriku. Selama ini, Alex memang menghindari diriku hingga perceraian pun yang sudah terjadi. Aku sama sekali tidak bertemu dengannya hingga membuat semua beban yang ku miliki aku kubur di dalam diriku. Meski sebuah perasaan yang ku korbankan sama sekali tidak berarti Bagi siapapun terutama Alex pria yang ada di hadapanku kali ini, tampak menikmati ciuman yang kami lakukan hingga dia mendorong tubuhku dan an-naml buatku bersandar di sofa tanpa melepas pautan ciuman antara aku dengan dia. Tuan Angga menyentuh wajahku tanpa mencoba untuk menghentikan aktivitasnya hingga dia melepas ciumannya, dia yang berada di atas tubuhku menatap dengan lembut sabar tersenyum tipis ibu jarinya menyentuh lembut pelipis bibirku dengan pandangan yang tidak bisa ku artikan. Ketika dia kembali mengulang ciumannya, hingga membuatku tidak bisa mengelak tentang ciuman yang begitu berpengalaman dia lakukan juga menelusuri setiap ruang ciuman kami. Aku tahu keberadaanku di sini bersama dengan Tuan Angga tidaklah semudah yang yang terlihat dan kubayangkan, hal seperti saat ini pasti akan terjadi jika sepasang wanita dan pria berada di kamar yang sama. Jika bukan karena saling menghargai tentunya akan saling menikmati tapi Tuan Angga begitu menyukai ketika mencium habis mulutku, hingga dia melepaskan diriku tanpa mencoba untuk terlalu jauh melakukannya. Dia melepas diriku hingga bersandar di sofa yang sama dengan deru nafas yang mulai teratur antara aku dengan dirinya. "Aku tidak tahu jika berciuman dapat membuat perasaanku jauh lebih baik, apalagi saat aku melakukannya kepadamu," ucap Tuan Angga tersenyum tipis melihat ke arahku yang masih terdiam hanya mengangguk namun kecupan mendarat di pipiku ketika senyuman dia tampak terpuaskan dengan diriku. "Aku baru tahu perasaan saat ditemani oleh wanita malam seperti dirimu, orang lain tampak begitu menikmatinya dalam waktu sesaat. Tapi aku tidak ingin mengakhirinya saat menghabiskan waktu bersamamu," ucap Tuan Angga lagi. "Maksud anda wanita malam seperti apa? Apakah anda beranggapan kalau saya adalah seorang wanita malam?" tanyaku tidak bisa menerima tentang ungkapan dari tuan Angga tentang diriku sendiri. "Apa kau bodoh? Bukankah kau bersama dengan Siska dan bekerja sebagai wanita malam lalu apa yang kau lakukan bersama dengan Siska pergi dan menghampiri para pria yang kesepian seperti kami?" tanya Tuan Angga, dia memperbaiki posisi duduknya hingga menatapku dengan penuh pertanyaan yang sama sekali tidak kuduga. "Tuan, aku pergi bersama di Siska ketika dia menawarkan ku pekerjaan di hari yang sama saat aku bertemu dengan Anda untuk pertama kali. Dia memintaku untuk menemani kliennya dengan memberi beberapa minuman untuk mereka. Apakah itu disebut wanita malam?" tanyaku. "Hahaha, dasar gadis bodoh! Sudah kuduga kau sama sekali tidak memahami tentang apa yang sudah kau lakukan. Aku tahu saat kamu menemaniku sepanjang malam di hari itu. Tapi kali ini aku mulai memahami hal apa yang sedang dialami oleh dirimu sebenarnya kau hanya perlu memilih yakin dengan langkahmu atau berhenti saat ini juga. Karena jika sudah berada di dunia malam, kau tidak akan bisa keluar lagi." Mendengar penjelasan dari tuan Angga membuatku terdiam, mencoba untuk mencernanya ternyata pekerjaan mudah yang mempercepat seseorang untuk memiliki banyak uang adalah menjadi seorang wanita malam seperti yang dikatakan oleh Tuan Angga. Pantas saja aku melihat Siska jauh lebih baik ketika dia setiap kali pergi bersama dengan kelahirannya disibukkan dengan pekerjaan yang begitu mudah dan menyenangkan seperti apa yang dia lakukan. Termasuk yang kurasakan ketika bersama dengan Tuan Angga. "Sudahlah, jangan terlalu banyak dipikirkan bukankah kau menjadikan aku sebagai Tuanmu. Sebaiknya kamu tetap bersamaku dan aku akan menjamin dirimu memiliki kehidupan yang jauh lebih baik terutama kehormatanmu. Aku tidak ingin melukai apalagi menodai seorang wanita baik-baik seperti dirimu yang ternyata malah terjerumus ke dunia seperti ini Apakah kau mau menjadi kekasihku?" Ungkapan dan pernyataan dari Tuan Angga membuatku terkejut, hingga aku tidak tahu harus mengatakan apa. "Kenapa kamu tidak bersedia?" tanya Tuan Angga lagi. "Bukankah kita sudah berciuman barusan? Apakah itu tidak cukup untuk menandakan hubungan antara kita berdua?" balasku perasaan yang tampak asing dan kesan yang sama sekali tidak pernah ku pikirkan tentang aku malah menjalin hubungan dengan pria yang sudah beristri di hadapanku. Hal itu membuat diriku tidak bisa memungkiri tentang apa yang terjadi antara aku dengan dia. "Kau hanya perlu mengisi kekosongan ku dengan wanita itu, menjadi teman bercerita itu sudah jauh lebih cukup untukku," tegas Tuan Angga kubalas anggukkan meski ciuman antara kami berdua sempat terjadi. Namun hal yang tidak mungkin jika hal yang lebih dari sebuah ciuman terjadi antara aku dengan dia, mulai ada perasaan takut aku kepada pria yang ada di hadapanku ini tapi sepanjang Dia berbicara tidak ada gerak-gerik yang mencurigakan dari tuan Angga hingga aku mulai merasa nyaman bersama dengannya bercerita tentang kehidupan dan juga pekerjaan tuan Angga membuat aku merasa nyaman dan jauh lebih baik tanpa merasa waspada untuk dirinya. "Sepertinya ini sudah sangat malam sebaiknya kita tidur terlebih dahulu, nanti kita akan berjalan-jalan menikmati pemandangan," ucap Tuan Angga. "Apakah kita akan pergi tidur?" tanyaku. "Kenapa, kau tidak mengantuk atau kau berharap sesuatu terjadi antara kita berdua?" tanya Tuan Angga, ku balas gelengan kepala dengan cepat hingga gelak tawa terdengar dan terlihat dari Tuan Angga, mimik wajahnya jauh lebih baik kali ini jauh dari sebelumnya. Dia mengavak sembarang rambutku dan pergi keluar dari kamar setelah mencium kening dan juga bibirku yang membuat aku merasa detak jantungku berhenti dalam sekejap. Setelah Tuan Angga benar-benar keluar dari kamar dan menutup pintu. "Apakah aku sedang bermimpi, kenapa aku sama sekali tidak menolak apa yang dia lakukan? Apakah sekarang aku benar-benar memiliki hubungan dengan pria yang sudah memiliki istri? Apakah semua ini salah, lalu apa yang harus aku lakukan?"" Sepanjang malam aku pikirkan dan bergumam tentang apa yang terjadi kepada diriku, hingga malam itu juga aku sama sekali tidak tertidur rasa takut ketika Tuan Angga tiba-tiba saja masuk seperti apa yang dia lakukan tadi dan melakukan hal yang tidak seharusnya terjadi antara kami berdua. Saat rasa kantuk mulai menyerang ku tiba-tiba sebuah ketukan di balik pintu membuatku terkejut hingga aku tanpa pikir panjang berlari. Setelah turun dari atas tempat tidur dan membuka ya aku terkejut ketika tuan Angga sudah berpakaian rapi mengenakan kan pakaian olahraganya tersenyum tipis ke arahku. "Gadis cantik, kau tidak tidur kah? Kenapa masih mengenakan pakaian semalam, jangan bilang kepadaku kau benar-benar tidak tidur?" tanya Tuan Angga. Perasaan canggung dan terkejut saat melihat tuhan anggap berada tepat di hadapanku, membuatku kebingungan kalangkabut untuk menjawab pertanyaannya. "Kau ini ini benar-benar akan membuat orang-orang di sekitarmu tampak khawatir ketika dengan kelakuanmu seperti ini. Awalnya aku ingin mengajakmu untuk berlari pagi, tapi sepertinya kau malah mulai mengantuk untuk tertidur. Pergilah beristirahat ini masih pagi setidaknya kau harus tertidur meski hanya sebentar saja nanti aku akan membangunkan mu lagi." Tuan Angga mengacak rambutku dengan lembut hingga dia pergi dari hadapanku setelah mengharuskan aku untuk tertidur. Aku berbalik masuk ke dalam kamar dan melempar tubuhku di atas tempat tidur dengan sembarang lebih tepatnya aku membelakangi langit-langit kamar untuk tertidur dengan pulas setelah semalaman menahan rasa kantuk alih-alih takut Tuan Angga masuk dan memperlakukan sesuai dugaan dan rasa takut yang menyeruak di dalam pikiranku. Dunia yang terasa damai dan indah kurasakan saat aku setengah terbangun dari rasa kantuk yang memberatkan diriku semalaman. Hingga kudengar sebuah kutukan di balik pintu kamar Meski aku sudah sadar akan hal itu, tapi aku tidak bergegas bangun dan membukanya malah aku terkejut saat tuan Angga duduk tepat di hadapanku dengan senyuman wajahnya membuat diriku bergegas bangun dari tidur dan duduk hingga menatap tajam kearah Tuan Angga dengan debaran jantung ku yang berdetak sangat kencang. "Hei, apakah aku semenakutkan itu hingga kau terkejut seperti itu?" protes Tuan Angga membuat aku mencoba untuk menenangkan diriku sendiri hingga memperjelas penglihatanku tentang Tuan Angga. "Lain kali kau tidak diperbolehkan untuk bergadang seperti semalam. Memangnya apa yang kau lakukan sampai-sampai tidak bisa tertidur jika seseorang yang kekurangan tidur? Mereka akan menjadi bodoh dalam sekejap meski sepintar apapun orang itu mendengar!" gerutuan Tuan Angga aku mengangguk membenarkan ucapannya dan menuruti segala apapun yang dia katakan. Hingga dia memerintahkan diriku untuk bergegas bangun dan membersihkan tubuh kali ini. Berdiri dibawah percikkan air shower membuat diriku jauh lebih segar, apalagi mengingat hal yang ternyata sama sekali tidak terjadi antara aku dengan tuan Angga dan perasaan yang mengkhawatirkan sikap Tuan Angga kepadaku tampak terlihat jelas dia bersikap lembut dan halayak nya teman. Saat hanya berdua saja denganku mengingat tentang ungkapan dia bahwa diriku adalah wanita malam membuat aku sedikit merasa tersinggung dan waspada akan dirinya tapi setelah perlakuan Tuan Angga terhadap diriku dengan baik. Perasaan nyaman kurasakan ketika kami sudah berada di ruang makan bersama dia membuatkan sarapan pagi untuk ku tanpa ragu-ragu, menyuapkan makanan ke dalam mulutku membuatku terkejut saat aku sedang menahan kantuk. Dengan berulang kali menguap meski sudah merasa jauh lebih baik tapi rasa kantuk dan menguap pasti akan sering terjadi bagi siapapun yang bergadang sepanjang malam. Melakukan aktivitas sarapan pagi hingga berbincang bersama di pagi hari dengan Tuan Angga tampak perbincangan antara aku dengannya baik-baik saja. Tanpa melakukan hal lazim yang kutakutkan selama ini hingga Tuan Angga mengajakku untuk pergi berjalan-jalan menikmati pemandangan sembari melupakan banyak hal yang menimpa diriku dan juga dirinya. Kami berjalan sambil bergandengan tangan berjalan menikmati pemandangan dan suasana yang menenangkan, seperti saat ini duduk di bawah pohon sembari menikmati pemandangan duduk di bawah pohon antara aku dengan Tuan Angga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN