Mengungkitnya

1536 Kata
"Sayang?" tanya Alex menggenggam tangan dengan pandangan lembutnya. "Hmm?" jawab Ku. "Katanya kita harus bulan madu." "Kata siapa?" balas Ku. "Banyak yang bilang," tegas Alex. "Aku belum mau hamil," tolak Ku. "Hah?" "Aku ... Masih ...." "Bodoh, apa yang kamu pikirkan? Aku bukan tipe pria yang menekan wanitanya," seru Alex. Dia memujul kepalaku dengan pelan, setelah kami yang awalnya berjalan kembali bergandengan tangan, keluar dari restoran. Kini saling berhadapan dengan Alex menatapku dengan tegas, hal yang sama sekali tidak pernah kuduga ketika dia mencium keningku di depan umum tanpa ragu-ragu dan rasa malu. Perasaan yang sama sekali tidak pernah aku rasakan, ketika malah merasa bahagia dan nyaman saat Alex melakukannya kepadaku. "Kau terlalu jauh memikirkan tentang aku menginginkan seorang anak dengan cepat, justru aku ingin menikmati hari-hari dan waktu berdua saja terlebih dahulu tanpa ada yang mengalihkan perhatian mu dari ku." Ucapan Alex terdengar membuat aku sedikit merasa malu, saat terpikirkan bahwa seorang pria sejati hanya akan memikirkan tentang hal yang membuat dirinya akan merasa menjadi pria yang bangga dengan segala keturunannya. Tapi ternyata Alex tidak terpikirkan akan hal itu dan dia malah menegaskan untuk menghabiskan waktu bersama denganku. Ada begitu banyak orang yang berlalu lalang di depan dan belakang kami berdiri. Namun aku dan Alex merasa bahwa dunia ini adalah milik kami berdua, tanpa merasa terganggu dengan mereka yang memperhatikan dan berkemungkinan besar merutuki tingkah kami yang jauh lebih romantis dibandingkan mereka. "Kau tahu entah perasaan apa saat aku mendengar ucapanmu, terasa menyenangkan saat kamu mengatakanbya. Usiaku masih muda dan kamu juga masih muda, aku tidak mau ditumpukki masalah dan membuat semua anak-anak ku menderita karena ulahku. Maka dari itu aku tidak ingin memilikinya lagi," jelas Ku. "Bukan karena aku bukan Samuel kan?" Pertanyaan Alex membuatku terkejut, setiap ucapannya sama sekali tidak pernah kuduga. Apalagi dia sampai terpikirkan tentang pria yang bahkan sudah hilang di dalam kehidupanku. "Apa yang kamu pikirkan! Aku bahkan sama sekali tidak pernah terpikirkan dengan pria itu. Kau mengungkitnya saat ini benar-benar membuatku kecewa!" Seketika aku melepas pegangan tangannya, dengan wajah kesal dan sedih. Hingga aku berjalan tanpa menghiraukan nya. "Sayang maafkan aku, bukan maksudku untuk mengatakannya!" Alex mencoba untuk meminta maaf dan membujuk. "Aku tidak percaya jika pernikahan baru beberapa hari denganmu dan kau malah mengungkit orang lain yang pernah menjadi duri di dalam kehidupanku. Kamu terlalu sibuk dengan pikiranmu sendiri Alex dan aku kesulitan untuk mengerti cara pikirmu dan juga sifatmu!" "Iya, aku minta maaf, Sayang!" seru Alex masih mencoba untuk membujukku. Aku tetap berjalan dan pergi menaiki taksi tanpa mencoba untuk beralih dan melihat ke arah suamiku. "Sayang, dengarkan aku dulu! Aku tidak bermaksud seperti itu!" Alex masih mencoba menghentikanku. Aku sama sekali tidak menghiraukannya dan pergi begitu saja. Namun saat mobil melaju dengan kecepatan sedang aku memilih untuk berbalik melihat ke arah suamiku yang terdiam karena aku. "Pak, bisakah memelankan kecepatannya! Aku hanya kesal pada suamiku saja." Aku mencoba untuk meminta supir taksi memelankan kecepatan kendaraannya, saat aku lihat Alex bahkan tidak bergeming saat ia berdiri tidak mencoba untuk mengajar ataupun kembali ke tempat parkir membuatku tidak percaya, jika dia malah terdiam dan duduk di sebuah kursi di depan restoran. "Apa yang sedang dipikirkan oleh Alex? Bukankah ini sudah malam, kenapa dia malah tidak langsung pergi dari sana!" gerutu Ku. "Pak, terima kasih atas tumpangannya dan ini untuk Anda!" Aku memberikan selembaran kertas dibalas anggukan oleh Sopir itu setelah dia mengambil bayarannya. Berbalik aku berjalan mencoba untuk menghampiri kembali suamiku dan berdiri tepat dihadapannya. Saat dia terkejut dan melihat ke arahku dengan raut wajah sedihnya dia bergegas untuk berdiri dan memelukku dengan sangat erat. "Maafkan aku, lain kali aku tidak akan pernah melakukannya apalagi bertanya tentang hal itu aku hanya merasa takut takut ketika kau bahkantidak bisa menghilangkan cinta untuk dirinya dan memberikan cintamu untukku. Tapi ternyata aku jauh lebih takut kehilangan dirimu, dibandingkan kamu yang pergi bersama dengan pria lain. Maafkan Aku, karena kebodohanku. Kamu menjadi merasa kesal, maafkan aku, aku ... tidak ingin kehilanganmu!" seru Alex. Mendapatkan sentuhan dan pelukan dari Alex membuatku terkejut, apalagi dengan perasaan bersalah saat pelukan Alex penuh dengan getaran rasa ketakutan di dalam dirinya. Terlihat nampak jelas saat Alex memelukku dengan segala ucapan minta maaf nya. Padahal yang ku tahu, aku bahkan marah tidak bersungguh-sungguh kepadanya hanya memberi peringatan kepada dirinya. Tetapi dia menanggapinya dengan perasaan menyesal, yang sama sekali tidak pernah kuduga dia memelukku dan berkemungkinan di pelukanku, dia meneteskan air mata. Namun sepertinya Alex menyeka nya tanpa sempat aku lihat. "Ternyata tuan muda yang terkenal dengan kepandaiannya, juga bisa melakukan hal bodoh seperti itu. Aku bahkan berniatuntuk tidak memaafkanmu, jika kau tidak memeluk ku saat ini juga," tegas Ku. Alex semakin mempererat pelukannya mengangguk dan mencium punggungku dan juga pipiku dengan sangat intens, dia menyesali perkataannya yang membuatku aku marah meski yang ku lakukan hanyalah berpura-pura marah kepadanya. "Lain kali aku tidak akan melakukannya," gelengan kepala Alex yang penurut membuatku tersenyum. Aku tersenyum mengangguk. "Apa kita jadi pulang?" tanya Ku. Dibalas anggukan oleh Alex senyumannya, membuat perasaanku jauh lebih baik dari sebelumnya apalagi saat dia kembali memegang tanganku dan kami berjalan kembali pergi dari sana. Hingga masuk ke dalam mobil, Namun seperti biasa , Alex selalu memasangkan sabuk pengaman untuk diriku padahal aku juga bisa melakukannya. Namun dia selalu merepotkan dirinya sendiri, untuk memasangkannya untukku. "Kamu harus baik-baik duduk disampingku dan tidak boleh pergi kemana-mana! Apakah Sopir itu melihat dirimu?" Ucapan Alex dan juga pertanyaannya, membuatku mengangkat sebelah alis tidak memahami apa yang dia katakan. "Maksudmu apa?" tanya Ku. "Aku hanya tidak ingin ada pria lain, apalagi pria tua seperti seorang sopir melihat dirimu," jelas Alex. "Hahaha, lagipula walaupun mereka melihatku mereka tidak akan menginginkan diriku. Sebaiknya kau kurangi kecemburuanmu itu dan mengemudi dengan baik agar kita segera sampai di rumah dan kau bisa sepuasnya melakukan hal apapun kepada diriku ini." Aku merutuki mulutku yang sembarangan berbicara dibalas anggukan dan senyuman semangat Alex, hingga dia terfokus dengan kemudinya tanpa mencoba untuk terpikirkan hal-hal aneh tentang diriku. Meski mendapati hal seperti itu. Namun itu jauh lebih baik dibandingkan Alex terfokuskan tentang kecemburuannya dengan hal-hal yang tidak mungkin terjadi aku lakukan. Dalam perjalanan turun Alex tetap memegang tanganku dengan senyum dan bahagianya kali ini. Apalagi saat melihat ke arah belakang, deretan bingkisan belanjaan yang kami beli tadi benar-benar sangat banyak. Tidak pernah kusangka jika begitu banyak hal yang kami perlukan di rumah, melakukan perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Meski habis berbelanja saja, kami lakukan dan bersenang-senang. Namun tetap saja perasaan lelah itu ada, Alex sama sekali tidak pernah membiarkan diriku lengah, hingga dia menjamah diriku sepanjang pagi tadi. Melaju dengan kecepatan sedang, Alex sesekali melihat ke arahku dengan senyuman dirinya terlihat tampak menyenangkan. Hingga mobil masuk ke area kompleks rumah di mana kami tinggal, memasuki halaman rumah hingga mobil terhenti. "Sebaiknya kamu diam dulu sebelum aku membukakan pintu untukmu!" penegasan Alex membuat ku mengangkat sebelah alis. Tidak percaya dia masih tetap saja memperlakukanku seperti seorang putri. Meski aku sudah terbiasa dan mengatakan kepada dirinya, bahwa hal itu tidak perlu dilakukan hanya akan membuat diriku semakin manja dan bergantung kepada dirinya. Tapi hal itu membuat Alex jauh lebih bersemangat meski dia harus memanjakanku setiap saat. "Selamat datang, Tuan putri!" Ucapan Alex membuatku hanya bisa tersenyum sembari menggelengkan kepala dan aku rutin mengecup bibirnya jika dia berdiri tepat di hadapanku sembari membukakan pintu mobil untukku. Terkadang seorang wanita memang membutuhkan seseorang untuk memanjakan dirinya, apalagi menghilangkan rasa lelah dengan segala tingkah suami dihadapanku. Dia juga memerintahkan penjaga untuk membawa semua belanjaan kami dan masuk kedalam rumah. Perasaan senang terlihat di raut wajah Alex, sembari dia menuntun tanganku masuk ke dalam rumah. Namun hal yang sama sekali tidak pernah aku duga dia menarik diriku ke dalam pelukannya sembari berbisik. "Apakah kamu merasa lelah, Sayang?" Pertanyaan Alex membuatku mengangkat sebelah alis, menatap ke arah dirinya. "Kenapa kamu selalu menanyakan hal seperti itu, tentu saja aku merasa lelah. Apalagi setelah berjalan-jalan diluaran tadi," balas Ku. Alex mengangkat tubuhku, dia menggendong diriku hingga membuat aku merasa canggung dan malu. Namun tetap kurangkul pundaknya untuk mendapati pertahanan diriku tidak terjatuh. "Jika Nona Muda, merasa lelah. Kenapa tidak membiarkan suamimu ini untuk memanjakan dirimu dan memijat tubuh lelahmu ini, Sayang!" Seruan dan ucapan Alex membuatku terkejut hingga hanya gelengan kepala yang bisa kukatakan. Namun Alex tetap berjalan menaiki tangga sembari menggendong diriku meski menurut dirinya tubuhku yang kurus ini jauh lebih mudah untuk dia gendong. Meski harus naik tangga dan masuk ke dalam kamar, hal yang sama sekali aku juga ketika Alex membaringkan tubuhku dan mencoba untuk membuka pakaian yang kukenakan sama sekali tidak pernah kuduga. Apa yang dia lakukan ketika Alex malah memijit kedua kakiku dengan sangat lembut membuat aku merasa nyaman dibuatnya. "Kamu tidak perlu melakukannya, Al! Aku baik-baik saja," protesku. "Bukankah, Nona Muda merasa lelah tadi? Sebaiknya kau diam saja dan aku akan memperbaiki perasaanmu saat ini juga!" seru Alex. Meski merasa canggung. Namun perlakuan pria yang ada di hadapanku benar-benar membuatku tersanjung, hingga aku memilih untuk menarik dirinya dan mencium bibir manis yang berbicara selalu memanjakan diriku bahkan perasaan kesal dan marah ku hilang begitu saja di depan dirinya. Menanggapi ciumanku, Alex tidak mau kalah, hingga dia membalas ciuman yang kulakukan dengan sangat lembut sembari dia memegang wajahku dengan kedua tangannya di atas tempat tidur kami berciuman panas saling membalas satu sama lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN