Raina . . Aku terbangun seperti biasa, kali ini aku memulai aktivitasku di dapur bersama Mama mertuaku. Melihat Leon masih tertidur dengan pulas, aku jadi kasihan dan tidak ingin membangunkannya. “Pagi Ma,” sapaku, kepada mertuaku yang sedang asik meracik bumbu masakan. Sebetulnya aku agak malu, karna mertuaku sudah berkutat di dapur, sementara aku baru keluar dari kamar. “Eh, pagi Ra,” jawabnya singkat. Karena dia sedang asik memotong sayuran. “Ada yang bisa Raina bantu, Ma? Mama masak apa?” tanyaku. Dia seperti sedang berpikir. “Kamu duduk aja, biar Mama yang masak untuk kalian. Udah lama Mama nggak masakin makanan kesukaan Leon. Mama mau buat sup iga sapi sama sate lilit,” jawabnya sambil tersenyum. Mama memang type orang yang baik, meskipun belum lama kami bertemu. Tapi mel