Penasaran, Siapa Kekasih Morgan?

2323 Kata
"Aku tidak menyangka, mantan suamimu ternyata sudah memiliki kekasih. Kau bilang, dia begitu cinta mati padamu. Tapi kenyataannya, ku rasa tidak begitu, sayang." Dante mendudukkan dirinya di kursi single yang ada di dalam kamar calon istrinya, yaitu Elara. Dia menarik tangan wanita itu dan memaksanya untuk duduk di atas pangkuannya. Tentu saja Elara melakukannya dengan senang hati. "Kita tidak perlu lagi memikirkan perasaan Morgan seperti dulu. Cinta kita sama sekali tidak salah sejak awal." lanjut Dante. Pria itu terlihat begitu mencintai Elara dengan sepenuh jiwa dan raga. Sejak dulu, jauh sebelum Elara menikah dengan Morgan. Rasa cintanya semakin tumbuh membesar saat dia mendapatkan kesempatan untuk terus bersama Elara saat wanita itu dulu menikah dengan Morgan. Dante memang menjalin kasih dengan Elara saat wanita itu sudah resmi menjadi istri sahabatnya sendiri. Sering bertemu di luar dan check in di hotel untuk melepas rindu. Bahkan lebih parahnya, mereka pernah melakukan hal tak senonoh di kediaman Morgan itu sendiri. "Dari mana kau tahu dia sudah memiliki kekasih? Yang aku tau, dia sama sekali tidak memiliki kekasih. Dia terlihat masih sendiri." "Dia datang bersama kekasihnya ke acara reuni teman-teman kuliah sore tadi, sayang." jawabnya dan Elara sontak menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin, Dante. Kau pasti sudah salah, wanita itu mungkin bukan kekasihnya. Mana mungkin Morgan mengajak wanita ke acara-acara seperti itu?" Elara masih tidak percaya dengan apa yang Dante katakan barusan padanya. Dia tau betul bagaimana Morgan, mantan suaminya itu jarang sekali mempunyai niatan untuk membawa wanita datang ke acara-acara seperti itu. Contohnya dulu ketika dia menjalin hubungan dengan Morgan, pria itu tak pernah sekali pun mengajaknya datang ke acara-acara reuni dan sebagainya. Kecuali di acara resmi. Itu pun bisa dihitung pakai jari. Karena yang Elara ingat, Morgan ini tipikal jika sudah mencintai seseorang akan terobsesi sekali. Bahkan tidak pernah mau jika miliknya menjadi konsumsi publik. "Kenapa kau jadi membantahnya sayang? Dia sendiri yang memperkenalkan kekasihnya di depan semua orang. Jika kau tak percaya, bisa tanyakan itu pada Steve. Kau tau dia kan?" Elara sontak terdiam seperkian detik, lalu tersenyum ke arah Dante. Tangannya mengusap bahu pria itu untuk menghilangkan tatapan penuh kecurigaan yang Dante layangkan padanya. "Bukannya aku tak percaya sayang, tapi kau tahu sendiri kan dulu dia bagaimana saat masih menjadi suamiku? Dia benar-benar tidak pernah mengizinkan aku untuk pergi bersamanya. Jadi, aneh saja jika tiba-tiba dia datang bersama seorang wanita." "Sayang, mau dia datang dengan kekasihnya atau tidak, apa urusannya juga untuk kita berdua? Oke, mari tutup pembahasan ini." putus Dante dan Elara langsung mengatupkan bibirnya. Wanita itu tersenyum manis saat Dante menatapnya penuh cinta. Lalu berubah menjadi biasa saja saat pria itu menyandarkan kepalanya pada pundak Elara. "Aku bersyukur kau tadi tidak jadi ikut ke sana." "Kenapa begitu?" "Aku takut jika orang-orang membicarakan hal buruk tentangmu. Apalagi jika kau mendengar perkataan Morgan yang sangat buruk." Dante menegakkan tubuhnya, lalu Elara menyatukan tatapannya dengan pria itu. Dia menyentuh sisi wajah pria itu dengan kelembutan. "Memangnya, apa yang pria itu katakan?" "Tidak perlu aku jawab, sebab kau pasti akan sangat sakit hati jika mendengarnya. Morgan itu, memang sangat pandai dalam menyentil hati seseorang dengan perkataannya yang begitu tenang." "Dari dulu bukankah aku sudah terbiasa dengan perkataannya yang begitu? Ayolah Dante, beritahu aku apa yang pria itu katakan tentangku?" "Dia mengatakan jika kau adalah wanita bekas. Dia mengataiku menikah dengan wanita bekasnya. Sayang, aku benar-benar tidak suka saat dia mengataimu seperti itu." Elara tersenyum kecut begitu mendengarnya. Mengetahui jika Morgan lagi-lagi mengatainya sebagai wanita bekas membuatnya ingin sekali mengumpat. Tapi tidak mungkin jika dia meluapkan semuanya di hadapan Dante. Elara tidak mau jika Dante sampai mengetahui sifat aslinya yang seperti apa. Dante hanya tahu jika Elara adalah seorang wanita yang lemah lembut dan penurut. Bukan wanita yang suka memberontak dan memiliki ucapan yang kasar. "Morgan memang tidak pernah berubah," ujar Elara kembali memulai sandiwaranya. "Pria itu selalu saja mengatakan sesuatu yang pedas dari mulutnya. Apa dia tidak pernah puas sudah memperlakukan aku dengan buruk, dahulu?" lanjutnya. Dante menggenggam tangan Elara untuk memberikan kekuatan sekaligus ketenangan bagi calon istrinya itu. Dia tahu jika sejak awal Elara sama sekali tidak pernah dihargai oleh Morgan ketika masih menjadi istri pria itu. "Jangan pikirkan sayang, kau sudah bersamaku sekarang. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi. Anggap saja ucapan Morgan hanyalah angin lalu. Dia bodoh karena sudah menyia-nyiakan wanita seperti dirimu." Elara hanya diam, sukses membuat Dante terus melimpahkan semua atensi padanya. Sekaligus perhatiannya juga. "Aku senang karena bisa mengisi hatimu yang kosong, sayang. Bahkan aku tidak peduli menjalin hubungan denganmu disaat kau masih menjadi istrinya." "Dante, jangan bicarakan itu lagi. Kau sudah berjanji untuk tidak membahasnya. Jika ada orang yang tahu, maka semua orang akan membenci dan menyalahkanmu. Sebab bagaimana pun, orang-orang pasti akan lebih bersimpati pada Morgan." "Maaf sayang," "Tidak masalah." Wanita memilih untuk kembali berdiri dan Dante sama sekali tidak menahannya. Dia hanya mengamati Elara yang sedang berjalan menuju ranjang saat ini. "Dante, boleh aku menanyakan sesuatu?" "Apa sayang? Tanyakan saja, aku akan menjawabnya." "Boleh aku tahu siapa nama kekasih baru Morgan?" Mendengar pertanyaan dari Elara, tentu membuat Dante langsung menaikkan sebelah alisnya. Sedikit terkejut dan merasa aneh saja saat Elara ingin tahu mengenai hal tersebut. Sadar jika Dante menatapnya curiga, Elara langsung buru-buru kembali berkata, "maksudku, siapa tahu aku mengenal wanita itu dan mungkin kami bisa mengobrol nantinya. Sayang, aku tidak mau jika ada wanita lainnya yang mengalami nasib sama sepertiku. Jika Morgan menikahi wanita itu, maka tidak mungkin rumah tangganya akan sama sepertiku dulu." "Aku tidak berkenalan dengan kekasih Morgan. Tapi yang ku dengar dari Steve, nama wanita itu adalah Anne." Elara hanya tersenyum tipis saat mendengar jawaban dari Dante. Dia lantas mengalihkan wajahnya dan terkejut saat tiba-tiba saja pria itu sudah mendekatinya. Bahkan menyentuh pundaknya. "Dante, ada apa—" "Sayang, tamu bulanan mu sudah selesai kan?" sela pria itu bertanya. Tentu saja pertanyaan yang pria itu lemparkan membuat Elara langsung mengerti apa maksud dan juga keinginan pria itu. Tentu saja Dante sedang ingin bercinta dengannya. Elara mengangguk, dan dia pasrah begitu saja saat Dante mulai melancarkan aksinya. Memenuhinya hingga jeritan dan lenguhan panas menyeruak ke seluruh ruang kamar tersebut. +++ Setelah permainan panasnya bersama Dante, Elara langsung berendam air hangat di dalam bathtub. Wanita itu masih memejamkan matanya, merelaksasi tubuhnya yang lelah akibat permainannya tadi bersama Dante. Meskipun dia nampak tenang sekarang, tapi sejujurnya, Elara sedang memikirkan sesuatu. Dia penasaran sekali dengan kekasih baru Morgan. Elara masih tidak percaya dengan apa yang telah dia dengar dari Dante, jika mantan suaminya itu sudah memiliki seorang kekasih. Elara membuka matanya dengan tatapan dingin. Wanita itu masih yakin jika Morgan pasti sedang bersandiwara. "Aku yakin Morgan hanya sedang membodohi ku. Pria itu memang dari dulu sangat mencintai dan terobsesi padaku. Tidak mungkin secepat itu dia memiliki kekasih baru. Sangat tidak mungkin!" Elara mendecih pelan, lalu tangannya mengepal erat di dalam bathtub tersebut. "Morgan pasti hanya sedang ingin membalas dendam padaku. Lagi pula, siapa wanita itu? Siapa Anne kekasih pria itu? Dari mana asalnya dan dari keluarga kaya mana wanita itu?!" Elara mulai penasaran sekali dengan siapa wanita yang bernama Anne itu. Wanita mana yang Morgan gunakan untuk memanasi nya? "Sialan! Aku benar-benar penasaran siapa kekasih Morgan! Seperti apa juga wajahnya?!" Sebelumnya Elara memang sudah menanyakan perihal benar atau tidaknya Morgan datang bersama kekasih barunya pada Steve. Dia cukup terkejut saat Steve mengatakan jika kekasih Morgan yang baru sangat cantik dan juga seksi. Benar-benar paket komplit katanya. Hal itu tentu saja membuat Elara panas dan geram juga. Karena itulah, pikirannya sedang dipenuhi oleh siapa sebenarnya kekasih baru Morgan. Yang Elara yakini jika wanita itu memang pasti hanyalah seorang wanita yang Morgan sewa karena tantangannya beberapa minggu lalu pada pria itu untuk menunjukkan kekasihnya. "Lihat saja, aku akan mencari tahu siapa wanita itu." +++ Siang ini, Morgan tengah berada di sebuah restoran bintang lima yang ada di pusat kota. Dia tengah menunggu seseorang di ruang VIP yang sebelumnya sudah dipesan oleh seseorang yang mengajaknya untuk makan siang bersama hari ini. Morgan sengaja berpenampilan lebih rapi dan memukau agar terlihat sedikit berbeda. Sebab seseorang yang mengajaknya makan siang bersama, hanya berdua saja adalah sang mantan istri. Bukan untuk mencari perhatian atau pun memikat mantan istrinya itu, sekali pun Morgan masih mencintainya. Dia hanya ingin saja membuat wanita itu menyesal karena sudah meninggalkannya hanya demi pria lain yang menurutnya tak seberapa itu. Morgan menoleh ke arah pintu saat suara ketukan heels pada lantai terdengar sedikit keras. Dia sudah menduga jika Elara akan segera masuk. Pria itu sama sekali tidak menunjukkan senyuman pada Elara. Berbeda halnya dengan wanita itu yang masih mau melemparkan senyuman manisnya ke arah Morgan. "Maaf sedikit terlambat. Jalanan kota sedikit padat siang ini." "Aku kira kau terlambat karena harus ke butik untuk mengurus gaun pengantinmu. Dante bahkan mengatakan jika calon istrinya terlalu sibuk. Tapi apa ini? Kau justru bisa meluangkan waktu denganku?" "Sedikit meluangkan waktu untuk mantan suami apa salahnya? Aku ini terlalu baik sejak dulu, Morgan." "Benarkah? Lalu bagaimana tanggapan Dante jika mengetahui calon istrinya diam-diam mengajak mantan suaminya makan siang bersama? Bahkan di ruang VIP yang orang lain tidak akan mengetahuinya." "Morgan, lebih baik nikmati makanannya. Jika kau terus bicara, yang ada makanannya bertambah dingin." Morgan menyandarkan punggungnya tanpa menyentuh makanan yang terhidang di hadapannya. Makanan yang sudah tersedia saat dia baru saja tiba. Dan semua menu masakannya adalah makanan-makanan favoritnya Morgan. Sebenarnya, Morgan cukup terkejut karena Elara masih ingat makanan kesukaannya itu. Tapi tetap saja, Morgan tidak akan terpancing dan masuk dalam perangkap Elara. Dia yakin sekali, pasti Elara memiliki maksud tertentu padanya. Sebab sangat tidak mungkin jika wanita itu tiba-tiba mengajaknya makan siang bersama. "Katakan padaku, Elara. Apa alasanmu mengajakku untuk makan siang bersama? Aku sangat yakin jika kau pasti menginginkan sesuatu." "Morgan, berhentilah berpikiran yang buruk-buruk padaku. Aku hanya ingin kembali berbaikan saja denganmu. Apa tidak boleh? Kau keberatan?" "Aku—" "Oh, atau jangan-jangan yang keberatan justru kekasih barumu itu? Siapa dia sebenarnya?" sela Elara dengan begitu cepat. Wanita itu nampak melimpahkan seluruh atensinya pada Morgan. Sementara Morgan, pria itu kini mengetahui, alasan dibalik Elara mengajaknya bertemu. Ya, ternyata memang wanita itu mulai penasaran dengan siapa kekasih barunya. Pria itu lantas tertawa kecil dan menegakkan diri. Lalu menatap Elara yang terus menatapnya secara terang-terangan tanpa malu. "Ternyata ini alasannya?" "Dia benar-benar kekasihmu atau hanya orang yang kau bayar saja untuk menjadi kekasih pura-puramu?" "Untuk apa aku repot-repot membayar? Dia benar-benar kekasihku. Kenapa? Kau tidak percaya?" "Aku sangat mengenalmu, Morgan. Aku tau kau pasti hanya—" "Dengar, Elara. Kau tidak bisa menyimpulkan diri jika sangat mengenalku. Sebab kau memang tidak mengenal diriku. Apalagi jika menyangkut soal perasaan. Kau tidak pandai dalam mengertinya." Elara mengatupkan bibirnya dengan rahang yang mengetat sempurna. Dia sedikit tersentil hatinya saat pria itu mengatakan bahwa dia sama sekali tak mengenalinya dengan baik. Wanita itu tetap percaya dan teguh pada pendiriannya, jika dia memang sangat mengenal Morgan luar dan dalam. Dia yakin sekali jika pria itu hanya sedang berbicara omong kosong saja. "Orang lain mungkin bisa kau bohongi, Morgan. Tapi sayangnya aku tidak bisa. Jujur saja padaku jika kau hanya tak ingin kalah dari tantangan yang pernah aku ajukan padamu." "Kau terlihat seolah-olah tak terima kenyataan yang ada. Elara dengar, tak semuanya di dunia ini harus bertekuk lutut padamu. Wanita itu benar-benar kekasihku. Kau perlu bukti?" "Buktikan kalau begitu," Morgan sedikit mendekatkan wajahnya dan menyahut, "kau yakin ingin mengetahui buktinya? Coba pilih, foto atau video? Foto kami berciuman, atau video saat kami sedang bercinta?" Mendengar itu tentu saja Elara bertambah panas dan kesal bukan main. Bisa-bisanya pria itu memberikan pilihan yang sama sekali tidak akan mungkin wanita itu pilih. Elara jadi semakin kesal saja dan semakin penasaran juga dengan bagaimana rupa wanita itu. Secantik apa kekasih Morgan dan berasal dari keluarga mana. "Kau bingung pilih yang mana? Sepertinya tidak perlu ku tunjukkan. Sebab melihat dari wajahmu, kau sepertinya sudah bersiap untuk menghina kekasihku. Tapi maaf, dari segi mana saja, kekasihku tidak bisa kau hina sedikit pun." Elara mendecih dan menyahut, "memangnya secantik apa kekasih barumu yang kau banggakan itu? Dari keluarga berada mana wanita itu, hah? Apakah jauh lebih baik dariku? Aku jadi penasaran dengan kekasihmu itu." Pria itu sontak tertawa secara reflek begitu mendengar jika mantan istrinya itu penasaran dengan kekasihnya. Apa ini sudah masuk dalam tahap berhasil memancing targetnya? Sebenarnya, Morgan tidak pernah menduga jika Elara akan terpancing secepat ini. Bahkan sampai sebegitu penasarannya dengan kekasih barunya itu. "Secantik apa kekasihku? Tentu saja jauh lebih cantik darimu. Bahkan lebih seksi dan tubuhnya lebih menggairahkan daripada tubuhmu. Apa Dante tidak memberitahumu soal fakta mengenai kekasihku?" Elara diam tidak menjawab. Dia hanya tau mengenai kekasih Morgan juga dari Steve, bukan dari Dante. Ada rasa kesal saat Morgan memuji kekasih barunya di hadapannya. Elara jadi semakin penasaran saja dengan apa yang Morgan katakan. Dia perlu mengetahui apakah yang Morgan katakan itu benar atau tidak. "Percuma lebih cantik, tapi jika hatimu bahkan tidak untuknya. Aku tau kau masih sangat mencintaiku, Morgan." "Berapa kali aku harus mengatakan yang sebenarnya padamu? Aku tidak mencintaimu. Semuanya sudah terkubur bersamaan dengan pengkhianatan yang sudah kau lakukan padaku." "Aku tidak pernah berkhianat sama sekali, Morgan." Pria itu tertawa kecut dan mulai membenarkan posisi duduknya. Dia kemudian menatap Elara dengan intens. Mantan istrinya itu memang terlalu percaya diri. Tapi Morgan akui jika itu memang benar. Dia memang masih mencintai Elara. Tapi tak mungkin baginya mengatakan kebenaran tersebut. Sebab Elara akan besar kepala dan semakin sombong. "Waktu yang akan menjawabnya. Bahkan sekarang pun sudah mulai terjawab." Setelah mengatakannya, Morgan bangkit dari duduknya dan kembali berkata, "Elara dengar, aku sudah bisa menyimpulkan alasanmu yang mendadak mengajakku bertemu. Karena kau penasaran dengan kekasihku. Siapa dia dan bagaimana rupanya. Benar kan? Tapi maaf, belum saatnya kau bertemu dengan kekasihku." "Aku—" "Daripada kau menghabiskan waktumu untuk memikirkan siapa kekasihku, lebih baik kau pikirkan saja gaun pengantinmu itu." potong Morgan, lalu langsung melangkah keluar dari ruangan tersebut tanpa mengatakan apa pun lagi. Sementara itu, Elara langsung menggebrak meja dengan tatapan mata yang penuh dengan kebencian. Tangannya berubah menjadi mengepal sempurna. Emosinya mendadak meluap, dan Elara tak bisa mengendalikan itu semua. +++
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN