Chapter 43 Zeana cemburu

1486 Kata
Fahmi dan Hafizah tiba di istana, bala pasukan Rogiles tidak sempat mengejarnya karena dihalau oleh Ryan dan Juna. Kedatangan mereka di sambut dengan tatapan yang membingungkan oleh semua orang. Prajurit istana menatap iba pada Hafizah yang di perlakukan seperti sandera. Hanya Bu Laksmi yang tampak bahagia melihat kedatangan putranya. Sudah beberapa hari wanita tua itu menunggu di depan istana berharap anak-anaknya akan segera kembali. “Fahmi kau sudah kembali, Nak. Fizah juga, Fizah. Apa yang kau lakukan padanya?” Bu Laksmi bingung melihat Fizah di perlakukan seperti itu. Fahmi menyentuh wajah ibunya lalu mencium keningnya. Fahmi merasa lega melihat ibunya dalam keadaan baik. “Nanti Fahmi akan menceritakan semuanya, Bu. Sekarang biarkan aku membawanya ke dalam.” Bu Laksmi mengikuti mereka, Fahmi memegang tali yang melilit tubuh Fizah dan menarik gadis itu masuk. Tidak sekalipun Fizah menoleh pada Bu Laksmi. Pergelangan tangan juga lengan gadis itu memerah karena kuatnya tali yang mencekiknya. “Sebenarnya apa yang terjadi? Apa kau mengikatnya sepanjang jalan? Kau memperlakukannya seperti ternak, dia bukan sapi,” ucap sang ibunda dan menangis melihat luka yang ada di tubuh Fizah. Zeana dan ibunya menghampiri dari dalam. “Kau sudah pulang, kau berhasil menemukannya.” Zean tersenyum, tetapi saat dia melihat keadaan Hafizah. Dia dan ibunya merasakan hal yang sama seperti Bu Laksmi. “Apa yang kau lakukan padanya?” Fahmi tidak bisa berkutik di hadapan mereka. “Aku harus membawanya ke dalam. Kita bicara saat Fizah sudah bertemu dengan Datuk.” Bu Laksmi tidak ingin menunggu, rasa sayangnya membuat tangan wanita itu terulur melepas tali yang menutup mulut Hafizah. Graamm. Geraman Hafizah hampir membuat Bu Laksmi terjatuh. Taring tajam yang terlihat membuat orang-orang bergidik. Zeana dan ibunya melongo tak percaya. “Ibu jangan membukanya atau dia akan melukai ibu nanti.” Fahmi kembali menutup mulut wanita itu. Bergetar ibunda Fahmi melihat kenyataan yang ada. “Ada apa? Apa yang terjadi dengan Hafizah? Dari mana taring itu berasal.” Bu Laksmi menangis se sugukan di pelukan Fahmi. “Fahmi bertemu dengannya sudah dalam keadaan seperti ini, Bu. Dia tak ingat siapa aku. Dan takutnya dia juga tidak mengingat siapa ibu.” Tangis wanita itu begitu pilu. Dia sangat menyayangi Fizah. Zeana menatap ke belakang, berharap sang suami akan segera tiba. Wanita itu celingak- celinguk, tapi orang yang di nanti tak kunjung datang. Wa Pasang juga Raz tiba di luar istana, setelah mendengar kabar dari pengawal. “Fahmi kau telah kembali dimana Ryan, Malik dan juga Juna?” tanya Wa Pasang. Belum sempat Fahmi menjawabnya, Raz dan Wa Pasang terkejut melihat sorot mata Hafizah. Kornea mata wanita itu berubah menjadi abu-abu pekat. “Kau membawa penglihatan Rogiles ke istana kita,” ucap Raz. Fahmi tidak mengerti apa maksudnya, tetapi Zean. Dia tahu pasti apa yang sedang di bicarakan Raz. Dengan sigap, Zean merobek pakaian yang dia kenakan dan menutup penglihatan Hafizah. Hal itu membuat Fizah yang terus mengeram berubah jadi tenang, dia diam dan tidak memberontak. “Dia telah diubah menjadi manusia serigala lewat ritual setelah tiga purnama. Dia bukan Fizah kalian yang dulu. Dia sekarang adalah kaki tangannya Rogiles.” Hal itu menghancurkan hati Fahmi. “Apa maksudmu? Dia akan menjadi istriku.” Fahmi tetap pada keputusannya. “Apa dia mengingat dirimu?” tanya Wa Pasang. Bu Laksmi dan yang lainnya mendengarkan dengan serius. Fahmi menggeleng, dengan raut wajah sedih. “Ingatannya telah diambil dan diganti dengan mata penglihatan Rogiles, bahkan Fizah mungkin saja lebih sakti dari kau dan Raja kita. Rogiles pasti memberikannya ilmu kanuragan. Itulah yang dapat kulihat dari mata batinku.” Fahmi frustasi mendengarnya. “Apa tidak ada cara untuk menyelamatkannya? Atau, setidaknya mengembalikan ingatannya.” Raz dan Wa Pasang saling memandang. Zeana tak percaya hal ini akan terjadi. Dia hanya pernah mendengar legenda. Manusia biasa dapat menjadi manusia serigala saat malam tertentu dengan kehendak manusia serigala yang menginginkannya. “Bawa dia ke ruangan ku. Aku akan memberitahukan padamu semuanya disana.” Fahmi mengangguk antusias. “Zeana kau juga ikut kami dan bantu Fizah mengganti pakaiannya.” “Baik, Tuan.” Mereka lantas memasuki ruangan pribadi Raz, Zean dan Fahmi mendampingi Fizah. Kali ini Fahmi dapat mengenggam tangan Fizah. Hal yang membuat pemuda itu semakin merasa bersalah. Ibunda Zeana membantu Bu Laksmi bangun dan membawanya ke taman. Dia tahu wanita itu butuh teman untuk saling bicara. Fahmi dan Zeana tiba di ruangan Raz, seorang pelayan menyiapkan pakaian untuk wanita itu. “Zeana mandikan dia, buka tali yang melilit di tubuh dan tangannya.” “Tapi, Wa.” Fahmi menghentikan mereka. “Selama matanya di tutup, dia akan tenang dan tidak akan menyerang siapapun. Dia bertindak seperti itu karena di kendalikan oleh musuh. Selama kau menutup matanya maka musuh tidak dapat menjangkaunya.” Fahmi tercengang mendengar penjelasan wa Pasang. Perlahan tali itu di buka dan benar saja. Fizah tidak memberontak, dia lebih seperti orang yang sedang di hipnotis. Zeana membawanya ke dalam dan memandikannya. Tinggallah Fahmi yang menatap serius. “Apa kau yakin ingin mengembalikan ingatannya? Resikonya yang kau tempuh begitu besar.” “Apa itu akan membuat Fizah menjadi normal. Dia selalu menyerang dan berusaha mencelakai ku?” ucap Fahmi lagi. “Tentu, setelah kau melaksanakannya. Ingatan Fizah akan kembali dan dia akan hidup seperti manusia serigala pada umumnya. Kita bisa melatihnya untuk mengendalikan emosi.” “Katakan padaku, aku akan berusaha melaksanakan perintah itu.” Raz dan Wa Pasang saling menatap. Mereka tidak tega untuk mengatakannya sekarang. “Katakan padaku, Wa. Aku akan berusaha semaksimal mungkin,” ucap Fahmi memohon. Raz menahan Wa Pasang. “Dengar, Fahmi. Tugas ini sangat berat. Kau dan Raja harus berlatih ketangkasan, bela diri dan lihai dalam pertarungan,” ucap Raz. “Kenapa harus melibatkan Ryan dalam masalah ini?” tanya Fahmi. “Karena ini takdir kalian.” Sesaat Fahmi termenung, cukup sudah dia menyusahkan Ryan dalam setiap masalahnya. “Aku siap, apapun akan aku lakukan demi menyelamatkan Fizah, Dia akan bertingkah seperti binatang seumur hidupnya jika aku hanya diam.” Raz dan Wa Pasang senang mengetahui Fahmi menyadari hal itu. “Kami akan memberitahumu apa tugas itu setelah Raja kembali.” Pembicaraan pun usai, Zeana membawa Fizah keluar setelah membersihkan diri. Fizah memakai gaun berwarna putih dengan corak bunga berwarna hijau seafoam. Dia sangat cantik dengan rambut yang di hias ke belakang. Penutup mata berwarna hijau senada di ikat di kepalanya. “Luka di tubuhnya belum sembuh, aku akan membawanya ke taman bertemu ibu,” ucap Zean meminta izin. Raz dan Wa Pasang mengangguk dan Fizah pun bawah keluar. “Bisa kau ceritakan dimana Raja saat ini?” tanya Raz pada Fahmi. Pemuda itu baru sadar akan bahaya yang mungkin menimpa adiknya. “Dia dan Juna pamit untuk mencari Malik, tapi di tengah perjalananku pulang, suara lolongan serigala terdengar menggema.” Wa Pasang menatap tak percaya. “Lalu bagaimana?” “Aku akan menyusul mereka dengan membawa pasukan bersamaku.” Fahmi bergegas pergi, dia menyesal baru menyadarinya. Fizah dan Zean dilalui begitu saja. Saat kakinya melangkah keluar istana, langkahnya terhenti mendengar isakan tangis ibunya. Bu Laksmi memeluk erat Ryan yang kembali dengan luka cakar di lengan kanannya. Juna dan Malik juga ada di sana dengan luka yang tidak sedikit. “Kalian telah kembali, maafkan aku yang baru ingin menyusul.” Fahmi menatap ketiga temen se perjalananya. “Tidak masalah, kami bisa melewatinya. Bagaimana Fizah?” tanya Ryan. Fahmi menoleh ke belakang, muncullah Hafizah yang di tuntun oleh Zean. “Ada apa dengan matanya?” tanya Juna dan Malik bersamaan. Ryan pun terkejut melihat mata Fizah di tutupi seperti itu. “Kata Tuan Raz, penglihatan Rogiles menguasai matanya. Fizah akan menyerang setiap orang yang di temui nya saat penutup mata itu terbuka.” “Tidak, itu tidak mungkin.” Ryan berjalan mendekati mereka, Zeana yang menyadari kepulangan suaminya bersemu dan tertunduk malu. Dia berpikir Ryan datang untuknya. Apa yang terjadi berikutnya membuat Zean patah hati. “Fizah, kau ingat aku. Fizah bicaralah.” Hati Zeana remuk dan kecewa, di pandangi nya Ryan yang menyentuh wajah Hafizah. Pemuda itu menyadari tatapan istrinya yang begitu terluka, segera dia menyingkirkan tangannya di wajah kakak iparnya itu. “Dia tidak mengingat siapapun. Ingatannya ditukar dengan penglihatan jahat,” ucap Fahmi. Ryan tak fokus dan melirik Zeana. Wanitanya itu merasa sesak menahan rasa cemburu. “Aku sedikit pusing, tolong pelayan obati luka-lukanya.” Zeana meminta bantuan pada pelayan untuk menggantikannya mengurus Hafizah. Zeana tak bisa menahan diri dan segera kembali ke kamar. Malik yang melihat itu menghela napas dan menghampiri adik iparnya. “Bersikaplah seperti seorang Raja yang tidak boleh menyentuh sembarang orang, jangan buat dia menangis atau kau akan berhadapan denganku,” bisik Malik dan berlalu. Ryan menelan saliva dengan susah payah. Malik adalah pribadi yang keras dan selengean. Dia tidak suka berbasa-basi jika itu mengusik kebahagiaan keluarganya “Ryan, pergilah dan bersihkan dirimu terlebih dahulu. Ibu akan menyiapkan ramuan untukmu juga untuk Juna dan Malik,” ucap ibu mertuanya. “Baik, Bu.” “Fahmi kau juga, Nak,” ucap Bu Laksmi. Mereka semua berjalan masuk ke kamar masing-masing.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN