Flasback on.
Raz melindungi Ryan saat masa pelariannya, terkatung-katung dengan kekecewaan, bahkan terpuruk dalam keputus asaan membuat Ryan hampir bunuh diri. Beruntung, serigala yang selalu menjaga Fahmi juga mengikuti pemuda itu.
Ryan adalah benteng untuk Fahmi, Raz sengaja menyerahkan Ryan pada Bu Laksmi saat dia berusia 4 tahun saat itu . Satu tahun setelah kematian Magadang. Raz ingin, Ryan tumbuh dan bisa mendekati Fahmi secara naluri. Raz berubah manjadi manusia demi mengantarkan Ryan kecil ke gubuk Laksmi.
“Dia Ryan, putra dari adik Magadang. Dia tidak memiliki siapapun di dunia ini kecuali Fahmi. Jagalah dia, dia akan menjadi saudara dan teman bagi Fahmi.”
Laksmi tidak yakin dapat menghidupi Ryan. Wanita itu menolaknya. Tapi, dengan kuasa sihir.Raz membuat Laksmi mengatakan sebaliknya.
“Baiklah, biar aku yang mengurusnya.”
Flasback off.
Perasaan yang tak sehat, dan rasa ingin memiliki. Cinta yang berambisi kadang bisa mengubah hati seseorang. Persahabatan dan kekeluargaan mampu diruntuhkan oleh perasaan benci dan kecewa. sama seperti hubungan Ryan dan Fahmi.
Egois, itulah Ryan di mata Fahmi,
Setelah kehilangan Nina, pemuda itu tak dapat mengendalikan diri. Fahmi dan Ryan memiliki kutukan sebagai manusia serigala saat mereka berusia 17 tahun. Tanpa tahu apa-apa, tanpa ada yang menuntun.
Fahmi dan Ryan bagai kehilangan arah, buta akan informasi. Garis keturunan manusia serigala itu di dapatkan Fahmi dari uwanya Magadang. Sedangkan Ryan. Dia memang manusia jelmaan yang di titipkan oleh Raz.
.
Beruntung, masih ada tetua. Kakek nenek dan para petua yang masih setia menceritakan kisah kampung ini. Yang kadang di anggap hanya lelucon atau cerita pengantar tidur dari kalangan anak muda.
Awalnya Ryan bingung, sangat sulit bertahan di tubuh manusianya. Dia selalu berubah menjadi mahluk yang menyeramkan. Sedang Fahmi, tidak. Fahmi lelaki yang cerdas dia mencari tahu dan mempelajari tentang kutukan itu. Emosi yang sering di luar kendali selalu mengakibatkan dirinya berubah, maka dari itu. Fahmi melatih kesabarannya. Fahmi tumbuh dengan rahasia tetap terjaga, keuntungan lainnya. Dia dapat hidup berdampingan dengan warga dan ibunya.
Rasa sakit ditinggalkan Nina membuat Ryan frustasi. Pemuda itu memilih pergi dari rumah. Dia tak mau ibunya terpukul mengetahui dirinya yang sebenarnya. Ryan memilih tinggal di atas gunung. Sembari melatih diri agar bisa mengontrol emosi. Tapi rasa rindu pada Bu Laksmi dan Nina membuatnya hadir di setiap malam. Menanti di perbatasan.
***
Entah jam berapa Fahmi tertidur. Semalaman terjaga memikirkan kedatangan Ryan, membuat kepalanya menjadi mumet. Pemuda itu membersihkan diri lalu keluar untuk sarapan. Ibunya dan Fizah sudah berada di meja makan. Ibu Laksmi seperti kurang enak badan hari ini.
Mereka sarapan dalam diam, Fizah pun demikian. Secangkir teh membuat Fahmi lebih rileks.
"Nak, ibu akan ke kebun nanti. Kamu di rumah saja, jangan kemana-mana, ucap Bu Laksmi pada Hafizah.
"Baik, Bu."
Fizah mengangguk dan membawa piring kotor Kebelakang.
Fahmi menatap ibunya.
"Akan Fahmi temani, Bu."
"Tidak usah, Ibu bisa sendiri. Kamu jagain Fizah saja."
Fahmi mengernyit dan meletakan cangkit teh yang telah tandas di atas meja.
"Aku akan menemani Ibu, Ibu tidak boleh kesana sendirian," ucapnya tegas.
Sorot mata itu di warisi Fahmi dari Magadang. Setiap dia berbicara dengan raut wajah serius. Maka ibunya akan termenung.
Bu Laksmi menghela nafas, Fahmi seorang yang keras kepala, akan percuma jika terus berdebat dengannya.
"Baiklah, terserah."
Mereka pamit pada Fizah.
"Kami akan pergi sebentar, jaga rumah dan kunci semua pintu juga jendela. Jangan keluar dan jangan buka pintu untuk siapa pun kecuali untuk aku dan ibu."
"Baik, Mas. Aku mengerti."
Fizah pun masuk ke dalam. Sedang Fajmi dan ibunya memulai perjalanan.
Sepanjang jalan ibunda Fahmi hanya diam. Dia bersikap tidak biasa.
Fahmi menebak jika ibunya masih marah dan kecewa.
Tak lama sampailah mereka di kebun. Fahmi melihat kehadiran Ryan di bawah pohon jati. Ada amarah yang tidak bisa di tahan oleh Fahmi. Bu Laksmi menyadari itu.
"Nak, alasan ibu memintamu tetap di rumah karna ibu akan bertemu Ryan disini." Fahmi tidak terkejut mendengarnya. Pemuda itu bergegas,
Dengan sekejap, Fahmi melangkah dan melompati batu-batu besar yang menghalangi jalannya.
Bu Laksmi terkejut melihat Fahmi sudah berada di tempat Ryan dan mencengkeram bajunya.
"Apa maksud dari perbuatan mu semalam, hah!" Dengan napas yang memburu, Fahmi mencoba menahan diri agar tetap tenang.
"Kau pikir apa?" Ryan maju dan berbisik.
"Aku penasaran jika ibu dan Fizah melihat wujud barumu. Kira-kira apa yang akan terjadi?" Tangan Fahmi mengepal, ingin sekali dia mendaratkan pukulan ke wajah adiknya itu.
"Aku pastikan. Mereka akan pergi sama seperti Nina. Kau akan menjadi orang yang menyedihkan sama sepertiku," ungkapnya dengan senyuman sinis.
Fahmi muak melihatnya, reflek saja dia mendorong tubuh Ryan hingga tersungkur di pohon jati.
Bu Laksmi tercengang dan bergegas menolong putranya. Dari dulu, Laksmi tidak pernah membeda-bedahkan mereka.
"Apa yang kalian lakukan? Kau mendorong adikmu dengan sengaja, kalian itu bersaudara. Saling mengasihilah. Kalau ibu telah tiada nanti kalian hanya tinggal berdua!" Bu Laksmi menangis membuat Fahmi dan Ryan mendekapnya.
"Maafkan Fahmi, Bu."
"RYAN minta maaf, abang marah karena Ryan pulang tanpa pamit pada abang sama calon istrinya. Ibu jangan sedih lagi." Laksmi memeluk pemuda itu, dia merasa lega mendengar penjelasannya
"Buk, jika Ryan atau Fahmi. Berubah menjadi monster. Atau sesuatu yang lebih buruk lagi. Apakah ibu akan meninggalkan kami?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja. Ryan melotot, dia tidak suka melihat apa yang di lakukan abangnya.
Wanita itu melihat mereka bergantian. Hening, keduanya merasa gugup dan penasaran dengan jawaban sang ibu.
"Tentu ibu tetap disini, bagaimanapun rupa kalian. Kalian tetap anak ibu." Senyuman Bu Laksmi mendamaikan hati kedua putranya. Ryan pun memeluk wanita itu erat.
"Buk, kalau Ryan berubah jadi Beruang. Apa ibu nggak takut kan serem." Gurauan Fahmi mendapatkan tatapan tajam oleh Ryan.
"Ya, bagus dong." Bu Laksmi tertawa kecil, kedua putranya bingung dengan sikapnya.
"Kok bagus?" tanya Fahmi dan Ryan bersamaan.
"Ya, kalo Ryan berubah jadi ber uang. Kita bisa beli apa saja. Nggak perlu sibuk di lahan seperti sekarang," ucap Bu Laksmi dengan polosnya.
Fahmi ikut tertawa kecil.
"Ibu ini." Fahmi meninggalkan mereka.
Memberi ruang untuk mereka saling melepas rindu.
Fahmi memikirkan ucapan Ryan. Omongan adiknya itu ada benarnya. Hafizah pasti ketakutan jika melihatnya berubah menjadi monster.
Ada rasa khawatir memikirkan hal itu.
Sibuk memetik sayuran, Fahmi tidak menyadari jika Ryan sudah pergi dari sana.
Terbesit ide membawa Fizah keluar dari kampung itu. Dia tidak mau Ryan datang dan membongkar siapa diri mereka di depan Fizah.
Fahmi mendekati ibunya, dia memberi tahu soal rencananya untuk membawa Fizah keluar dari kampung.
"Bu, mungkin sebaiknya Fizah pergi dari rumah kita. Apa kata orang nanti jika dia tinggal bersama kita terus. Aku bisa membawanya ke kota dan membantunya mencari pekerjaan."
Bu Laksmi terdiam, keinginan Fahmi yang tiba-tiba membuatnya terkejut.
Fahmi tidak berani bertanya lagi setelah melihat sikap ibunya. Pemuda itu memilih diam sepanjang perjalanan.
Bu Laksmi yang memikirkan semuanya, menoleh setelah sampai dijalan memasuki rumah warga.
"Nak, jika mau membawa Fizah. Kamu harus menikahinya terlebih dahulu."
Fahmi tertegun.
"Bagaimana mungkin?"
"Itulah aturannya, jika kau mau ibu akan menyampaikan semuanya pada Fizah."
Kali ini Fahmi mematung.
Mustahil bagi dirinya untuk menjalin hubungan apalagi berkeluarga dan hidup berdampingan secara intim.
"Ini gila, Fizah mana mau menikah denganku. Kalaupun menikahinya, jatuhnya akan berdosa jika tidak jujur dengan keadaan. Dia gadis yang baik. Aku harus mencari cara lain agar dia pergi."
Fahmi teringat raut ketakutan Hafizah melihat wujud Ryan. Gadis itu akan shock jika mengetahui telah hidup dan tinggal serumah dengan seorang manusia jelmaan.