3. Kesepakatan Menjelang Pertunangan

1892 Kata
Setelah keluarga Hutama dan Singgih Antonio mempersiapkan segalanya untuk pertunangan putra dan putri mereka. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu oleh kerabat serta netizen sudah tiba. Hari itu adalah hari bahagia mereka, kecuali Cinta dan Frans. Bagi mereka hari itu adalah mimpi buruk untuk masa depan mereka. Sejak pagi tadi Cinta masih bermalas-malasan di atas tempat tidurnya. Bermain ponsel dan sesekali membaca n****+. Bahkan sampai jam 10.00 pagi dia belum mandi juga sarapan. Tok! Tok! “Cinta! Mau sampai kapan kamu mengurung diri di dalam kamar?” suara Hanifah terdengar bernada tinggi dari luar pintu kamar Cinta. Gadis itu hanya bisa menunduk dan menghela napasnya. Sesekali poni rambutnya di tiup untuk mengurangi rasa gugup karena sebentar lagi pertunangannya akan segera berlangsung. Mau tidak mau Cinta membuka pintu karena seseorang yang ada di depan pintu itu adalah mamanya sendiri. Kreeek! “Cinta nggak mood, Ma!” Cinta menundukkan pandangan dan tidak berani menatap ke arah mamanya. “Suka tidak suka kamu tetap akan bertunangan dengan Frans! Semua karena kesalahan kalian! Bukan mau Mama ataupun Papa kamu. Iya, kan?” Hanifah kembali melontarkan kalimat yang pedas untuk Putri sulungnya. “Kalau kalian tidak berbuat salah, pertunangan ini tidak akan terjadi! Sampai sini kamu paham kan, Cinta?” tegas Hanifah membuat Cinta semakin tersudut. “Lebih tepatnya bukan kesalahan tapi kesialan!” Cinta kembali membantah apa yang dituduhkan oleh mamanya. “Terserah apa pun itu! Mama tidak mau mendengar penjelasan apa pun! Sekarang kamu bersihkan tubuh kamu! Sarapan! Jangan lupa nanti sore kamu sudah harus bersiap-siap! Karena acara akan dimulai jam delapan malam!” Hanifah kembali mengingatkan cinta untuk menyambut pertunangannya. Cinta tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia hanya bisa bergeming dan menundukkan kepala. Sedangkan Hanifah sudah pergi berjalan menuju lantai satu rumahnya. Cinta kembali menutup pintu kamarnya. Kemudian dia melangkah dan kembali menjatuhkan tubuhnya di atas kasur Queen size yang empuk dan nyaman. “Hah! Aku akan membuat perhitungan sama si Frans! Atau lebih baik sekarang aku menemuinya?” Cinta berpikir sejenak. “Nggak-nggak! Biar nanti malam saja aku membuat perhitungan!” Cinta akan membuat kesepakatan dengan Frans selama pertunangan mereka belum berakhir. *** Frans’s POV Hari ini bisa dibilang hari kesialan gue. Bekerja di kantor juga nggak konsen gara-gara Si Cinta itu! Tapi memang sih, mungkin semuanya juga salah! Gue nggak sengaja masuk kamar dia! Harusnya dia teriak dong! Apa sih susahnya teriak terus ngusir gue? Jadinya kan nggak bakal ada pertunangan bodoh macam ini! Mati pasaran kan gue? Seandainya waktu bisa diputar kembali. Hari itu gue nggak bakal minum terlalu banyak. Biar nggak ada perkara macam ini. Semua orang mungkin berpikir kalau kita sudah hubungan yang nggak semestinya. Gue memang b******k! Sering tebar pesona! Gonta-ganti pacar! Tapi gue bukan tipe pria yang merusak masa depan seorang perempuan! Nggak banget deh berita yang beredar di luaran sana! Reputasi gue hancur! Kalau gue nggak menerima pertunangan ini, gue takut keluarga gue dituntut, dikira ngebobol gawang anak gadis orang lagi? Hah! Tahu begini mending gue sikat aja waktu itu kan? Sumpah nggak terpikirkan sedikit pun dalam benak gue buat suka sama si Cinta. Gue nggak suka cewek yang terlalu ngatur! Cerewet! terlalu otoriter! Memang gue akui kalau si Cinta itu smart, Elegan, karirnya menanjak, cantik, body goal, tapi gue nggak butuh yang kayak gitu! Bukan Cinta perempuan yang seharusnya jadi pelabuhan terakhir gue! Tapi takdir Kenapa harus mendekatkan kita dengan cara seperti ini? Gue hanya duduk manis di atas singgasana. Nggak ada yang gue lakuin dari tadi. Gue cuma duduk, memainkan pulpen dengan jemari gue! Ngotak Atik ponsel, hidup gue rasanya hambar banget guys! Apa gue melarikan diri aja? Biar nggak jadi tunangan sama si Cinta! Biar nggak jadi nikah sama dia! Nggak bisa gue bayangin deh gimana kalau sampai hidup ama dia! Apa iya setiap hari harus bertengkar? Pasti dia senang ngatur-ngatur deh! kayak gue nggak suka diatur-atur sama orang! Cewek idaman gue itu, nggak harus cantik! Tapi memiliki hati yang lembut. Jujur gue ini temperamen. Kalau harus disatukan sama si Cinta, mungkin yang ada tiap hari perang dunia! Tapi kalau sama gadis yang sesuai sama kriteria gue, saat gue marah pasti bakal bisa meredam emosi gue! Perempuan idaman gue itu bukan tipe cewek yang ngatur-ngatur! Dia harus bisa mengalah! Dengan begitu emosi gue pasti surut! Sekali lagi gue bukan pria yang tega menghancurkan masa depan seorang perempuan. Apa sebelum bertunangan lebih baik gue ketemu sama dia? Gue bakal bikin persyaratan yang harus dipatuhi kedua belah pihak! Mungkin dengan begitu lambat laun orang tua kita bakal berpikir dua kali untuk tetap menikahkan kita. *** Pukul satu siang. Cinta baru mau makan. Itu pun dibujuk oleh adiknya Juliana. Cinta hanya mau makan rujak pedas. Dia tidak ingin makan nasi ataupun yang lain karena pikirannya sedang kalut. “Kak Cinta rasanya gimana mau tunangan sama Frans loh! Selebgram calon pewaris perusahaan, cakep, terkenal.” Juliana berusaha untuk menemani Cinta yang terlihat masih belum stabil emosinya. “Senang itu kalau aku married sama Dimitri! Kalau sama si Frans itu sama aja malapetaka! Ya kamu bayangin aja deh, Dek! Kakak itu sama sekali nggak ngelakuin apa-apa sama si Frans! Dia cuma salah masuk kamar hotel, mungkin dia copot-copot semua bajunya, di kasur kamar hotel Kakak. Pas dia masuk itu mungkin Kakak lagi di kamar mandi. Ya mana kakak tahu kalau si Frans lagi molor di sana! Tiba-tiba ada yang ketok-ketok pintu pas Kakak baru selesai mandi. Ya udah kakak bukain pintu lah! Surprise dari Vira, Dimitri, sama teman-teman Kakak.” Cinta menjeda ucapannya karena dia hampir tersedak rujak. “Ya ... seneng banget lah waktu itu Kakak dikasih surprise sama Dimitri juga bela-belain jauh-jauh dari London datang ke Bali. Tahu-tahunya si cecunguk itu lagi molor di sana. Nggak pakai baju pula! Pasti dong orang yang baru datang ke situ mikir kalau kakak habis ngapa-ngapain sama dia! Bener-bener nggak nyangka aja, ada salah satu temannya teman Kakak yang kebetulan ikut, ternyata merekam kejadian itu. Kesannya kayak lagi digerebek. Padahal sama sekali kita nggak berhubungan apa pun. Hidup Kakak udah runtuh, Dek! Tapi Kakak akan terus berjuang, Kakak akan buat perhitungan sama si Frans. Semoga dia bisa diajak kompromi! Biar kita nggak jadi nikah. Itu semua mungkin nggak bakal bisa mengembalikan Dimitri dalam hidup Kakak. Tapi setidaknya Kakak bisa bilang sama semua orang kalau kita nggak pernah melakukan perbuatan itu!” Cinta kembali melamun ketika dirinya mengingat Dimitri—kekasihnya. Pria yang sudah tiga tahun menemaninya dalam suka maupun duka. “Ya, mungkin Dimitri merasa dicurangi, khianati, ya ... siapa sih orangnya yang nggak berpikiran negatif kalau situasinya terlihat seperti itu. Ya sudahlah, harus Kakak hadapi! Mau nggak mau Kakak harus mau melangsungkan pertunangan ini dan membuat perjanjian sama si cecunguk itu!” Cinta menoleh dan berusaha untuk tersenyum kepada adiknya—Juliana. “Kakak yang sabar, ya! Semoga saja ke depannya Kakak dan Frans akan menemukan cinta yang sesungguhnya dan nggak terpaksa kayak gini!” Juliana berusaha untuk menguatkan Cinta. Juliana dikenal sombong dan dikenal pilih-pilih teman. Namun sangat menyayangi Kakak tirinya. Saat ini dia baru saja masuk ke salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Di kampus, Dia sudah mulai membully seseorang yang menurutnya dipandang sebagai anak kampung. Tak lama berselang, perbincangan mereka terhenti ketika Juliana mendengar ponsel Cinta berdering. “Kak! Lihat! Frans telepon!” Juliana justru merasa berdebar-debar. “Hah? Masa sih, Dek?” Cinta hampir saja tersedak rujak pedas lagi. “Pucuk dicinta ulam tiba! Kebetulan banget nih, cecunguk itu telepon ke nomor Kakak!” Cinta langsung meraih ponselnya. Kemudian dia menggeser layar ponselnya. “Hmm! Ada apa?” Cinta menerima telepon itu tanpa ada basa-basi. “Gue mau, kalau siang ini kita ketemuan! Ada yang perlu kita bicarakan!” tegas Frans. “Ngapain?” “Kita harus membuat kesepakatan! Kamu nggak mau kan, kalau kita nikah? Gue juga sama! Gue nggak mau kalau sampai kita menikah!” Frans langsung menuju topik utama. “Bagus deh kalau gitu! Oke! waktu sama tempat kirim aja ke nomor ponselku!” menyetujui bertemu dengan Frans karena mereka memiliki misi yang sama. “Oke!” Frans menutup teleponnya. Setelah perbincangan mereka usai. Cinta langsung menghabiskan rujak pedas yang sedang dia makan. Lalu bersiap untuk menemui Frans. Juliana hanya bisa mendoakan kalau mereka menemukan cara untuk membatalkan pernikahan mereka. *** Cinta dan Frans bertemu di sebuah Kafe di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Mereka sama-sama menyamar. Memakai masker, kacamata hitam, dan juga topi. Pakaian yang mereka kenakan juga tidak seperti biasanya. Frans yang biasanya terlihat rapi, kali ini mengenakan celana jeans ripped, kaos oblong, serta jaket Varsity. Sedangkan Cinta menggunakan celana boyfriend, sepatu Vans, kaos pendek yang dia double memakai Hoodie berwarna putih guna menutupi kepalanya juga. Frans memesankan minuman untuk mereka, setelah mereka berdua melepas masker yang mereka kenakan. Termasuk melepas kacamata hitam yang juga mereka kenakan. “Sekarang to the point aja! Aku nggak banyak waktu buat berbicara sama kamu.” Cinta terlihat begitu muak melihat Frans yang duduk tepat di depannya. “Nanti malam kita akan bertunangan! Tentunya ini nggak seperti keinginan kita. Oke mungkin gue yang salah, tapi lebih salah lagi kalau sampai kita menikah! Sampai di sini jelas, kan?” tandas Frans sembari menatap Cinta yang juga tersenyum sinis terhadapnya. “Baguslah kalau kamu nyadar! Terus perjanjian apa yang bakal kamu buat? Kalau memang nggak merugikan aku, bisa dipertimbangkan!” Cinta sudah tidak sabar mendengar perjanjian yang akan dibuat oleh Frans. “Baiklah! Pertama, Kita akan berakting seolah-olah kita menerima pertunangan itu. Semua dilakukan untuk membuat mereka tenang dan tidak mengungkit masalah ini lagi. Kedua, kita jalani hidup kita masing-masing! Gue bakal nyari perempuan yang sesuai sama kriteria gue buat dijadiin pacar,l. Lo juga bebas! Lo mau balikan lagi sama pacar Lo atau Lo cari yang lain terserah Lo aja! Asalkan nggak ketahuan sama media! Paham, kan?” “Ya aku ngerti! Setuju! Terus ada poin yang lain nggak?” Cinta masih menunggu poin berikutnya kalau masih ada. “Poin ketiga, nggak boleh ada rasa cemburu kalau gue lagi jalan sama cewek gue dan Lo jalan sama cowok Lo! Pertunangan kita hanya formalitas. Karena katanya demi menutupi aib keluarga kita. Padahal kita nggak ngapa-ngapain!” Frans justru tertawa cekikikan. “Heh! Nggak ada yang lucu! Gara-gara kamu hidup aku berakhir! Walaupun kita nggak jadi nikah, mungkin nggak akan bisa balikin Dimitri dalam kehidupan aku! Udah, kamu nggak perlu ketawa-ketawa gitu! Enek tahu liatnya!” Cinta menanggapi tingkah Frans dengan ketus. ‘Et dah! judes amat sih? Bisa-bisanya gue terperangkap hubungan sama cewek kayak gini? Bar-bar!’ batin Frans setelah disemprot oleh Cinta. “Poin keempat. Dilarang jatuh cinta! Lo dilarang menyesal dan gue juga sebaliknya. Setelah kita bertunangan, kita harus sering mencari gara-gara! Biar apa?” tanya Frans yang sedang menguji fokus Cinta. “Biar nggak jadi nikah!” tandas Cinta. “Poin kelima, kita harus profesional soal pekerjaan! Jangan sampai urusan pribadi kita mempengaruhi urusan pekerjaan kita! Gue rasa udah cukup!” Frans tidak mau menambahi lagi, karena dia merasa perjanjian yang mereka buat sudah cukup mewakili. “Oke, deal?” tegas Cinta. “Deal!” jawab Frans mantap. ‘Awas aja kalau suatu hari nanti Lo jatuh cinta sama gue!’ batin Frans sembari menatap Cinta yang sedang menyedot jus jeruk pesanannya. ‘Awas aja kamu Frans, jangan sampai kamu malah jatuh cinta sama aku! Aku bakal bales semua rasa sakit ini! Rasa sakit karena ditinggal sama Dimitri!’ tegas Cinta dalam hatinya sembari menatap Frans yang juga sedang menyeruput jus mangga pesanannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN