Bab 5. Dasar Buaya!

1224 Kata
"Kamu sudah mabuk, b**o!" Bentak Zavon. Ia kewalahan membawa Vira ke sebuah ruangan, hampir mirip dengan kamar tidur dan masih satu bangunan dengan bar. Ia membawa Vira ke ruangan milik papanya. Meski ada dua orang yang berjaga, namun keduanya mengenal jelas siapa Zavon sebenarnya. "Tolong buka pintu ini untukku. Gadis ini memberontak tidak jelas." Kesal Zavon. Karena tidak ada yang mau membantunya, ia terpaksa memakai nama papanya lagi. Segalanya harus berhubungan dengan orangtuanya baru bisa berjalan dengan semestinya. "Aku sudah mendapatkan izin dari papaku." Ujar Zavon. Langsung saja, setelah ia mengatakan itu, pintu terbuka lebar untuknya dan Vira. Padahal, ia hanya mendapatkan izin untuk masuk ke bar dan minum sedikit saja, bukan untuk membawa perempuan masuk ke dalam kamar pribadi milik papanya, Dante. "Lepaskan aku!" Teriak Vira. Ia memberontak sampai membuat Zavon tidak bisa menahan keseimbangannya. Alhasil, keduanya berakhir di ranjang. Vira di bawah, Zavon di atas. Zavon membatu. Ini adalah kesempatannya untuk memperhatikan Vira dari jarak dekat. Dan dengan anehnya, Vira tidak memberontak lagi. Ia ketiduran dengan anehnya. Hal itu membuat Zavon semakin gemas pada perempuan yang satu ini. "Astaga. Sudah dibilang jangan minum, malah nagih!" Ejek Zavon sambil memperhatikan wajah Vira dari jarak dekat. Wajah perempuan itu memerah, membuat Zavon gemas ingin menyentuhnya. Jemarinya sudah mulai beraksi. Ia meraba wajah Vira, sedikit gemetar tapi dia bisa mengendalikannya. Mulai dari alis, turun ke hidung hingga bertengger manis di bibir merah muda Vira. Ia terpaku melihat itu. Zavon tersenyum tidak jelas. Ia menenangkan dirinya, tapi ketika melihat wajah polos Vira, ia kembali menggila. "Aish!. Kenapa aku jadi gila gini sih?" Tanya Zavon pada keheningan kamar ini. Zavon mendekat. Semakin mendekati wajah Vira. Perasaannya sudah tidak karuan, jantungnya berdegup kencang. Pun juga dengan senyumnya yang selalu merekah. "Baru saja aku marah karena mereka, sekarang aku malah gila karenamu, Vira. Kenapa kamu membuatku merasakan hal yang berbeda?" Tanya Zavon kebingungan. Ia semakin mendekati wajah Vira, bahkan sampai tak memiliki jarak sedikitpun. Dekat, semakin dekat. Fokus Zavon sudah pada yang merah muda itu. Sudah sangat dekat, hingga tak berjarak. Nyatanya, semangatnya langsung dipatahkan. Hoeeekkk.... Sontak, Zavon langsung bangun, tapi tetap saja telat. Jas yang dipakainya sudah kena oleh muntahan Vira. Ia tidak percaya dan sampai membulatkan mata. Ini adalah pertama kalinya ia mendapatkan hal seperti ini dan hanya perempuan ini saja yang bisa melakukannya. Nyatanya, Zavon tidak bisa memarahi Vira meski sangat ingin. Malah, kemarahan dan rangkaian kata yang akan dia luapkan seketika sirna saat melihat Vira yang tersenyum begitu manis padanya, di bawah kontrol alkohol dan sama sekali tidak menyadari apa yang dia lakukan. Zavon menganga tidak percaya. Ia masih membatu dan terus melihat Vira yang memberikan senyum padanya. Tidak lama, perempuan itu kembali tidur dengan begitu mudahnya. Hanya dia yang bisa berlaku seenaknya pada Zavon tanpa mendapat amukan dari pria itu. Zavon melihat dirinya lagi. Bajunya sudah penuh dengan muntahan dari Vira. Aromanya juga tidak main-main. Hoeekk.... Kini, ia sendiri yang ingin muntah. Ia langsung berlari ke kamar mandi, melepas semua bajunya segera, mengguyur dirinya di bawah shower sambil menumpahkan banyak sekali sabun mandi untuk menghilangkan bau muntahan itu. Beberapa kali Zavon mengulangi hal yang sama ketika masih dirasa bau muntahan itu masih menempel di badannya. Sampai rasanya stok sabun yang ada di kamar mandi ini habis dipakai olehnya. Menggosok dirinya kuat, berharap aroma itu menghilang. "Kenapa bau sekali?" Kesal Zavon, tapi seketika ia malah tersenyum tidak jelas lagi. Ia sampai berjingkrak bak anak kecil. Setelah selesai, ia baru menyadari kalau dirinya tidak membawa baju ganti. Bahkan celana panjangnya yang tidak kena muntah sudah basah olehnya bersamaan dengan jasnya. "s**t!" Kesal Zavon. Tak punya pilihan lain, ia hanya keluar hanya dengan memakai handuk saja. Untungnya, tidak ada muntahan Vira di kasur sehingga ia tidak perlu lagi mengganti seprai kasur itu. Namun kenyataannya, ia malah semakin di uji. Mungkin tidak dengan seprai kasur, tapi baju Vira. Bukankah itu artinya ia harus menanggalkan baju Vira? Sendirian?. Agak kesusahan, Zavon melakukannya sendiri. Ia tidak mungkin meminta bantuan dari pria yang berjaga di depan. Dengan hanya membiarkan mereka melihat satu jengkal saja tubuh Vira, sudah membuat darah Zavon mendidih. Sekarang, ia tidak lagi menahan amarah, ataupun gejolak cinta yang ia rasakan. Melainkan nafsu yang muncul ketika melihat jengkal tubuh Vira yang polos ketika melepaskan baju perempuan itu. Sudah berulang kali Zavon mencoba untuk memejamkan matanya, akan tetapi sangat sulit. "Tahan, tahan...." Rapalnya. Ia membuka baju Vira dan hanya menyisakan baju kain tipis sebelum bra, meski kain penutup sakral itu terlihat jelas. Hanya dengan begitu sudah cukup menguji kesabaran nafsu Zavon. Berhasil. Zavon hendak membawa baju itu, tapi tangannya langsung di tarik oleh Vira. Lengan perempuan itu melingkar di leher Zavon, menganggap kalau sekarang ini Zavon ialah guling, sampai membuat pria ini terbanting ke tengah. Kekuatan orang mabuk memang tidak bisa diremehkan begitu saja. "Aku bukan guling." Ujar Zavon berusaha melepas tangan Vira. Setelah berhasil melepaskannya, dengan cepat dia membawa baju itu ke kamar mandi, menggantungnya dengan bajunya yang sebelumnya. Cukup lama bagi Zavon ada di dalam kamar mandi itu, memperhatikan dirinya sendiri dari pantulan cermin. "Kenapa reaksi tubuhku sangat berbeda pada Vira? Padahal dengan perempuan lain aku biasa saja?" Tanya Zavon kebingungan. Mengingat bagaimana caranya Vira tersenyum padanya, membuat Zavon kembali salah tingkah. Ia memegang dadanya, menekan agar tidak berdegup terlalu kencang. Ia malu mengakui kalau sebenarnya baik hatinya maupun tubuhnya sudah sangat menginginkan Vira. "Apakah aku jatuh cinta dengannya?" Tanya Zavon pada dirinya sendiri, lagi *** "Kenapa kamu tidur di sampingku dalam keadaan tak berpakaian sedikit pun?!" Teriak Vira yang membuat tidur Zavon terganggu. Ia hanya tidur dua jam terhitung dari dia bangun sekarang ini. Sepenjang malam ia menahan dirinya untuk tidak menerkam Vira. Terlebih perempuan itu lebih agressif padanya karena di bawah kendali alkohol. "Aku memakai handuk. Kamu tidak melihatnya?" Tanya Zavon lemah. Ia mengucek matanya sejenak kemudian lanjut tidur lagi. "Handukmu lepas b**o!" Kesal Vira. Perempuan itu sampai menendang Zavon. "Awww!" Ringis Zavon, terjatuh. Untung saja selimut itu menyertainya, menutupi tubuhnya yang tak berlapis sedikit pun. "Ini bukan salahku!. Aku lupa kalau gak bawa baju ganti." Ujar Zavon santai lagi dan baik ke atas ranjang untuk kembali tidur. "Pria ini menyebalkan sekali!" Kesal Vira. Saking kesalnya, Vira memukul punggung Zavon. Sekali kemudian turun dari ranjang. Hendak keluar dari ruangan ini, namun dia terhenti ketika melihat dirinya sendiri dari kaca kamar mandi. Dengan cepat dia menghampiri cermin itu, dan menelisik satu per satu bercak merah yang ada di lehernya. "Ini tidak mungkin nyamuk, bukan? Biasanya tidak sebesar dan separah ini gigitannya?" Tanya Vira kebingungan. "Kenapa bajuku terlepas?" Tanya Vira lagi. Ia takut, mengurungkan niatnya untuk keluar dari ruangan ini. Langsung menghampiri Zavon yang kembali mengarungi indahnya mimpi. Berkacak pinggang di depan pria itu, menagih jawaban darinya. "Kenapa?" Tanya Zavon pelan, akan tetapi matanya tidak mau terbuka. "Kenapa leherku ada bekas nyamuk? Dan separah itu?" Tanya Vira polos. Ia tidak tahu kalau itu adalah bekas ketidaksanggupan Zavon menahan nafsunya terhadap godaan Vira. "Ruangan ini sudah lama tidak dibersihkan. Mungkin lima tahun yang lalu. Mungkin itu alasannya nyamuk di sini lebih besar dari biasanya." Jawab Zavon santai. Tentu saja itu adalah kebohongan. Vira mengangguk paham. Terlalu polos. "Terus, nyamuk itu tidak mungkin kan mengigit bajuku sampai habis. Kamu kan yang melakukannya?" Tanya Vira lagi. Sontak, Zavon langsung membuka matanya. Ia tersenyum sejenak dan kembali tidur. "Dasar buaya!" Kesal Vira, mengambil salah satu bantal dan melampiaskannya pada tubuh Zavon. "Sakit, Vira!" Teriak Zavon, akan tetapkan tidak didengarkan oleh gadis itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN