BAB 2

1196 Kata
Raja iblis pun menemui anaknya. Kedua tanganya pun mengepal saat melihat anaknnya bukannya latihan malah bermain-main bersama dengan pelayan. “Austin! Apa yang kau lakukan!” bentak raja iblis membuat Austin kaget dan secepat kilat memperbaiki posisinya. “Ayah.” “Bukankah ayah minta kau latihan? Sampai kapan kau harus bermain-main terus. Kau harus menjadi kuat. Aku tak ingin kau menjadi lemah karena lebih memilih bermain-bain ketimbang latihan. Bagaimana jika kastil kita di serang.” Austin mengorek-gorek telingannya yang gatal mendengar ocehan ayahnya. Sudah sekian kalinnya ia mendengarkan ceramahan ayahnya itu. “Iya ayah aku mengerti. Aku sudah menjadi kuat, kok. Ayah tidak usah cemas.” “Baiklah. Lain kali ayah tak ingin melihatmu bermain-main lagi. Kau harus latihat terus untuk meningkatkan kekuatanmu.” “Iya. Ayah.” Setelah berbicara dengan putranya raja iblis pun kembali ke singgahsannya. “Akhirnnya dia pergi juga.” Austin kembali duduk di tempannya dan kembali bermain-main dengan para pelayan. **** Beberapa prajurit berbaju biru berjejer dan menatap sebuah kota yang begitu damai. Orang-orang berlalu-lalang di sekitar jalanan. “Sesuai perintah Raja iblsi. Ambil semua anak gadis yang ada di kota ini tanpa terkecuali.” “Siap.” Ujar para prajurit itu serempak. Para prajurit itu membagi kelompok. Perajuri itu pun mengeluarkan sihir mereka untuk menghancurkan kota yang dulunya damai kini menjadi ricuh. Tangisan, teriakan, dan mayat kini ada di mana-mana. “Ampun Tuan. Kami mohon jangan bawa anak kami.” Seorang lelaki paruh baya kini memohon pada salah satu prajuri. Di samping lelaki paruh baya itu ada istrinya yang juga ikut memohon. Tanpa perasaan prajurit itu pun menendang suami istri itu dengan kasar. “Dasar rakyat miskin. Kalian mengotori bajuku tahu,” ujar prajurit itu kesal. “Oii, kalian berdua. Cepat kemari dan bunuh suami istri ini.” Prajurit itu memerintahkan dua prajurit lain untuk mendekat. “Ampun Tuan. Jangan bunuh kami.” suami istri itu mulai ketakutan saat si prajuri mulai mengeluarkan pedangnnya. “Tak ada ampun bagi kalian berdua.” Setelah itu terdengar teriakan histeris saat suami istri itu di tebas oleh sebuah pedang tajam. Para prajurit itu tersenyum senang menatap kota yang kini telah hancur. “Ada berapa gadis yang kalian tangkap?” “Ada sekitar lima puluh orang.” “Bagus. Saat kita kembali ke kastil dan mempersembahkan gadis-gadis ini pada Raja iblis.” ***** Tidak jauh dari perkotaan. Seorang gadis cantik tengah bejalan menuju kota. Beberapa orang berlari ketakutan keluar dari kota membuat gadis itu merasa ada yang ganjal. “Apa yang terjadi?” tanya gadis itu pada salah satu lelaki paruh baya. “Beberapa Prajurit Raja iblis ada di kota. Sebaiknya nona pergi dari sini. Jika tidak nona akan di bawah ke kastil Raja blis untuk di jadikan persembahan untuk putranya,” jelas lelaki paruh baya itu. Gadis cantik itu terdiam sejenak dan berpikir. “Ahhh. Sepertinya aku punya ide untuk memusnahkan Raja iblis,” batinnya lalu melangkah menuju kota. Lelaki paruh baya itu berusaha mencegahnnya. Tapi wanita itu tak mendengar dan berlari memasuki kota yang telah hancur. Gadis itu mengepalkan tangannya saat melihat bagunan yang hancur, mayat, dan tangisan ada di mana-mana. “Maaa! ... hisk .... Paa! ... hisk ...” gadis itu mendekati sorang anak kecil berusia tujuh tahun yang tengah menangisi kedua orang tuannya yang telah menjadi mayat. Gadis itu memeluknya dan menepuk punggung anak lelaki itu berusaha menenangknnya. “Cup .. cup ... sudah. Jangang menangis lagi, Dek. Cepatlah pergi dari sini sebelum para prajurit itu melihatmu.” Beberapa prajurit berjalan kearah mereka. “Tapi, Hisk ... Mama ... dan Papa ... hisk ...” “Cepatlah pergi. Ibu dan ayahmu sudah tidak bisa tertolong lagi.” Anak lelaki itu bersikeras tetap di tempat dan salah satu prajurit semakin mendekati mereka. “Besembunyilah di sana. Jika tidak mereka akan membunuhmu,” kata gadis cantik itu sambil menunjuk sebuah bangunan yang mungkin tak terhuni lagi. Anak kecil itu pun menurut dan bersembunyi. Saat itulah prajurit semakin dekat dan melihatnnya. “Wahhh. Lihat! Ada gadis cantik di sini!” Teriaknya pada salah satu temannya. Dua prajurit pun mendekat dan tersenyum setelah memeriksa lekukan tubuh gadis cantik tersebut. Wajah cantik, ramping dan rambut panjang yang terurai. Siapa pun yang melihatnya pasti jatuh cinta dengan wajah cantiknya. “Wahhh. Sebaiknnya kita membawanya pada raja iblis. Aku yakin raja iblis akan menyukai gadis cantik ini.” “Kau ikat dia.” Gadis cantik itu pun di ikat bersamaan dengan gadis-gadis lainnya. Tanpa prajurit sadari gadis cantik itu tersenyum menyeringai. **** Para prajurit itu pun membawa para gadis-gadis ke hadapan sang raja iblis. Lelaki yang berstatus raja iblis itu tengah duduk di singgahsananya dengan beberapa pelayan melayaninya dengan hati-hati. Para gadis-gadis yang di bawa para prajurit itu menunduk takut. Hanya satu wanita duduk diam tanpa takut sedikit pun. Dialah Dwyne Eiria gadis pahlawan yang suka menegakkan ke adilan demi perdamaian yang ia impikan. Sejak Raja iblis mulai menguasai dunia. Banyak rakyat miskin yang kesulitan dan ketakutan. Karena itu ia memutuskan untuk menjadi kuat demi membunuh raja iblis. Maka dari itu setelah berlatih beberapa tahun. Akhirnya di sinilah dia. Raja iblis kini berada di hadapannya. Tidak lama lagi ia akan membunuh Raja iblis sesuai dengan ke inginan orang tuanya dan impian semua umat manusia. Memikirkan hal itu membuatnya tersenyum menyeringai. “Sedikt lagi,” batinnya dan menatap raja iblis dengan penuh kebencian. Menyadari seseorang menatapnya. Seketika Raja iblis berbalik dan juga menatap wanita itu lalu tersenyum. Ia telah menemukan wanita yang cocok dengan putranya. “Kau.” Raja iblis menunjuk salah satu pelayannya. “Iya, Tuan.” “Bawa wanita itu kemari.” Raja iblis menunjuk ke arah wanita pahlawan tersebut. Sang pelayan pun melangkah mendekati wanita yang di tunjuk Raja iblis. Lalu dengan kasar pelayan itu menarik Dwyne Eiria kasar. Eiria meringis saat pelayan itu menariknya kasar. “Lepaskan,” ujar wanita itu dingin. Tapi sang pelayan tidak perduli. Malah menyertnya semakin dekat dengan Raja iblis. Dalam hati wnaita itu merutuki pelayan tersebut. Tapi dalam hati ia juga senang. Semakin ia dekat dengan Raja iblis maka ia lebih mudah untuk membunuhnya. “Tuan, kami telah membawanya.” Raja iblis menatap Eiria sejenak. Lalu bangkit drai singgahsananya mengahmpiri Eiria. Lelaki paruh baya itu memeriksa tiap lekukan tubuh Eiria dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Sepertinya wanita ini cocok dengan putraku,” batinnya. “Panggil Austin kemari,” perintahnya. “Baik, Tuan.” Pelannya pun undur diri untuk memanggil putra Raja iblis. “Siapa namamu?” “Namaku Eiria, Tuan,” uajar wanita itu pelan. Ia sengaja menggetarkan suaranya sehingga lelaki paruh baya di hadapannya tidak curiga padanya. Tak hanya itu tubuhnya juga ia getarkan sehingga Raja iblis berpikir jika ia ketakutan. “Jangan takut. Aku tidak akan membunuhmu. Malahan kau akan hidup enak setelah ini. Aku akan memberimu harta yang banyak dan kekuasaan sehingga tidak ada yang akan menindasmu.” “Iya, Tuan.” Dalam hati wanita itu menyeringai. Dengan tinggal di istana ini dia punya banyak waktu untuk membunuh Raja iblis. Tak lama kemudian. Putra Raja iblis yang bernama Austin Barayev Daren pun tiba bersama dengan pelayannya. Eirin menatap Austin saat melangkah mendekati mereka. Saat itu keduanya sempat bertatapan namun lelaki itu keburu melepas tatapannya lalu menatap ayahnya. “Ada apa ayah?” TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN