Aku merasakan tangan Ken kini sudah menangkup kedua pipiku. Astaga aku harus apa dan kenapa aku tadi malah menutup mata? Rutukku dalam hati. Tidak lama kemudian satu tangan Ken yang tadi berada di pipi kiriku terangkat. Sudah terlalu lama dan belum terjadi apa-apa. Jadi sebenarnya aku menunggu terjadi apa? Tanyaku lagi pada diriku sendiri. Namun serius ini sudah terlalu lama. Saat aku meragu untuk membuka mata atau tidak, kini aku merasakan tangan Ken sudah berada di keningku. Lalu ucapannya terdengar dan membuatku kaget luar biasa. “Sha kamu demam ya? Wajahnya merah? Pusing? Kok merem?” ucap Ken. Astaga aku malu sekali. Jadi tadi aku salah mengartikan tatapan kami yang saling bertukar. Lagi kenapa juga sih aku menutup mata hanya karena tubuhnya yang mendekat. Lagi juga kenapa Ken mend