“Kenapa kamu ikut kesal?” Aksa mengerutkan keningnya. “Mana ada lelaki sebebas itu dengan perempuan saling berpelukan?” Maha geleng-geleng kepala. Matanya terus memperhatikan Malika yang sedang mengobrol dengan ceria. “Bukannya kamu dan Anjani begitu?” Aksa menahan senyumnya. Ia tersadar kalau sepertinya Maha tidak suka melihat Jester dan Malika yang terlihat akrab. “Aku dan Anjani berbeda. Kita hanya teman..” Maha memasang ekspresi kesal. “Bukannya Malika dan lelaki itu juga teman? Dia tadi bilang brother..” Aksa terus saja menahan senyumnya. “Tetap saja. Tidak seharusnya Malika seperti itu di hadapanku!” Maha cemberut. Aksa langsung tertawa lalu merangkul Maha, “Bro.. Lelaki itu, musuh kita ok?” Maha lalu menatap Aksa, dan menyunggingkan senyum. Ia baru sadar kebodohannya.