“A-aku.. brilian?” Maha tercekat. “Aku memang brilian.. Kamu harusnya kagum..” Maha mendorong Malika perlahan. “Ke-kenapa kamu harus memelukku segala?” “Uupps, itu tanpa sadar.. Kamu terlalu keren! Aku akui, aku kagum. Pengacara terkeren yang aku kenal!” Malika tersenyum lebar. Maha berdehem dan menahan senyumnya. “Aku sepertinya tidak dulu bicara pada Ara malam ini. Atau tetap bicara? Bagaimana menurutmu? Kejadian Daffa barusan sudah membuatnya sedih. Apalagi kalau mendengar kabarku ini, sepertinya tambah sedih,” Malika mengkhawatirkan kondisi Addara. “Menurutku, tunda sampai besok. Biarkan Addara tenang. Berita negatif berturut-turut bisa membuatnya terguncang. Sekaligus aku juga sedang mencari informasi soal Ruri, siapa tahu ada kejelasan identitasnya. Kita lengkapi semua in