Sudah pukul dua belas lewat lima belas menit. Malika berulang kali melihat jam tangannya. Ia tak sabar menunggu Maha datang menjemputnya. "Ah, aku telepon lagi saja," Malika menggumam dan akhirnya menelepon Maha. Malika, “Kamu dimana? Lama sekali..” Maha, “Sudah di jalan bu. Maafkan aku yang bukan pengangguran ini.. Banyak pekerjaan selain urusan pengintaian ini..” Malika tertawa, “Aduh.. Ada yang marah? Jangan marah marah Maha, nanti kerut di wajahmu tambah banyak.” Maha, “Apa maksudmu? Apa wajahku terlihat sudah memiliki kerutan?” Malika, “Kamu tidak menyadari itu?” Maha merasa kesal sendiri, “Ah sudahlah.. Aku sudah dekat.” Ia memperlambat laju kendaraanya, untuk berhati-hati agar tidak terlewat. Tapi, dari kejauhan, di depan tempat tujuannya menjemput Malika, ia melihatnya s