Rindu POV
Sebentar saja berita kehamilanku sudah diketahui oleh orang banyak, reaksi merekapun berbeda-beda jika kak Novi dan Riski yang masih nampak prihatin, beda dengan mbak Suci yang justru terlihat begitu gembira.
"Beruntung lo ngandung anak orang kaya" godanya padaku. Tentu saja aku tak akan tersenyum sedikitpun atas candaannya. Dan aku melihat Mamih Rike yang seolah serius berfikir dalam diamnya. Aku tak tahu apa yang wanita itu pikirkan, mungkin saja ia mau mengusirku? Karena dianggap merepotkan dirinya kelak, atau malah memintaku untuk memeras laki-laki itu dengan kehamilanku?.
Rindu POV end.
"Sekarang semua terserah padamu, apa kau ingin melanjutkannya atau tidak?". tanya Mamih Rike tenang. Pantas wanita itu dipanggil Mamih disini, nyatanya sikapnya benar-benar menunjukkan sosok keibuan. Tanpa sadar Rindu meraba perutnya yang masih rata.
Air matanya meluncur membasahi kedua pipinya. Rindu hanya menggeleng lemah. Tak mungkin! tak mungkin ia menolak karunia yang telah Allah berikan padanya, meski hatinya masih bimbang apa yang harus ia lakukan.
---
"Jadi lo mau pertahanin anak itu?" tanya Riski, dari raut wajahnya terlihat jelas ia masih sama terpukulnya, ia bahkan memejamkan matanya dan memilih menyederkan tubuhnya pada dinding yang dingin.
"Anak ini akan menjadi kekuatanku, aku berjanji akan menjaganya sepenuh hati, Kak" sahut Rindu mantap.
"Bagus... terus kenapa lo masih kelihatan sedih?" tebak Riski.
"Hhhaaah... aku cuma ingin dia tahu anak ini ada, apa itu berlebihan, Kak?" Kini Rindu ikut menyenderkan tubuhnya di sebelah Riski mencoba menghirup sebanyak-banyaknya udara yang sedikit mampu menguar beban hidupnya.
"Kalo itu mau lo, gue tahu kok tempat buat lo bisa ketemu sama Bapaknya itu anak" jawab Riski seraya mengedikkan matanya kearah perut Rindu.
"Beneran kak, aku cuma mau dia tahu kok. Aku juga sadar dia pasti gak bakal mau tanggung jawab, tapi aku akan sedih sekali seandainya anak yang aku kandung bahkan tidak dikenal sama Bapaknya." sahut Rindu. Entah keberanian dari mana, Rindu begitu ingin sekali lagi bertemu dengan Dia. Dia yang telah menghancurkan hidup wanita itu, tapi Rindu masih merasa butuh bertemu dengan pria itu sekali lagi. Rindu ingin terbebas dari rasa traumanya selama ini dan satu-satunya jalan dengan cara menghadapi pria itu lagi.
---
Dengan diantar Riski menggunakan sepeda motornya, Rindu sampai ke sebuah gedung pencakar langit, tingginya seakan menyentuh awan. Gedung berlantai 38 dengan view pemandangan sibuknya ibukota itu adalah tempat tuan muda Han Jian bekerja.
Oowwh bukan... lebih tepatnya ialah pemiliknya.
"Maaf anda berdua mau kemana?" cegat seorang satpam bertubuh tinggi besar.
"Kami ada perlu dengan tuan Han Jian, bilang saja kami dari club Rike" jawab Riski tenang. Sesaat saja mereka sudah diijinkan untuk masuk kedalam bertemu dengan seorang resepsionis yang terlihat sangat cantik. Bernama Lidya
"Silahkan kalian duduk dulu disana" Sapanya lembut, Riski dan Rindu menurut. mereka duduk ditempat yang ditunjuk wanita itu.
Terlihat resepsionis itu menelpon sekertaris pribadi Han Jian, yang bernama Mr. Kim Chou, ia memang memilih laki-laki sebagai sekertaris pribadinya, selain karena lebih ulet saat bekerja, ia juga tak suka diganggu dengan pakaian mini sekertarisnya yang membuat dirinya bekerja tidak tenang.
“Sekertaris Kim disini ada wanita dan laki-laki yang ingin bertemu CEO Han Jian, mereka bilang dari club Rike” ucap Lidya.
“Oke Lidya, saya akan memberi tahu CEO apakah mereka boleh menemuinya atau tidak!”
Mr. Kim langsung ke.ruangan Jian, karena hanya dirinyalah yang boleh masuk kesana. Lelaki keturunan korea itu segera mengatakan maksud dan tujuannya.
“Club Rike? Eemm..!” kutip Jian, ia langsung teringat dengan gadis kecil yang membuatnya langsung puas juga tertantang hanya dalam satu malam. Sesaat ia bahkan begitu merindukan gadis itu.
“Tolong ambil fotonya sebelum masuk, aku tak mau kalau yang datang bukan dia!” Titah Jian yang memang selalu hati-hati dalam bertindak. Sesuai perintah maka Lidya mengirimkan foto tersebut ke sekertaris Kim.
Ia tersenyum puas karena wanita yang menunggu di lobby betul-betul wanita yang ia maksudkan, sebenarnya pria itu bisa saja memiliki kekasih artis papan atas, ataupun supermodel yang kecantikannya tak perlu lagi diragukan, tapi tetap saja mengerjai wanita biasa, merupakan suatu tantangan untuk dirinya.
Ia kembali mengingat kisah cinta satu malamnya dengan wanita itu 2 bulan lalu, dan apakah hari ini ia dapat lagi mengulang kembali nikmat yang ia rasa? jawabannya kenapa tidak! bahkan wanita itu yang menyerahkan dirinya kembali dengan datang ke kantornya.
"Suruh dia masuk!, ingat hanya ia tidak dengan laki-laki itu." (Send)
Sesuai perintah Lidya kembali memanggil Rindu, ia meminta Rindu untuk menaiki lift ke lantai 37 tempat dimana Han Jian berada.
"Kalo gitu ayok Rindu!" ajak Riski semangat.
"Maaf hanya Nona ini yang diperbolehkan, anda silahkan menunggu saja disini" Balas Lidya ramah, dan tanpa diminta sudah ada dua orang boyguard yang menahan langkah Riski.
"Gak papa kak, Insya Allah aku gak akan kenapa-napa," jawab Rindu saat melihat tatapan khawatir dari Riski. Sebenarnya wanita itu juga sedikit takut, tapi apa mungkin lelaki itu mau melakukan hal gila padanya lagi terlebih di perusahaannya sendiri.
Rindu sudah menaiki lift menuju lantai 37, cukup lama ia didalam sana, perasaannya berdebarnya yang membuat waktu berjalan begitu lambat. Sampai ia sendiri merasa bosan. Berkali-kali matanya melihat angka pada papan lift, namun belum juga sampai. Sesaat setelah lift memasuki angka 35, jantungnya justru semakin berdetak kencang, ia takut bagaimana jika laki-laki itu menanggapainya tak sesuai dengan harapan Rindu.
Wanita itu hanya mengepal tangannya kuat, mencoba mencari keberanian dalam dirinya.
‘Aku pasti bisa!” gumamnya.
Ting!
Pintu lift terbuka, Rindu berjalan sedikit oleng karena terlalu pusing, ia memang belum pernah menaiki lift setinggi itu.
“Ruangan sebelah kanan,” desis Rindu mencoba mengingat. Dan baru saja ia berbelok sudah nampak satu ruangan yang begitu besar bertuliskan “CEO HAN JIAN”
ia menengok ruangan lainnya, yang bertuliskan “SEKERTARIS KIM CHOU” Rindu sendiri tak tahu apa ia harus lapor pada lelaki yang terlihat serius bekerja dari balik pintu, ia akhirnya memutuskan untuk langsung ke ruangan Han Jian, tujuannya kesini bukan untuk basa-basi, tapi untuk urusan pribadi, yaitu kehamilannya.
Tok! Tok! Tok!
Dengan ragu Rindu mengetuk pintu kokoh itu, ia bahkan mengigit bibir bawahnya, cemas, maatanya menengok kearah lain dengan tangannya yang terus mengetuk pintu.
Tiba-tiba saja suara ketukan pintu berubah jadi tubuh berotot, Milik Jian.
“Ahk Maaf..!” katanya menyesal telah mengetuk d**a Jian, lelaki itu tertawa miring. Sungguh polos wanita didepannya, ia bahkna masih terus memegang tangan Rindu yang tadi di dadanya.
"Sudah datang" seringai pria itu yang telah berdiri tepat didepan Rindu.