“Pak, ini udah 2 bulan lebih, tapi Rindu juga belum ada kabarnya, Pak “ desah Sulastri memikirkan anak semata wayangnya, inilah yang ditakutkan Sulastri saat Rindu hendak pergi, anak itu tak akan mengirimkan kabar padanya. Padahal sepanjang hari wanita tua itu selalu menunggu secarik surat ataupun telepon dari Rindu. Mata yang syarat akan deritanya kehidupan, sekarang harus ditambah dengan luka hati seorang ibu yang ditinggal anaknya. Membuat tubuhnya lemah tak berdaya, memang seseorang akan kuat disaat ada orang lain yang menjadi alasannya untuk bertahan hidup, tapi disaat alasan itu hilang, maka raga ini hanya akan menjadi setumpuk daging tak bermakna. “Ibu, yang sabar Bu, mungkin Rindu sedang sibuk dengan pekerjaannya, yang penting sekarang Ibu makan dulu, nanti Ibu sakit”. rayu Nursa