“b******k !,” umpat Zee kesal. Zee terus berlari menuju gedung kost, wanita mana yang mau dilecehkan seperti itu, seenaknya saja menjadikannya teman berbagi ranjang. Oh Tuhan, laki-laki itu merendahkannya. Dia pikir ia w************n yang bisa di ajak tidur sembarangan. Ia tidak peduli dia atasannya. Dipecat pun ia tidak masalah, mungkin ia akan mencari pekerjaan lain setelah ini. Zee mengatur nafasnya yang sulit diatur, ia lalu membuka hendel pintu. Dengan cepat ia melangkah dan menutup pintu itu kembali. Ia lalu duduk di sofa dekat jendela. Menyandarkan punggung sambil menatap buku-buku jari yang mendingin, karena telah berani menampar wajah laki-laki itu. Ada sedikit rasa penyesalan atas apa yang ia lakukan. Laki-laki yang ditamparnya itu bukanlah orang sembarangan. Dia adalah or