Kaivan sedang melamun di teras rumahnya dan sudah menghabiskan lima batang rokok sejak sejam yang lalu. Pikirannya terlalu kusut. Ia masih menginginkan wanita bernama lengkap Gendis Wilujeng itu, namun takdir seolah tak membiarkan dirinya bersatu dengan wanita itu. Kaivan meremas rambutnya, dadanya semakin memanas ketika sore tadi ia bertemu dengan Dokter Andre, yang konon tengah menjalin hubungan dengan Lujeng di rumah wanita itu. Kaivan kembali menyalakan rokok yang kesekian kali. Dihembuskannya asap rokok dari bibir tipisnya ke udara, membentuk pola-pola abstrak. Sama seperti asap rokok yang sudah dihembuskannya dan tak bisa ia tarik kembali. Seperti itulah, kehidupannya kini. Kenakalannya di masa muda membuatnya kini harus terkungkung dalam sebuah pernikahan atas nama tanggung jawab.