Lujeng tidak pernah menyangka, kisah percintaannya dengan Kaivan bisa sedemikian tragis. Ia dan Kaivan sama-sama tahu jika cinta masih ada di hati mereka. Tetapi ya, sekali lagi, karena Lujeng tidak ingin egois dengan kebahagiaannya, sementara ada perempuan dan seorang anak yang lebih berhak memiliki Kaivan. Sekali lagi, Lujeng mengakui jika dirinya seorang yang naif. Ia tengah dihukum dengan susahnya move on dari seorang Kaivan Jayakrishna. Terlebih kini, lelaki itu tengah tergugu pilu di atas kemudinya, yang membuat hati Lujeng semakin dilanda nestapa. Kenapa harus seperti ini? Lujeng pun tak kuasa menahan air matanya. Menggigit bibir, wanita itu merasakan nyeri di dadanya. Ia sama sakitnya dengan Kaivan, tetapi tidak ada jalan keluar bagi hubungan mereka, selain menjalani kehidupan m