Bab 18 Aku kembali ke kamar dengan perasaan sesak menahan kekesalan yang luar biasa. Rasanya seperti batu yang menumpuk di d**a dan kepalaku. Berat sekali. Apa-apaan Mas Agung itu. Kenapa dia bisa berpikir untuk menjual rumah ini. Tidakkah dia kasihan kepada Adi. Lagipula waktu rumah ini dibangun, selain dari uangnya, aku juga ikut membiayai dan dibantu dengan ayah mertua juga. Aku menimbang-nimbang antara harus memberitahu ayah dan ibu mertua atau tidak. Karena selain memikirkan kesehatannya aku juga takut ayah mertua akan mengamuk kepada Mas Agung dan tidak bisa mengontrol dirinya dengan hutang yang besar, hingga akhirnya penyakitnya asmanya kambuh. Tapi aku juga tidak ingin disalahkan, jika Mas Agung nekat melakukan hal itu. Lagipula mereka sangat baik kepadaku, dan juga sangat meny