Bab 8

3041 Kata
HAPPY READING *** “Naomi Calling” Bibir Lily maju satu senti melihat nama “Naomi” pada layar ponsel. Ia tahu bahwa saudaranya itu menelfon pasti menyuruhnya menjemput Kayla, keponakannya. Padahal ia hari ini ia tidak berniat untuk ke mana-mana, karena takut dimata-matai oleh dokter gadungan bernama Teguh. Karena sejak semalam ia sulit tidur memikirkan pria yang selalu menerornya dengan kata “I saw you”. Seakan jaraknya ia dengan dokter gadungan itu terasa dekat. Walau pria itu tidak menerornya lewat ponsel tapi kata-kata itu selalu menghantuinya. Lily dengan berat hati lalu mengangkat panggilan itu, ia meletakan ponsel ditelinga, “Iya mba” ucap Lily, ia duduk di sisi tempat tidur sambil mengecilkan volume music nya. “Dek, kamu lagi apa?” tanya Naomi. “Lagi di kamar aja sih mba. Kenapa mba?” “Mba minta tolong …” “Jemput Kayla?” ucap Lily sebelum Naomi melanjutkan kata-katanya, karena sudah menunjukan pukul 11.00, Kayla pulang sekolah jam 12.00. Jarak rumahnya dari, Setiabudi ke Cilandak tempat Kayla sekolah memang tidak terlalu jauh. “Iya, mba ada meeting sekarang, jadi mba minta tolong sama kamu jemput Kayla ya dek” “Iya” “Nanti bawa pulang ke rumah aja, ada sisten nya di rumah. Soalnya Kayla mulai les piano hari ini. Mba pulang sore” “Iya mba, ini Lily mau siap-siap pergi” ucap Lily, membuka lemari pakaiannya. Lily menarik nafas, ia sebenarnya suka jika disuruh jemput Kayla dan bahkan bermain-main dengan ponakannya yang cantik itu. Hanya saja hari ini ada dokter gadungan yang menghantuinya. Jadi ia merasa di awasi. Namun di sisi lain, ia juga harus menjemput Kayla, karena dialah satu-satunya cucu pertama mama dan papa di rumah dan keponakan terseyang. Lily memandang penampilannya, ia mengambil flounce dress berwarana biru muda dengan motif floral. Rambut panjangnya ia ikat ke belakang, karena ia memang akan memamerkan kulit punggungnya yang mulus dihadapan ibu-ibu sosialita yang sedang menjemput anaknya di Rumah Main Cikal. Lily mengoles lipstiknya berwarna nude dan berpenampilan rapi. Lily memasukan dompet, ponsel, lipstick, dan eyebrow ke dalam tas hermes pemberian mba Naomi. Jika disuruh membeli tas ini, ia tidak akan membeli tas ini karena harganya selangit. Apalagi pemasukan keuangannya tidak terlalu banyak seperti mba Naomi yang setiap bulannya hingga milyaran rupiah, hanya hasil jualan tas branded. Ia tahu bahwa status social mba Naomi tidak diragukan lagi. Teman-teman mba Naomi lagi dari dokter hingga artis ternama. Setelah semua beres, Lily mengambil kunci mobil. Ia keluar dari kamar. ia menarik nafas panjang, ia berharap bahwa dokter gadungan itu tidak menghubunginya lagi. Namun ada perasaan tidak enak ketika ia menuruni tangga. Ia menatap si bibi sedang asyik bersama mama menonton TV sedangkan papa entah ke mana. “Mau ke mana non” ucap bibi menatap Lily, anak paling bungsu di rumah ini. Dialah satu-satunya wanita yang masih bertahan di rumah ini. “Mau jemput Kayla bi, biasa mba Naomi lagi sibuk meeting” Mama juga memandanganya, “Langsung dianter ke sini atau langsung pulang” “Kata mba Naomi langsung dianter ke rumah ma, katanya Kayla ada les musik hari ini” “Yaudah kalau gitu, kata Naomi kemarin, Kayla private les musik gitu di rumahnya” ucap mama. “Iya ma” “Kamu hati-hati ya dek, jangan negbut-ngebut bawa mobil” Naomi lalu melangkah menuju pintu utama, ia melihat matahari mulai meninggi. Ia mengerutkan dahi, memandang Neny berada halaman rumah, sambil berlari manja, karena wanita itu ingin menghindari matahari yang siap membakar kulit putihnya. Naomi memperhatikan Neny, wanita itu mengenakan dress mini berwarna putih polos dengan leher berbentu V. Rambut panjangnya terurai. “Beb, lo mau ke mana? Rapi amat” tanya Neny melangkah mendekati Lily yang berada di teras. “Mau jemput Kayla” “Yah … padahal gue mau ngajak lo ke lunch ke Loewy, gue pengen makan spaghetti carbona” ucap Neny. “Yaudah hayuk, gue juga belum makan kok. Ini Cuma jemput Kayla doang. Kita anter Kayla pulang, langsung deh kita cap-cus lunch, sekalian kita belanja, iya kan. Baru aja gue mau samper rumah lo, tapi lo ke sini” Lily terkekeh. “Kita kan emang sehati, sejiwa” Ucap Neny, merangkul bahu Lily. “Sekalian nanti kita ke Pasific Place ya, gue mau beli tang top di H&M” “Oke, gue ikut aja” Beberapa menit kemudian mereka sudah berada di dalam mobil SUV Lily. Lily memasang sabuk pengaman begitu juga dengan Neny. Ia dan Lily bukanlah wanita kantoran yang menghabiskan waktunya di office. Mereka lebih mirip wanita pengangguran yang kerjaanya keluyuran, jalan-jalan, dan nongkrong cantik. Ia pemilik hotel yang hanya menunggu hasil laporan dari pengelola hotel setiap bulannya. Kini mobil meninggalkan area rumah Lily dan rumah Neny. Mobil Lily membelah jalan menuju ke daerah Rumah Main Cikal di Cilandak. Jarak rumahnya dan tempat sekolah Kayla tidak terlalu jauh hanya berjarak 20 menit saja, itu adalah alasan utama mba Naomi menyekolahkan Kayla di sini, karena jika sewaktu-waktu mba Naomi sibuk, namun ada yang menjemput Kayla. “Si dokter gadungan itu masih ngubungin elo nggak?” tanya Neny. Lily menarik nafas, “Dia tadi pagi ada dm gue lagi, “I saw you” kata-katanya itu lagi” Lily memfokuskan tatapannya ke depan. “Ih serem banget sih !” “Nah itu serem banget ! sebenernya, gue nggak mau keluar. Berhubung mba Naomi nyuruh, mau nggak mau gue cap cus jemput Kayla. Kasihan kan nggak ada yang jemput, masih kecil gitu” ucap Lily. “Kenapa lo nggak blokir aja IG nya?” Neny menatap Lily. “Gue pikir, kemarin dm gue cuma untuk gertakan sambel aja. Jadi gue abaikan aja gitu aja, eh taunya dia dm lagi” “Udah ah, jangan dipikirn lagi, ngeri gue !. Tapi dari tadi pagi perasaan gue nggak enak, kenapa ya?” Lily menepuk setir mobil, “Ih sama” sahut Lily. “Lo gitu juga?” “Iya, suer. Deg-deg kan gue sampe sekarang” “Ah, makin takut aja gue !” “Nah itu, kayak ada yang ngawasin !” Tidak butuh waktu lama mereka sudah tiba di Ruman Main Cikal. Lily melirik jam melingkar ditangannya menunjukan pukul 11.45 menit. Lily dan Neny, menunggu di ruang tunggu bersama ibu-ibu sosialita lainnya yang menjemput anaknya. Lily melihat guru Kayla di sana. Wanita itu mengenakan seragam berwarna orange, sedang menggendong Kayla. Ibu guru itu mengenalnya dengan baik, ialah yang sering menjemput Kayla. Lily yang melihat langsung menghampir ibu guru itu, sementara siswa-siswa yang lain masih di dalam kelas, hanya Kayla yang keluar digendong gurunya. Jujur melihat itu Lily langsung cemas, biasa anak yang digendong itu bermasalah. Lily menatap keponakannya, rambut panjangnya diikat kepang oleh mba Naomi. “Mba walinya Kayla ya” ucap guru itu. “Iya miss” Lily menggambil alih Kayla dari tangan ibu gurunya, dan menggendong Kayla. “Tadi Kayla pup. Saya cek pupnya keluar darah” ucap gurunya menjelaskan kepada Lily. Lily yang mendengar itu langsung shock, ia melihat kondisi tubuh Kayla. Namun keponakannya itu hanya diam tidak beraksi apa-apa, tidak terlihat seperti balita yang sakit, bertubuh lemas atau merengek-rengek kesakitan. Ia takut keponakannya ini sembelit atau infeksi atau radang usus buntu. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya Kayla jika tidak ditangani dengan cepat. “Saya dan gurunya lainnya khawatir keadaan Kayla. Sebaiknya mba segera bawa ke dokter anak” ucap ibu itu menjelaskan. “Iya miss, saya segera bawa ke dokter. Tolong hubungi ibu Naomi juga mba, soalnya kita semua khawatir keadaan Kayla” “Baik miss, kakak saya pasti panik denger anaknya pup darah seperti ini” “Mari miss, kita langsung bawa Kayla ke dokter” Lily menggendong Kayla lalu membawanya masuk ke dalam mobil. Kini Kayla beralih dalam dekapan Neny. Neny yang mendengar itu juga langsung khawatir dengan keadaan keponakan Lily. Lily mengambil ponselnya, ia menghubungi Naomi. Ia letakan ponsel itu ditelinga sambungan terhubung dan terangkat, Mobil Lily sudah meninggalkan area Rumah Main Cikal. Ia melirik Neny menghibur Kayla dengan menonton Frozen kesayangannya. Ia bersyukur bahwa keponakannya itu anteng, tidak merengek-rengek kesakitan seperti kebanyakan balita. “Iya dek” ucap Naomi. “Halo mba” “Iya” “Tadi gurunya Kayla ngomong, katanya pup Kayla keluar darah mba” “Oh God. Iya sih tadi badan Kayla agak angat gitu. Sekarang Kayla gimana keadaanya?” ucap Naomi panik. “Enggak apa-apa sih mba, lagi nonton Frozen sama Neny” Naomi melirik jam melingkar ditangannya menunjukkan pukul 11.57 menit, “Mba jam 12 meeting. Kamu anter Kayla ke dokter anak ya dek. Nanti jam 1 mba langsung ke sana. Mba nggak bisa ninggalin meeting, soalnya ini meetingnya dari orang Perancisnya langsung” “Iya mba, nggak apa-apa. Kita langsung bawa ke rumah sakit” “Rumah sakit Siloam ya dek. Langsung ke dokter spesialis anak. Nanti mba kirim fotoin kartu asuransi Kayla, agar cepet di tangani. Kalau rawat inap kasih tau mba” “Iya mba, ini langsung ke rumah Sakit Siloam. Biar Lily aja yang urus Kayla” ucap Lily, ia tidak ingin Naomi khawatir. Neny yang mendengar kata rumah sakit Siloam langsung menoleh memandang Lily. Ia melihat Lily menyimpan ponselnya di dalam tas kembali. “Yakin mau ke rumah sakit Siloam?” tanya Neny. Saat ini yang ia takutnya bertemu dengan pria bernama Aksa di sana. “Iya, yakin lah. Itu kan rumah sakit bagus Ny. Itu kan rumah sakit swasta terkenal” Lily memasuki area Semanggi. “Kalau ketemu dokter Aksa gimana?” “Dokter gadungan itu” “Iya” “Gue yakin dia nggak ada di sana. Namanya juga dokter gadungan, jangan dipercaya” “Iya sih. Pasti boong kan dia” Neny sebenernya kurang yakin bahwa Aksa dokter gadungan, karena ia melihat secara nyata bahwa pria itu memiliki kartu nama sebagai salah satu dokter spesialis rumah sakit Siloam. “Yupz pasti boong, jangan di percaya ! nggak ada namanya dokter teguh dan dokter Aksa” “Emang lo udah cek?” “Enggak. Tapi nggak mungkinlah ada dokter kayak mereka, nggak banget !. Tampang mereka tuh kayak tampang buaya darat !” “Setuju !” Tidak butuh waktu lama mereka tiba di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi. Rumah sakit ini sebenarnya khusus menangani pengobatan kanker. Rumah sakit ini juga menyediakan beragam layanan kesehatan, mulai dari deteksi dini kanker, onkologi bedah, kemoterapi, dan radioterapi secara efektif, terpercaya dan berkualitas. “Aunty, kita ngapain ke sini?” tanya Kayla bingung. “Kita periksa keadaan kamu sayang” “Kayla, sakit Aunty?” “Iya” Lily dan Neny menuju ruang Instalasi Gawat Darurat. Ia memandang Kayla, keponakannya yang cantik, memiliki hidung mancung dan berkulit putih masih terlihat baik-baik saja. Mereka masuk ke dalam, ia memandang para perawat datang menghampirinya. “Tolong suster keponakan saya sakit” ucap Lily. Suster berpakaian putih itu dengan sigap, memberi tempat tidur kosong kepada Lily agar membaringkan tubuh Kayla di sana dan segera ditangani keadaanya. Tas ransel Kayla yang bergambar Frozen kini beralih ke tangan Lily, Ia melihat ada beberapa orang yang mengalami sakit yang cukup serius di sana. Yang penting saat ini keponakannya baik-baik saja. Mereka memandang seorang balita sudah terbaring di tempat tidur. Lily menatap ada seorang dokter muda, nametag bertulisan Risa mengenakan jas putih berlengan pendek menghampirinya. “Kalau boleh tau, gejalanya apa ya bu?” tanya dokter itu. “Tadi keponakan saya kata gurunya, pup nya berdarah dok” ucap Lily memandang dokter muda itu. Sementara di sisi lain, ada seorang pria yang mengerutkan dahi, menatap dua orang wanita muda, mengenakan dress berwarna biru dan putih membawa seorang balita masuk ke IGD. Ia sepertinya mengenak wanita muda itu. Tadinya ia meneguk air mineral, namun ia letakan botol itu di atas meja, lalu bergegas menuju IGD. Ia menghampiri mereka, di sana terdapat dokter umum dan dua orang perawat. IGD (Instalasi Gawat Darurat) salah satu bagian di dalam rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagian pasien menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupanya. Di IGD itu sendiri terdapat dokter umum, dokter spesialisasi bersama sejumlah perawat yang berjaga. Dokter umum dan perawat menyadari kehadirannya, lalu memberi jalan untuknya. Ia sempat terpana beberapa detik menatap wanita mengenakan dress berwarna putih dengan leher berbentuk V. Ia tidak percaya dipertemukan lagi di sini. Pandangan mereka seketika bertemu sekian detik, lalu ia menyungging senyum. Neny tidak bisa bernafas beberapa detik, ia menatap seorang pria yang tidak ingin ia temui di dunia ini. Ia tidak percaya bahwa yang ia anggap sebagai dokter gadungan itu. Kini menjelma menjadi dokter beneran. Pria itu mengenakan jas putih berlengan panjang dengan name tag itu bernama Dr. Aksa Dominic, Sp.A. Neny menutup mulutnya dengan tangan agar tidak berteriak. Bahwa dokter yang ia anggap gadungan itu adalah dokter spesialis sesungguhnya. Jantungnya hampir saja mau keluar. Sementara di sisi lain Lily tidak percaya apa yang dilihatnya, ia memandang pria yang ditemuinya kemarin. Wanita itu itu hampir shock karena dia dokter sesungguhnya. Kini terjawab dugaan-dugaanya. Lily menelan ludah, ia menatap name tag pada jas putih yang tersemat di sana, tertera nama lengkap dan gelar sang pemiliki nama. “Apa yang terjadi” ucap Aksa memandang seorang balita berkulit putih yang cantik. Balita memiliki hidung mancung, mirip seperti Lily. Lily dan Neny masih speechlees memandang Aksa. “Saya sudah periksa dok, semua dalam keadaan normal” ucap dokter umum tersebut kepada dokter Aksa. Aksa menarik nafas, ia tersenyum memandang balita itu. Oh God, lihatlah betapa cantiknya balita ini. “Walinya siapa?” tanya Aksa. “Saya, dia keponakan saya” ucap Lily pelan. Aksa menatap Lily, lalu ia menyungging senyum. “Namanya siapa?” “Kayla Chole” “Umur?” Aksa memeriksa tubuh balita bernama Kayla itu dengan stetoskop nya. “Empat tahun” Aksa memandang baju sergam Cikal. “Gejalanya apa?” tanya Aksa kepada Lily cukup serius. “Gurunya mengatakan Kayla pup mengeluarkan darah” Aksa memasukan stetoskopnya ke saku, ia sengaja berdiri tepat disamping Neny. Wanita muda itu hanya diam, sementara dihadapannya ada dokter umum, Lily dan suster. “Orang tuanya di mana?” “Nanti kakak saya ke sini” “Coba kamu telfon, apakah kakak kamu memberinya buah naga tadi pagi kepada Kayla?” “Karena saya sudah memeriksanya, bahwa Kayla dalam keadaan sehat dan normal” Alis Lily terangkat mendengar kata buah naga dari bibir Aksa. Pria itu menatapnya cukup serius. Lily mengambil ponsel lalu menghubungi Naomi. Sambunganpun terangkat, ia menatap Neny yang tidak berkutik apa-apa di samping Aksa. “Iya dek” ucap Naomi dibalik speaker. “Tadi pagi mba ada ngasih buah naga nggak sama Kayla” “Iya, tadi pagi mba kasih breakfast buah naga” “Yaudah mba kalau gitu. Kata dokter Kayla sehat-sehat aja” “Syukur lah kalau gitu. Mba jadinya tenang” ucap Naomi. Sambungan pun terputus begitu saja, Lily menatap Aksa, “Iya, tadi pagi Kayla breakfast buah naga” Aksa menarik nafas memandang Lily, agar wanita itu tidka terlalu khawatir keadaan keponakannya, “Begini, buah naga itu pada umumnya yang tumbuh di Asia. Kulitnya berwarna merah muda yang cukup tebal. Buah naga mengandung protein dan karbohidrat yang tidak kompleks yaitu glukosa dan frukosa. Selain itu terdapat kandungan gizi mikro juga seperti zat besi, vitamin C, potassium, kalsium, vitamin B1, B2, B3” “Mengkonsumsi buah naga memang dapat mempengaruhi air seni dan fases berwarn kemerahan. Namun kondisi tidak berbahaya” ucap Aksa menjelaskan kepada Lily. Lily mengangguk paham, “Terima kasih, dok” Lily mendudukan Kayla kembali. Lily memandang Aksa tepat di samping Neny. Terlihat jelas wajah cemas Neny di sana. “Saya urus administrasi dulu ya dok, keponakan saya soalnya pakai asuransi, terima kasih atas bantuannya” ucap Lily, kata dok yang ia ucapkan mengakui bahwa pria itu adala seorang dokter sesungguhnya. Lily menurunkan Kayla dari tempat tidur dan mengaitkan tas ransel itu ke tubuh Kayla. Sementara suster dan dokter umum itu sudah bubar hanya tersisa Neny dan Aksa di hadapannya. “Yaudah hayuk kita pulang” ucap Lily. Neny melirik Lily dan lalu mengangguk, “Yaudah hayuk” ia menahan debaran jantungnya, ia melihat tatapan Aksa. Namun tangan Aksa memegang pergelangan tangannya, “Temenin aku lunch ya” “Enggak !” “Tapi aku pengen kamu temenin” “Tapi aku nggak pengen nemenin kamu !” tolak Neny. Sepasang mata Aksa berkilat. Tapi ia tidak menyerah. Wanita dihadapannya ini harus tau dengan siapa ia berhadapan. Pria yang digilai banyak wanita, dan sekarang ada wanita yang menolaknya. Kurang ajar sekali jika mata hati wanita ini tidak terbuka. Apalagi ada yang menolak yang mentah-mentah. “Aku capek, aku dari pagi kerja. Pasien banyak sekali keluhnnya, mulai perut mual, d**a sakit, pingsan, gagal jantung” “Ya nggak apa-apa, nolongin orang itu banyak pahala. Nanti kalau lo mati, langsung masuk surga” Neny tetap tidak tidak ingin berhadapan dengan Aksa. “Aku mau sama kamu” “Aku nggak mau !” Aksa menarik nafas panjang. Ia harus berusaha menyabarkan hatinya, ia menatap Neny cukup serius. Wanita berwajah cantik itu, menatapnya dengan tatapan tidak suka. Akhirnya ia mengarang cerita yang membuat siapapun yang mendengarnya akan sangat sedih. “Aku tadi habis nolongin pasien yang hampir meninggal. Aku sedih banget. Harusnya kamu mengerti bagaimana pekerjaan aku. Aku ingin kamu temenin aku. Soalnya aku dari semalam inget kamu terus” “HAAA !?” Neny kalap. “Terus apa hubungannya gue sama pasien hampir meninggal tadi !” mata Neny terbelalak, karena kaget. Aksa berhasil kali ini, membuat Neny kaget, ia mellirik Lily, wanita itu manyun satu senti. “Lily, kamu pulang duluan nggak apa-apa, anter keponakan kamu. Jam 1 nanti jemput Neny di sini ya, dia nemenin aku lunch sebentar” “HAAA !” kali ini Lily yang shock mendengar ucapan Aksa. “Iya, Neny udah setuju kok” “Ih mana ad gue bilang setuju !” Neny perotes keras. “Jangan keras-keras, nggak enak banyak pasien di sini. Yaudah ke ruangan aku ya” Aksa meraih jemari Neny. Sementara Lily kerepotan karena Kayla sudah menghilang dari pandangannya, “Yaudah Ny, gue urus Kayla dulu ya. Nanti gue jemput lo di sini jam 1” ucap Lily, mengejar Kayla yang sudah lari ke depan menghampiri suster yang berjaga. Aksa yang mendengar itu tersenyum penuh kemenangan. Ia melihat Lily berlari mengejar keponakannya. Sementara itu Aksa meraih pergelangan Neny, melewati para suster dan dokter yang berjaga. Aksa tersenyum memperlihatkan pegangan tangannya, kepada khalayak ramai. Mengatakan bahwa ia tidak jomblo lagi. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN