10. Dilabrak Istri Sah

1041 Kata
Ketenangan tak dapat Rhea rasakan meski pun Rio berusaha meluluhkannya dengan segala macam janji bahwa dia yang akan menyelesaikan semua ini. Meredam semua gosip yang telah menyebar di kantor. Meski inginnya Rio mengatakan pada Rhea, bahwa dia menyukai gadis itu, sayangnya Rio tak punya cukup nyali untuk melakukan semua itu. Masih berpikir panjang akan akibat yang akan ditimbulkan jika dia gegabah. Mungkin yang akan Rio lakukan adalah menunjukkan pada Rhea melalui semua sikap serta perhatian untuk gadis itu. Sampailah mereka di kantor. Rhea menggigit bibirnya enggan turun dari mobil Rio. Namun, bukan Rhea namanya jika harus lari dari masalah apalagi ini semua hanya karena faktor kesalahpahaman semata. Rhea yang biasanya selalu percaya diri, tak boleh gentar hanya karena gosip murahan seputar dirinya dengan Rio. Ia mengembuskan napas panjang, melepas seat belt yang melingkar di badan. Gegas keluar dari dalam mobil langsung diikuti oleh Rio tentunya. Namun, beberapa saat kemudian, Rhea memicingkan mata melihat sikap dan gelagat Rio yang tidak biasa. Pria itu nampak gugup karena beberapa kali harus menelan ludah dengan kepala menatap pada sebuah mobil yang berada di area parkiran. “Pak Rio!” Pria yang dipanggil namanya, menolehkan kepala. “Ya?” “Pak Rio kenapa?” Kepalanya menggeleng dengan senyum yang dipaksakan. “Enggak. Hanya saja itu … sepertinya ada Gisela datang.” Pria itu melirik pada sebuah mobil yang kini menjadi perhatian Rhea. Glek. Rhea menelan ludah. Tiba-tiba saja dia merasa gugup padahal jelas dia tidak salah apa-apa. Hanya saja Rhea takut jika istrinya Rio mendengar gosip tidak sedap akibat hasutan seseorang yang mungkin saja tidak menyukainya. Begitu pikir Rhea. Dia harus menyiapkan diri sekarang. “Pak! Apakah akan ada sesuatu yang terjadi nanti?” Tanya Rhea yang mulai cemas dan khawatir. “Memangnya apa yang akan terjadi, Re? Jangan berpikir yang macam-macam. Percayalah semua tidak seburuk yang kamu pikirkan.” Rio mencoba menenangkan Rhea meski sebenarnya dalam hati ia pun ada kecemasan tentang hal apa yang membuat istrinya bisa datang ke kantor. Mendadak dan tanpa memberikan kabar padanya. Gisela hampir tidak pernah datang mengunjunginya jika tidak ada sesuatu yang dibutuhkan. Tidak seperti layaknya istri CEO kebanyakan yang mau datang entah sekedar membawakan dia makan siang. Yang ada acapkali Gisela datang maka wanita itu akan meminta uang untuk shopping. “Ayo!” Rhea menurut saja berjalan mengikuti Rio menuju lobi kantor. Belum ada kejadian berarti begitu langkah kaki Rhea menginjak lantai lobi. Perempuan itu enggan menolehkan kepalanya ke sekitar, sebab malas jika harus berhubungan dengan karyawan yang tidak menyukainya. Untung saja lobi saat ini terlihat sepi. Waktu menunjukkan pukul dua siang. Yang ingin Rhea lakukan saat ini adalah menemui Ratna dan meminta klarifikasi dari temannya itu. Memasuki lift juga hanya berdua. Tak ada yang bersuara di antara mereka dan hanya deru napas keduanya yang terdengar. Ting! Pintu lift kembali terbuka. Rio memberikan akses keluar lebih dulu pada Rhea. Sebelum pergi menuju ruangannya, Rhea semptkan menoleh pada sang atasan. Anggukan kepala Rio menyiratkan bahwa semua akan baik-baik saja. Rhea berpisah dengan Rio karena memang ruangan mereka tidak searah meski pun masih berada di satu lantai yang sama. Namun, langkah kaki yang tadinya lebar-lebar dan bersemangat, mendadak terhenti begitu Rhea memasuki ruang kerjanya dan matanya terbelalak begitu melihat siapa yang duduk di atas kursi kerjanya. Perempuan berambut coklat itu bahkan memutar-mutar kursi sembari menatap sinis pada Rhea. “Bu Gisel, kenapa Anda bisa berada di ruangan saya?” Tanya Rhea karena terkejut mendapati istri atasannya. Wanita itu malah tertawa sembari beranjak dari duduk. Berjalan dengan anggun mendekati Rhea. Mengitari tubuh Rhea yang berdiri membeku di tempatnya. “Rhea … Nia.” Wanita itu mengeja nama Rhea. “Well. Dari mana saja kamu jam segini baru balik kantor? Bukankah waktu istirahat karyawan sudah berakhir sejak satu jam yang lalu?” Rhea hanya diam tak menjawab. Melihat aura menyeramkan dari wajah Gisela saja membuat Rhea harus berpikir keras apa sekiranya yang harus dia lakukan jika istri atasannya ini akan berulah. Dengan kedua lengan terlipat depan d**a, Gisela berdiri tepat di hadapan Rhea. “Baru pergi dengan suami saya kamu, hem?” Rhea menelan ludah. Mendadak ia jadi gugup ditatap seintens itu oleh Gisela. Sungguh, Rhea tidak mau terlihat ketakutan di depan Gisela karena jika sampai hal itu terjadi maka seolah-olah dirinya memang salah. Karena Rhea hanya diam dan tak kunjung menjawab, Gisela kembali bersuara. “Kenapa diam? Jadi, beneran kamu pergi dengan suami saya? Jawab, Rhea!” Gisela menekan nama Rhea dengan nada bicara sedikit lantang sehingga menarik perhatian para karyawan yang sejak tadi sudah dibuat penasaran karena kedatangan istri bos mereka. Dengan satu tarikan napas, Rhea pun memberanikan diri menjawab. “Saya memang baru saja keluar dengan Pak Rio.” Tawa Gisela pecah seketika. Wanita itu seakan-akan tengah mengolok-olok Rhea karena dugaannya tepat. “Kamu berani mengakuinya juga. Jadi … berita yang aku dengar tentang kalian berdua itu benar?” Gisela mencondongkan tubuh ke depan mengikis jarak di antara keduanya sampai Rhea dengan terpaksa harus memundurkan wajah menghindari tatapan mengintimidasi Gisela. “Gosip apa? Saya dan Pak Rio memang keluar bersama karena urusan pekerjaan.” “Jangan pura-pura bodoh kamu, Rhea! Wanita terpelajar sepertimu sangat cerdik dan pandai mengambil kesempatan yang ada. Dengan alasan pekerjaan kamu bisa sesuka hati mendekati suami orang. Tapi … kau salah besar jika mengira aku tak tahu apa-apa!” Ya, Rhea paham sekarang. Ketakutan akan kesalahpahaman ini terjadi juga. Sungguh ingin rasanya Rhea berteriak dengan kencang bahwa apa yang wanita itu dengar tentang gosip seputar dirinya dengan Rio Sadewa salah besar. “Bu Gisel! Tolong, jangan membuat keributan di sini. Malu didengar para karaywan. Jika memang ibu ada masalah dengan saya … kita bisa bicarakan ini baik-baik. Semua ini hanya kesalahpahaman saja, Bu.” Rhea mencoba mendinginkan suasana dengan berbicara sehalus mungkin. Melihat jika Gisela sedang dilanda emosi yang memuncak, Rhea tak ingin melawan yang pada akhirnya hanya akan menyulut emosi Gisela makin tak terkendali nantinya. Namun, siapa sangka jika tindakan Gisela selanjutnya sangat diluar dari pemikiran Rhea. Gisela menjambak rambut panjang Rhea dan menariknya secara membabi buta. “Dasar jalang! Bisa-bisanya kau merayu Rio, hah! Kau juga telah berani mengusik kehidupan rumah tangga kami. Asal kamu tahu! Aku tak akan membiarkan rumah tanggaku hancur karena ulahmu!” Tentu saja Rhea menjerit kesakitan, karena Gisela seperti kesetanan menarik rambutnya hingga terasa tercabut sampai ke akar-akar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN