4. Informasi

1695 Kata
"Waduh, cakep amat orangnya," ucap Moti terpesona. Ia sedang duduk di pinggir trotoar jalan di depan gedung mal besar itu sambil membuka isi dompet yang ditemukannya. "Woah! Banyak uang merah-merahnya lagi," ucap Moti terkagum-kagum. "Uuhhh, ada kartu ATM, eh ini kartu ATM?" Moti bingung. "Ah, ini kan kartu silver, oooh bukan, platinum? Awh...pasti pemiliknya orang kaya nih," simpul Moti. Moti mengambil kartu identitas dari sang pemilik dompet. Tertera nama dan identitas lainnya dari sang empunya dompet, namun ia kurang paham dengan jenis bahasa yang tertulis di dalam kartu itu. "Ini kayaknya bukan bahasa Indonesia deh, sejak kapan ada alfabet indonesia hurup O-nya ada titik duanya di atas?" Moti bertanya sendiri. "Aran Moch, oh namanya Aran Moch, tapi huruf O-nya ada titik dua di atas, seperti kepang, hahahaha," Moti tertawa sendiri membayangkan di atas huruf  O ada kepangan. "Deutschland, oh ini bahasa apa yah?" bingung Moti. Nama yang tertera di kartu identitas itu bertuliskan Aran Möch, dan berkebangsaan Jerman, namun Moti yang memang otak dan pengetahuannya pas-pasan sesuai dengan standar, tak tahu artinya apa, ia tak mampu menerjemahkan artinya. Moti menggaruk-garuk kepala gatal, yang tadinya ia berniat untuk masuk ke mal tertunda dan digantikam dengan duduk sedang menongka dagunya sambil membaca lanjutkan identitas dari sang pemilik dompet. "Munchen...staat...staat...nationalitat...deutsche...," Begitulah Moti, ia duduk sambil melafalkan tulisan-tulisan yang ada di kartu identitas itu. ♡♡♡ Broom broom broom Suara bunyi motor seseorang, lelaki tampan turun dari motor kawasakinya. Ciiittt Bunyi rem mobil sport hitam, Mike sang pemilik pun turun. Bruum bruum Di susul anggota-anggota Storm Rider yang lainnya. "Udah nyampe yah? Mike kamu keren!" seru Aliya Bintaro. Mike sang empunya nama tersenyum miring lalu berjalan masuk ke markas besar. Mereka memiliki markas khusus untuk pertemuan para anggota Storm Rider, area mereka merupakan area khusus yang terbatas, artinya hanya anggota Storm Rider saja yang bisa memasuki markas khusus mereka, kalaupun ada orang lain, itu pasti pacar-pacar anggota Storm Rider yang telah di ijinkan masuk oleh sang ketua. "Ok guys, semuanya udah pada kumpul?" tanya Bari Saputra. "Ketua, Mustaf, Busran, belum datang," sahut Aliya Bintaro, anggota Storm Rider anak kelas XI IPS 2. Bari manggut-manggut. Brom brom Terlihat motor kawasaki merah berheni dan dua orang turun dari motor besar itu, seorang gadis berambut pirang di ujungnya membuka helm, lalu disusul oleh teman lelakinya yang cukup terlihat cool. "Ouh...Mustaf's sister is come," sahut Bara Sachan, anggota Storm Rider, kelas XI IPS 2. "So sexy yeah?!" seru seorang anggota Storm Rider, Bintara Satyan, anak kelas XI IPS 2. Gadis yang sedang dibicarakan tersebut mendekat. "I'm late?" tanya sang gadis. "Of course no," sahut Clira. "Well, well, well Gloria Nancy Dann, Mustaf Nali Dann's sister, you are so beautiful," puji seorang anggota Storm Rider. Divan Pratama. Sang empunya nama tersenyum lebar. Gloria Nancy Dann adalah adik kandung dari Mustaf Nali Dann, ia bergabung dengan geng Shadow Rider sejak dua tahun lalu ketika ia masih duduk di bangku SMP kelas 2. Ayahnya Bagas Andar Dann, seorang konglomerat kaya-raya, ia merupakan seorang pejabat yang disegani oleh hampir seluruh orang Indonesia, sedangkan ibunya Mirena Nabhan, atau sekarang dipanggil nyonya Dann beliau merupakan seorang wanita sosialita yang berasal dari keluarga Nabhan, salah satu keluarga terkaya yang bergerak dibidang keuangan, beliau merupakan sepupu dua kali dari Agri Arelian Nabhan, pengusaha terkaya. Gloria sendiri bersepupu dengan Busran Afdal Nabhan, anak kedua dari pasangan Agri dan Lia Rahmawati Nabhan. Mereka benar-benar terkenal akan kekayaannya. Lalu ada sang teman, Mochal Angta remaja 16 tahun, anak kelas X IPS 1, Mochal Angta merupakan cucu dari pemilik rumah sakit Angta's Hospital Group, Mochal juga merupakan adik sepupu dari Febrian Angta, sang pewaris utama Angta Group, karena anak sebelumnya dari ayah mereka merupakan perempuan. Persaingan antara mereka bukan hanya di sekolah atau hanya antar geng saja, namun juga antar keluarga. Tiiittt Semua mata memandang ke arah pintu masuk markas besar. "Wow!" seru mereka bersamaan. Di sana, di pintu masuk itu empat orang lelaki tampan dengan masing-masing gayanya yang cool sedang berjalan bersamaan. Mustaf menggunakan kaos hitam polos yang menampilkan lekukan otot-ototnya yang keren, hasil dari latihannya selama ini. Lalu ada Busran, sang anak pengusaha kaya-raya yang menggunakan kameja biru muda dilapisi sweater hitam, penampilannya cukup keren dan menggoda, tak lupa juga ada Randra, si ketua sekaligus pemimpin geng elit Storm Rider, kaos biru dongker yang ia kenakan sangat pas menempel pada tubuhnya yang sempurna, dan yang terakhir, seorang lelaki berwajah asing, kacamata hitam membalut mata indahnya, kameja biru laut menghiasi tubuhnya, mereka berjalan memasang wajah datar yang terlihat keren, kecuali Busran, si anak kaya-raya yang menampilkan senyum tipis yang sempurna. "Oh God, that's Aran Möch!" Seru Mira Oslan kaget. "Oh my God, i can't breath...," ucap Clira sambil menahan napasnya. "Yeah, they look so sexy men," sahut Lexi tanpa sadar, si anak kelas XI IPS 2. "Hahahaha, huuhh...mereka tokoh utamanya, mereka bagaikan bom yang bisa meledak kapan saja," timpal Divan. "Sudah kutebak, pasti ini akan terjadi," gumam Bara. "Kau tahu tentang ini?" Mira bertanya sambil membulatkan matanya, ia bahkan menggoyang-goyangkan bahu Bara meminta penjelasan. "Yeah, ini urusan antar lelaki," sahut Bara. Mira hampir saja pingsan saking syok. "Kenapa kau tidak beritahu aku kalau lelaki itu akan datang di sini?!" Mira berteriak syok ke arah Bara, sang adik junior. "Karena ini urusan lelaki," timpal Divan sambil tersenyum miring. Bruk "Wow...," syok Mira. ♡♡♡ "Bagaimana?" Mali bertanya pada para anggota Shadow Rain. Cika menoleh ke arah teman sekelas sekaligus rekan sesama anggota geng. "Riska dan Dwi sedang berusaha, pengetahuan kita tergantung dari mereka, seberapa penting informasi yang akan mereka dapatkan, maka seberapa penting juga rencana yang akan kita lakukan," jawabnya. Mali manggut-manggut tanda mengerti. Mereka terlamun dengan pikiran masing-masing. Seperti biasa, mereka berada di tempat perkumpulan, di sebuah gazebo yang agak besar namun bisa memuat seluruh anggota Shadow Rain. Riska Mariskan dan Dwi Putra Anggara, mereka berdua adalah si telinga berjalan dan si dingin tembok. Mereka mendapatkan julukan itu karena keahlian mereka masing-masing. Riska Mariska pandai sekali menguping segala macam pembicaraan, mampu mendapatkan informasi yang mereka cari dalam kurun waktu yang cukup cepat, ia bisa melakukan semua itu tentunya dengan caranya sendiri, gadis 17 tahun itu benar-benar pandai menguping pembicaraan lawan, maka tak salah jika para anggota Shadow Rain menjulukinya dengan sebutan 'telinga berjalan'. Lalu ada si dingin tembok, Dwi Putra Anggara, salah satu penghuni XII IPA 2, sesuai dengan julukannya, dia sangat jarang mengeluarkan ekspresi lain selain datar dan dingin bagai tembok. Dia juga dijuluki 'si bisu dari Shadow Rain'. "Jika memang benar kalau Aran Möch akan datang lagi ke sini, maka ini benar-benar rumit," sahut Cika menahan nafas lalu menghembuskannya gusar. "Aku tidak memuji mereka, ok mereka itu hmm...yah...hmm...sangat," ucap Laura terputus-putus. Ia agak takut untuk mengeluarkan isi pikirannya, maklum saja ia sendiri baru direkrut dan lulus seleksi satu bulan yang lalu. Semua mata memandang ke arahnya, mereka menunggu kata apa yang selanjutnya akan dikeluarkan oleh junior sekaligus anggota terbaru mereka. Mendapat pandangan seperti itu membuat Laura Marta, si penghuni X IPA 1 itu mengurungkan niatnya. "Lupakan," lanjut Laura. Semua anggota Shadow Rain mengerutkan kening mereka. "Ah, aku mau ke kamar mandi dulu, hm...permisi," ucap Laura cepat lalu melesat ke arah kamar mandi. Ia sedikit berjalan sambil berlari-lari. "Ada apa dengannya? Apa ia salah makan atau apa?" Lola Angeline bertanya-tanya. "Entahlah, aku merasa bahwa junior kita itu mungkin agak aneh," sahut Sifa Astina, siswi kelas XI IPA 2. "Aneh apa maksudmu?" Lola bertanya. "Seperti ada sesuatu yang ia tahan," jawab Sifa asal. Lola lebih tidak mengerti dengan jawaban yang dilontarkan oleh teman sekelasnya ini. "Apa maksudmu ada sesuatu yang ia tahan? Kau kan bisa lihat dengan sendiri, ah...kau bahkan menyaksikan sendiri bahwa ia pergi ke kamar mandi dan pastinya ia sedang menahan sesuatu yang akan keluar ataupun sebentar lagi meleleh seperti air mancur," sembur Lola. "Hahahaha," tawa para anggota Shadow Rain. Mereka merasa lucu akan apa yang sedang dibicarakan oleh kedua rekan sesama geng mereka. ♡♡♡ Brak Tiba-tiba suara hening, tak ada satu suara pun yang keluar dari para anggota Storm Rider. "Perhatikan dan dengar baik-baik apa yang akan aku bicarakan disini," ucap Randra serius. Semua pandangan menoleh ke arahnya dengan ekspresi serius. "Jangan ada yang menyela atau mengganggu, jika ada, silahkan angkat kaki dari markas ini," lanjut dia lagi. "Aku yang akan memegang kendali dan pertemuan ini, jadi ikuti aturan mainku," tegas Randra. Ia menaikan sebelah alisnya. "Mengerti?" "Ya, Ketua!" seru seluruh anggota Storm Rider. "Sesi pertama, Busran yang akan menjelaskan apa saja yang harus dilakukan dan dipersiapkan oleh kita semua," ucap Randra. "Lalu sesi kedua, akan ada tanya-jawab, di sesi ini kalian semua akan mempunyai kesempatan untuk bertanya hal apa saja yang tidak kalian ketahui," lanjut Randra. "Tanpa membuang waktu, ayo Busran maju!" seru Randra. Busran maju ke atas panggung dan mengambil tempat di sisi kiri sang ketua. Ia tersenyum sebagai sapaan untuk para rekan sesama anggota gengnya. "Aku akan menjelaskan apa yang harus kalian dan aku lakukan, pertama, aku, kau dan kita semua harus meningkatkan latihan dan sparing kita agar penampilan kita benar-benar sempurna, jangan ada yang main-main mengenai latihan kali ini, kedua, aku tak melarang kalian untuk belajar atau tidak belajar, kalian tahu sendiri bahwa selain keterampilan bertarung kita melawan anak-anak sayap kanan, secara fisik, kita juga membutuhkan ini," jelas Busran sambil jari telunjuknya menunjuk pelipis kanannya. "Otak," lanjutnya. Semua anggota Storm Rider mengangguk-angguk tanpa terkecuali. "Ketiga, aku dan ketua tidak melarang kalian semua untuk terlibat urusan asmara dengan siapa saja, itu privasi dan hak kalian, kalian ingin menjalin hubungan dengan siapapun itu boleh-boleh saja, termasuk di dalam satu tim sekalipun," lanjut Busran. Separuh anggota Storm Rider tersenyum lebar. "Tapi dengan satu syarat," ucap Busran. "Jangan menjadi pengkhianat di dalam kandang sendiri!" seru Busran Lantang sambil memukul meja dengan kedua kepalan tangannya. Bruk Prok prok prok Bunyi tepukan tangan dari seluruh anggota Storm Rider. Busran mengangkat tangan tanda berhenti. Seketika ruangan itu kembali seperti semula. "Akan ada pengumuman, yang lolos seleksi bulan depan akan maju di ajang International Socien School specialy sport, dan akan menduduki posisi pertama di bangku beladiri International socien School!" tegas Busran. "Yeah!" seru mereka. "Yes! Ini kesempatan," gumam mereka senang. "Namun jika ada yang tidak lolos dalam seleksi bela diri antar geng kita dan anggota Shadow Rain, tidak perlu patah semangat, seperti aku bilang tadi, bahwa otak akan mengambil perannya," jelas Busran. "Kalian akan mengalahkan mereka yaitu lawan kalian dengan cara apapun!" seru Busran lantang. "Yeah! Yeah! Yeah!" seru para anggota geng Storm Rider. "Persiapkan fisik dan mental kalian, ingat, anggota Storm Rider akan mengikuti seleksi beladiri, matematika, bahasa dan komunikasi, dan pengetahuan umum, jadi semua harus tahu kemampuan masing-masing, mengerti?" tegas Busran. "Ya!" seru seluruh anggota geng Storm Rider. "Terakhir, aku punya kabar gembira bagi kalian semua," ucap Busran. Para anggota Storm Rider memasang pendengaran mereka baik-baik. "Mantan wakil ketua Storm Rider, si pisau tajam, Aran Möch akan kembali bergabung bersama kita lagi!" seru Busran lantang. "Yey! Yey! Yey!" teriak para anggota Storm Rider senang. "Yeah! Yeah! Yeah!" teriak mereka bersorak. ♡♡♡ "Apa yang terjadi?" Dwi bersuara. Riska syok. Ia menoleh ke arah sang kakak kelas. "In-ni addalah informmasi y-yang sa-sangat besar," ucap Riska tergagap. ♡♡♡
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN