Chapter 22

2132 Kata
“Jangan pedulikan aku. Lanjutkan saja kegiatan kalian” Ini pagi hari yang cerah. Awan sama sekali tak terlihat wujudnya yang membuat langit benar benar biru jernih tanpa terhalang apapun. Ini pukul sepuluh pagi, dimana ia seharusnya sudah ada disana sejak satu jam yang lalu, namun ia baru sampai sekarang dan nampak menaruh kudanya si kandang khusus miliknya. “Aku tidak tahu jika sakit mu separah itu, knight Maximilan” seorang asing yang tidak pernah dilihat Semi dalam masa recovery amnesianya muncul dihadapannya. Berjalan senggak dengan membunyikan sendi sendi tangannya yang dirasa kaku. Ah.. sepertinya jika diperhatikan, orang ini adalah salah satu dari buncahan pengawal keluarga Duke Armond yang kebetulan tengah memiliki urusan dengan keluarga kerjaan pagi ini. Sepertinya itulah alasan kenapa mereka ada di ground pelatihan milik para prajurit Semi dan mengapa ada banyak carriage yang bukan berlambangkan imperial family di depan gerbang. “Aku tidak tahu jika kau seperhatian itu padaku hingga mengikuti segala informasi kehidupanku” balas Semi acuh dan berjalan meninggalkannya- sama sekali tak peduli dan malah menghampiri anak buahnya yang nampak tengah fokus berlatih meskipun hawa disekitaran mereka nampak berbeda. Hm.. Jika diperhatikan lagi, sepertinya rekan rekannya ini memiliki hubungan yang buruk dengan knight keluarga Armond. Ingatkan Semi untuk mencari tahu hal ini lebih dalam . “Ada apa??” tanya Semi pada Henry, wakilnya ketika melihat pria itu nampak memiliki wajah yang keruh. Biasanya, ia hanya memasang wajah datarnya saja meskipun kejadian tak mengenakkan sedang terjadi. “tak apa” jawabnya dengan mulut yang sebisa mungkin terlihat tertutup. “aku hanya malas harus berlatih bersama mereka” Ah.. jadi sepertinya Duke Armand akan lama disini, jadi mereka harus berlatih bersama ya. Malas sekali. Hah, belum lagi dirinya telat sejam. Pantas saja si sialan itu mengoceh mengenai keterlambatannya yang dikaitkan dengan kondisi tubuhnya yang memang tidak fit. Omong omong, Semi tak tahu dirinya seterkenal itu sampai sampai orang tahu akan kondisinya tanpa ia harus menyebarkannya?? Atau si tua bangka penasihan kerajaan itu yang menyebarkannya?? Untuk apa? Mengolok ngoloknya? Mereka pikir gadis yang satu ini akan peduli? Lelucon sekali. “Kau tak ingin meminta maaf atas keterlambatanmu??” “Kurasa aku terlambat maupun tidak tak akan mempengaruhi kalian jika niat kalian benar benar ingin berlatih” apakah Semi arogan? Ya, tentu saja. Justru ia harus memiliki sikap arogan ini. Bayangkan saja, imperial knight, pendekar nomor satu di negara mereka akan diam saja ketika di caci oleh pendekar keluarga bangsawan, yang tentu saja statusnya tidak lebih tinggi dari sang raja?? Jangan bercanda. Keluarga kerajaan tidak asal memilih orang untuk mereka jadikan pendekar yang mewakili kerajaan mereka. Menghina imperial knight sama dengan menghina kapabilitas imperial family itu sendiri dalam membuat keputusan. “perempuan seharusnya bekerja dengan pisau dapur. Apa gunanya kau berlagak berani seperti ini” oke, pembicaraannya tadi bukan hanya tergubris oleh Semi, melainkan oleh anak buahnya pula yang sudah bertahun tahun dilatih dan pimpin oleh wanita yang satu itu. Semi tahu hanya dengan gerak gerik mereka saja, bahwa mereka sudah siap mengeluarkan pedang masing masing jika si anjing sialan ini terus membuka mulutnya, tapi tidak. Semi tak akan membiarkan mereka mendapatkan masalah hanya karena membela dirinya. Toh dirinya sendiri sudah lebih dari cukup hanya untuk menaklukan tikus parit kecil seperti pria di hadapannya itu. “aku yakin jika diriku dan anak buahku yang bekerja untuk keluarga kerajaan, kinerja kami pasti akan lebih baik dari kinerja kalian semua” ujarnya sombong sembari meludahkan saliva ke tanah. “kau mungkin mampu merendahkan wanita sesukamu” ujar Semi masih dengan wajah datar- “tapi aku bahkan tak yakin jika kau berhasil menggores tubuhku sendikit saja” lanjutnya lagi. Tanpa banyak bicara, pria tadi langsung mengeluarkan pedangnya dan bergerak dengan lincah dengan maksud untuk menyakiti gadis dua puluh tujuh tahun itu. Tapi Semi bahkan hanya menggerakkan tubuhnya sedikit untuk menghindar sembari dengan santainya mengeluarkan pedang miliknya dari sarung pedang yang tercantol di pinggangnya. Dari gerak geriknya, anak buah Semi tahu bahwa kepala mereka itu belum berminat untuk benar benar menebaskan pedangnya kearah lelaki besar kepala yang menjadi lawannya. Bukannya berbaik hati, tapi mereka jelas tahu bahwa si gadis mencoba untuk menjatuhkan si pria hanya dengan bergerak santai bak menari sedangkan lawannya tengah mengeluarkan keringat untuk mencoba membunuhnya. Ketika dirasa yang tepat, Semi menggerakkan pedangnya untuk menghalau pedang yang hampir saja menusuk jantungnya, berkilah sedikit kemudian tanpa semua orang sadar karena saking cepatnya, pedang milik gadis itu tahu tahu sudah menyabet lawannya dengan kecepatan yang tidak diduga. Tidak ada darah yang keluar, hanya beberapa helai seragam dan beberapa buah kancing terlepas dari tempatnya akibat pedang tersebut. Karena, Semi yang sekarang masih sama dengan Semi beberapa menit yang lalu, yang masih ingin bermain main. Ia hanya sedang menanamkan rasa rendah diri dan menjatuhkan mental lawannya sebelum benar benar akan menyerang. Memposisikan bahwa dirinya adalah sosok yang tidak akan terkalahkan oleh seekor kecoak layaknya pria itu. “Berani sekali kau jalang” kekeh pria itu sembari meneguk salivanya diam diam. “beruntung aku tidak akan menyakiti wajahmu. Kau cukup cantik untuk aku bawa ke kamar” remehnya lagi dengan mata yang semakin berapi api. Di serangan selanjutnya, pertarungan benar benar terjadi –ya.. meskipun Semi masih berwajah datar seperti biasa, bahkan terkesan mau tidak mau karena saking membosankannya adegan tidak memicu adrenalin ini-.  Serangan yang diberikan lawannya semakin bar bar. Namun enggan untuk mengeluarkan sedikit keringat, Semi lebih memilih bermain pintar dengan menebas rambut yang sudah agak panjang milik pria tadi hingga helaian yang terputus memasuki matanya dan membuatnya sedikit oleng. Sesekali bermain main dengan hampir menyerang mata lawannya hingga lawannya itu malah terjatuh akibat tersandung kakinya sendiri. Semi yang masih berdiri tegak diatas melayangkan pedangnya untuk menggores leher pria tadi hingga teriakan kesakitan menguar di seluruh area pelatihan. Tidak sampai terputus, namun cukup hingga goresan itu mengeluarkan banyak darah dan sepertinya perlu dijahit beberapa jahitan. Anak buah pria tadi langsung mengeluarkan pedang masing masing dengan maksud menyerang Semi, namun tentu saja anak buah Semi bergerak dengan cepat untuk melindungi kepala mereka. Si pemilik title Maximilan itu berjalan langkah demi langkah mendekati curut sialan yang kini tengah merangkak mundur sembari sebelah tangannya menutupi lukanya agar darah tak semakin banyak keluar, gadis itupun melihat anak buah pria tadi mencoba menyobekkan kain untuk dililit di leher kepalanya. “Kau..” suara Semi mengalun dengan halus. “untuk menjadi pendekar yang baik, kau pun perlu otak. Bukan hanya otot dan emosi. Inilah mengapa kau mudah untuk dikalahkan” Semi berjongkok sembari terkekeh pelan menatap pria yang kini sudah memucat itu. “Alasan mengapa aku bisa menjadi kepala imperial knight dan dipercaya oleh kerajaan, karena hanya aku yang bisa melindungi mereka- juga hanya aku yang bisa membunuh mereka” bisik Semi di akhir kalimat. “Jadi kau, tetaplah pada posisimu, jangan bersikap senggak dan berjudi dengan nyawamu sendiri. Karena dari awal, level kita tidak akan pernah sama” tawanya sembari kembali berdiri dan melenggang pergi dari sana. Keadaan menjadi hening kembali ketika gerombolan orang asing tadi pergi menyelamatkan kepalanya dan sepertinya sebagian mencoba menghampiri Duke Armand untuk memberi tahu informasi yang akan terjadi. Hah.. Semi tak tahu apa yang akan dialaminya atas kejadian kali ini, namun sepertinya kejadian ini tak membuatnya rugi pula. Ia yang kemarin sempat stress dan tidak memiliki pelampiasan, akhirnya merasa sedikit lega. Gadis itu kembali membuka mulut, menitah anak buahnya yang lain untuk kembali berlatih fisik lebih dahulu sebelum memulai latihan yang sebenarnya, sedangkan Semi terduduk di salah satu kursi sembari meminum air mineral yang dibawanya. Beserta Henry –wakil kepalanya- yang tahu tahu sudah ada di sampingnya menatap wajah Semi dengan bingung. “Apa?” “Kurasa ada yang aneh dengan dirimu semenjak kau terkena bom kala itu” ucapnya to the point yang membuat Semi hampir tersedak air minum jika ia tidak bisa mengontrol dirinya. Huftt tenang.. tenang.. ia tidak akan ketahuan jika ia pandai bersandiwara. “Apanya?” ujarnya sok tidak peduli, yang sebenarnya didalam hari jantungnya bak akan meledak karena tiba tiba berdetak jauh lebih kencang dari biasanya. “Entahlah” pria yang lebih muda itupun akhirnya mengendikkan bahunya setelah berpikir cukup lama. “seperti ada sesuatu yang berubah dari dirimu, tapi aku tak menyadarinya” kekeh Henry. “sepertinya meskipun kita telah bekerja bersama bertahun tahun, kau masih sulit untuk ditebak” Haha, hampir saja Semi tertawa dibuatnya. Bukannya tawa lelucon karena memang ada yang lucu, melainkan tawa lega yang membuat dia diam diam menghembuskan nafas dengan sedikit lebih tenang. “bukan aku yang sulit ditebak, tapi kau yang berpikir aneh aneh” ujar Semi lagi. Ia memejamkan matanya sembari mencoba membunyikan sendi sendinya yang sedikit kaku. Masalah demi masalah seakan datang terus di diri gadis kuat yang satu ini. Mulai dari amnesia dan segala kejadian aneh yang berbuntut, hingga tahu tahu ia memiliki adik.Adik lelakinya yang baru saja berusia tujuh belas tahun- sepuluh tahu lebih muda darinya tahu tahu datang dengan membawa fakta bahwa baru saja ia dikeluarkan dari penjara bawah tanah. Suatu fakta mengejutkan yang membuat mata Semi membola ketika melihat kondisi adiknya yang sangat sangat buruk. Sepulangnya dari dokter kala itu, yang tentu saja Semi memaksa adiknya untuk menerima perawatan jalan, akhirnya keduanya pulang dengan Semi yang membawa banyak pertanyaan di otaknya. Mengapa adiknya ini bisa dipenjara? Kenapa sama sekali tak ada jejak adiknya dirumah? Mengapa tak ada satupun orang yang bertanya mengenai adiknya? Dan banyak pertanyaan lagi yang menghantui dirinya. Sedangkan, adiknya sendiri malah menatapnya dengan mata yang bingung. Seakan khawatir salah berucap namun ia terus menerus berkata kapan Semi akan kembali bekerja. Apa yang akan Semi lakukan selama bekerja dan lain sebagainya. Ada suatu hal yang disembunyikan oleh sosok adik lelakinya ini, namun Semi tak tahu apa itu. “Commander” “Ya?” “Haruskah kita membuat sesuatu?” “Konteks apa yang kau sebut sesuatu itu, Henry” tawa Semi sedikit pecah ketika wakilnya itu terus menerus berbicara hal yang bahkan dirinya sendiri tidak yakini. Henry yang ditertawai seperti itu hanya diam sembari sesekali merengut sebal dan menunggu hingga kepalanya itu puas tertawa. “Sesuatu yang bisa membantu kita dalam perang, mungkin??” ujarnya lagi tak yakin. Ah.. Semi mengerti apa maksud dan pembicaraan anak buahnya yang satu ini. Kemenangan mereka kali ini tidak terlalu mulus dalam prosesnya, dan ini pertama kalinya semenjak gadis dua puluh tujuh tahun itu memimpin. Wajar saja jika Henry berpikir yang aneh aneh kali ini. “Maafkan aku, aku tidak bermaks-“ “Tak apa” potong Semi. “aku mengerti apa maksudmu, dan aku lebih senang mendengar hal itu dari mulutmu dibandingkan dari orang lain yang tak tahu mengenai apa yang sudah kita alami hingga sampai ke titik ini” lanjutnya lagi dengan senyum yang tak hilang di bibir. Pun, Semi sendiri tak yakin dengan posisinya saat ini karena ingatannya yang hilang. Bisa saja ia akan dengan mudah dalam bahaya karena ia tak ingat hal hal penting lainnya yang bisa menyangkut keberlangsungan hidupnya. “Akupun berpikir mengenai sesuatu yang bisa membantu kita” ujarnya tak bohong. Ya karena, seperti ucapannya tak lama, Semi lebih senang bermain cerdas dibandingkan hanya bermain kuat namun dengan otak kosong. Bukannya menang malah hanya akan mempermalukan diri sendiri karena sudah sombong setengah mati. “Akupun sempat memikirkan beberapa hal” ujar Semi mengingat masa masa ketika dirinya tengah libur dirumah, dan Semi kala itu mencoba mengevaluasi teamnya beserta hal hal yang mungkin akan membantunya suatu saat nanti. “Aku memikirkan sesuatu yang bisa dalam jarak jauh digunakan dengan kontrol seseorang, bisa mengenai banyak orang dalam jangkauan luas, namun kita sendiri akan baik baik saja. Seperti yang berhubungan dengan frekuensi atau sesuatu. Tapi ilmuku belum setinggi itu untuk mengetahui, atau mencinptakan yang aku imajinasikan. Jadi kita mencari hal yang lebih mudah dibuat lainnya-“ “Kau tahu kan racun yang kugunakan untuk menjauh dari area perang setelah aku sempat pingsan beberapa saat??” ah.. Henry mengingatnya. Ia masih ingat bagaimana teriakan sakit sampah sampah itu ketika racun menyentuh kulit mereka, racun tersebut masuk dan terurai bersama darah melalui pori pori yang akhirnya membuat darah keluar dari berbagai macam lubang di tubuh mereka. “Aku ingin menemukan racun yang lebih kuat, namun bukan berbentuk petasan tabung seperti itu dalam cara pemakainnya. Jika kala itu kau ada bersamaku disana, atau jika aku gagal melindungi kulit atau pori poriku sendiri, aku bisa ikut mati bersama mereka” ya. Yang Semi gunakan kala itu memang bukanlah bom bunuh diri. Namun resikonya memang sama besarnya dengan bom bunuh diri. “Aku membutuhkan sesuatu yang hanya akan membuat mereka mati dengan sekejap tanpa perlu orang lain ikut terkena” ujarnya lagi. Tak lama, keduanya saling terdiam dan berpikir bagaimana menemukan racun yang lebih kuat namun pemakaiannya lebih mudah tanpa resiko yang berarti. Namun, selain itu, gadis pendekar yang satu ini nampak memandangi Henry sembari berpikir hal lain. “Juga.. aku sedikit berharap jika kau sudah siap menggantikan posisiku jika suatu saat aku dalam kondisi tak bisa memimpin kalian”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN