Chapter 23

1229 Kata
Kesadarannya tertarik ketika kakinya tak sengaja mendorong jatuh kepingan tanah dalam jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit. Matanya yang awalnya kosong kini seakan terisi kembali oleh jiwa setelah tak sengaja melihat ganasnya deburan ombak yang sedikit demi sedikit mencoba memakan bebatuan besar tak jauh dari sana. Seakan memberi tahu bahwa dialah penguasa sesungguhnya yang tidak bisa ditaklukan oleh apapun. Nafasnya tertarik dengan cepat, degup jantungnya berdetak sangat kencang hingga tubuhnya limbung tak dapat menahan keseimbangan. Ia terjatuh sembari merangkak mundur menggunakan tubuh dan tangannya. Berkomat kamit sangat cepat dengan isian memohon untuk baik baik saja- minimal tidak mati saat ini juga. Irene meneguk air liurnya dengan susah payah ketika menyadari, bahwa beberapa detik lalu ia bisa saja mati terjatuh dari atas tebing, menghancurkan tubuhnya ketika gaya tarik membuatnya bertabrakan hebat dengan bebatuan tajam di bawah tebing lalu nanti mayatnya akan terbawa oleh ombak besar yang sedari tadi membuat suara deburan yang cukup menyeramkan. Irene tahu ini mimpi. Bukan pertama kalinya, ia sudah terbiasa dengan friksi asing di tubuhnya ketika ia berada di alam mimpi. Jika ini sebelum sebelumnya, mungkin Irene tak akan seterkejut itu jika hampir mati di alam mimpi. Atau mungkin gadis itu akan bermain main dengan menjatuhkan dirinya sendiri dari tebing tadi. Toh ini hanya mimpi. TAPI- semenjak dirinya bertemu dengan Semi, Irene mulai memiliki banyak cabang pikiran lainnya mengenai mimpi yang satu ini. Mulai dari terhubung, dua insan, hingga sesuatu di alam mimpi yang muncul di alam nyata. Jika benar begitu, akan sangat menyeramkan jika Irene mati mengenaskan disini, lalu tahu tahu mayatnya ditemukan di dunia nyata. Bayangkan akan segeger apa keluarga dan negaranya jika hal itu terjadi. Merasa sudah di jarak yang aman dari tebing curam itu, Irene akhirnya bangkit dengan kepala yang menengok ke kiri dan ke kanan. Mencari sesosok gadis lainnya yang seharusnya ada bersamanya kali ini juga. Tapi yang ia dapatkan hanyalah suara suara alam menenangkan, yang malah membuatnya ingin tertidur. Tertidur di dalam mimpi. Omong omong, apa yang akan terjadi jika ia tertidur disini?? Kala itu, sepertinya Irene mengingat bahwa Semi sempat berkata bahwa Irene tertidur di mimpi pertama mereka. Haruskan ia mengistirahatkan diri disini?? Mencari tempat yang setidaknya teduh, Irene akhirnya memilih untuk terduduk menjulurkan kakinya di bawah sebuah pohon rindang yang yang cukup jauh dari tepian tebing, membiarkan angin yang membawa panas terhalang oleh bayangan dari pohon besar itu juga oksigen yang dihasilkan dedaunan rimbun di atasnya. Hahh.. jika diingat ingat, kembali berbeda dengan musim dimana ia dan Semi bertemu di sebuah desa, kali ini musim yang ia alami sepertinya adalah musim semi. Jika melihat bagimana pepohonan, semak hingga bunga bunga terlihat cantik dan indah mempertunjukkan dirinya, maka iya. Tapi panas yang ia rasakan sepertinya akan jarang dirasakan di musim semi yang normal. Apakah karena ia tengah berada di pinggir pantai? Biasanya pantai bisa jauh lebih panas dibandingkan tempat lain karena air yang menguap disana malah dibawa pergi oleh angin, sehingga hujan yang dirasakan bukan di area pantai, melainkan area lainnya. Entahlah, Irene tidak cukup pintar untuk mencetuskan sesuatu yang ilmiah seperti itu. Baru saja ia akan terlelap, suara langkah kaki kuda yang memang biasanya berisik itu memaksanya untuk kembali membuka matanya yang sudah memberat itu. Membuat ia mendapatkan sosok yang ditunggunya sedari tadi, nampak memukau diatas kuda putihnya yang tengah berlari tepat kearahnya. Ah- apakah Aaron akan sekeren ini ya jika menunggang kuda?? Irene rasa ia belum pernah melihat Aaron memakai kudanya sendiri selama ini. Jika keduanya pergi bersama, biasanya Aaron ada di dalam carriage untuk menjaganya dari dalam sana atas perintah yang mulia raja. "kurasa kau tertidur lebih cepat hari ini" ujar Semi ambigu yang malah memicu kerut di dahi yang lebih pendek. "Apa katamu??" Semi yang mendengar nada tidak mengerti dalam pertanyaan Irene terkekeh pelan. Sepertinya gadis itu lupa mengenai apa yang pernah mereka berdua bicarakan. Turun dari atas kudanya dengan handal, Semi memilih untuk duduk di samping Irene dan menatap langit cerah tanpa awan disana. "Kita tidur di jam yang berbeda" ucapnya yang tahu bahwa Irene memandanginya terus meminta jawaban. "dan aku tertidur di jam yang normal. Jadi antara kau yang tidur telat, atau kau yang tertidur terlalu cepat" lanjut Semi lagi yang membuat Irene membulatkan mulutnya ketika mengingat fakta lainnya. Benar juga!! Jika keduanya memiliki jam tidur jauh berbeda, keduanya akan berada di tempat yang berbeda, bahkan bisa jadi di hari yang berbeda. Irene melupakan hal yang satu itu. "Ah, maafkan aku" ujarnya menyesal. "apakah tempat kau masuk ke alam mimpi jauh dari sini? Berapa lama kau menunggu dan mencariku??" jika dipikir pikir, kenapa pula Irene tidak kepikiran dan memiliki inisiatif untuk juga mencari Semi, bukannya malah diam tidak jelas begini. "Tak terlalu jauh" ujar Semi menenangkan. "aku memiliki kuda, jadi tidak masalah. Toh kita memang belum tahu jam tidur masing masing. Jadi ini merupakan hal yang tidak dapat dihindari" "Kalau begitu, bagaimana jika kita janjian untuk tidur di waktu yang sama?? Bagaimana jika jam sepuluh?? Ah- kau pendekar ya, kau pasti sibuk dengan segala kegiatanmu. Bagaimana dengan jam dua belas?? Aku yakin aku bisa menahan diriku untuk tidak tidur sebelum jam dua belas" ocehnya yang lagi dan lagi malah memancing tawa dari Semi. "bukankah para noble lady selalu memiliki jadwal padat pula setiap harinya?? Jika pun tidak, kau tetap harus bangun di pagi hari untuk menjaga jadwal hidupmu dengan baik" ujar Semi yang membuat Irene hampir saja tersedak debu yang entah bagaimana caranya memasuki tenggorokannya. "Kau tadi mana aku noble lady??" pekik Irene terkejut. Ia rasa ia belum pernah menjelaskan statusnya pada gadis pendekar yang satu itu. Ya.. meskipun dibandingkan noble lady, ia jauh lebih atas dari itu. Bagaimana tidak, ia anak satu satunya dari pasangan raja dan ratu. "melihat bagaimana cara kau bicara dan bersikap, tentu saja kau keluarga bangsawan. Commoners tidak akan tahu manners seperti itu. Itu hanya diajarkan oleh pengajar khusus untuk keluarga bangsawan" Bertahun tahun bekerja di lingkungan kerajaan, Semi tahu bahwa keluarga bangsawan hingga kerajaan memiliki aturan ketat mengenai manner keluarga mereka. Tak heran jika banyak noble family yang saling mencurigai satu sama lain karena semuanya diajarkan untuk hidup dalam topeng untuk menjaga nama baik. "omong omong, kita bisa tidur jam sepuluh saja" lanjut Semi yang diangguki oleh si gadis berambut emas. "Ah.. ya.. kau benar" ujar Irene dalam konteks keluarga bangsawan yang dimaksud. "aku semalam memang tertidur lebih cepat. Tubuhku rasanya lelah setelah seharian bepergian dengan tunanganku" "kau memiliki tunangan?? Wah, sirik sekali. Hampir semua lelaki yang aku temui di dunia nyataku adalah sampah" ujar Semi kembali mengingat pertemuannya dengan pria pria tinggi mulut di alam nyata. "yang sejauh ini baik padaku hanya anak buahku. Namun aku sama sekali tak berminat dengan lelaki yang jauh lebih muda" ujarnya lagi yang sejujurnya ini agak TMI. "aku tidak mencintainya" kilah Irene. "atau belum??" ujarnya tak yakin kepada dirinya sendiri. "kami berdua dijodohkan oleh orang tua kami semenjak kami kecil. Aku tak tahu apapun. Tahu tahu aku dan dia sudah bertunangan, dan jika melihat gelagat ayahku, sepertinya aku akan menikah dengannya tak lama lagi" raut wajah gadis itu mendatar malas. "Adam Garret sialan" umpat Irene pada tunangannya sendiiri -yang sebenarnya tidak bersalah apa apa karena dia juga korban. "Adam Garret katamu???" peki Semi terkejut mendengarnya. Adam??? Adam anak lelaki dari yang mulia raja dan ratu Velvetenus?? Yang hampir saja dijodohkan dengannya?? Semi rasa ia mendengar gosip dari anak buahnya bahwa Adam kali ini dijodohkan oleh putri di negeri Adderaveth- jadi Irene... "?????Irene Judasquith?? Kau Irene Judasquith dari negeri Adderaveth kan??"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN