Sisi Lain Kinanti

1272 Kata
Malam itu, terlihat Kinanti menikmati makan malam di balkon di temani sang suami. Tak seperti biasa malam ini sang suami menemaninya dan memperlakukannya begitu lembut dan spesial. Bahkan sang suami sengaja menyediakan wine kesukaan Kinanti. “Sayang, sudah lama kamu gak menikmati wine kesukaan kamu, bukan? Nih aku siapin buat kamu, tapi khusus malam ini saja, ya?” Ucap Ammar dengan wajah terlihat tenang. Kinanti menyorot ke arah sang suami tak kalah tenang. Karena pada dasarnya dirinya kini telah mengetahui kebusukan sang suami. ”Kenapa kamu harus rpot-repot, Kak. Bukankah kata kamu aku di larang dokter minum wine?” Tanya Kinanti dengan santai, lirikan matanya tak lepas dari ekspresi wajah sang suami yang seolah tak sabar menanti hari esok. ”Tidak mengapa, Sayang. Aku malah ingin kita besok menikmati kebersamaan di villa. Sudah lama bukan kamu gak ke villa?” Tanya lembut Ammar. ”Hmm…sepertinya aku gak bisa deh minggu ini, Kak. Bisa gak di undur minggu depan, sekalian aku pengen ngenal anak itu lebih jauh?” Tanya Kinanti karena masih belum yakin akan kakinya. ”Minggu depan? Kenapa? Bukankah lebih cepat lebih baik?” Tanya Ammar membuat Kinanti pura-pura terpancing ”Maksudnya apa, Kak? Lebih cepat lebih baik? Kok kaya lagi ngerjain misi aja. Kamu lupa kalau villa itu milik keluargaku, dan aku bisa datang kapan saja kesana. Dan untuk anak itu, aku masih belum yakin untuk melakukan apa?” Jawab Kinanti dengan tegas, membuat Ammar menoleh dengan cepat. “Bukan begitu maksud aku, Sayang. Maksudnya kalau misalnya kita lebih cepat, kamunya kan lebih rilex, Sayang…” jawab Ammar dengan mengusap rambut sang istri yang baru saja menyelesaikan makannya dengan tenang. ”Hmm…kalau begitu, kita tunda di next week aja, Kak. Aku masih butuh waktu buat bisa ngunjungin villa…” Kinanti menjeda kalimatnya memikirkan alasan yang tepat. ”Kenapa, Sayang?” Tanya sang suami penasaran. ”Kak, villa itu mengingatkan aku ke mama-papa. Tunda aja boleh?” Tanya Kinanti menatap lekat kepada sang suami yang terlihat menahan kekesalan. ”Yaudah, Sayang. Kalau emang kamu merasa harus di tunda, ya gak masalah. Yang penting kamu senang. Toh tujuan kita kesana itu buat kamu, kok…” Ammar mengusap rambut sang istri dengan lembut. Dalam hati Kinanti menyahut. ‘Iyalah, buat aku. Kamu sengaja mau mencelakai aku, dan aku akan mencari akal untuk gak pergi kesana, sebelum ketemu pengacaraku’ Tiba-tiba pandangan keduanya menoleh kearah Nissa yang datang dengan membawa buah dan satu tangan menggandeng bocah kecil yang membuat Kinanti menahan gemuruh yang bergejolak membakar dadanya. ”Vanya…itu mama kamu, kamu harus salam dia…” ucap Nissa menunjukkan ke arah Kinanti yang menatap sinis kearah sang bocah. “Vanya, ayo salam ke mama kamu…” ucap Amar menatap ke arah bocah kecil yang bersembunyo di balik tubuh sang pengasuh. ”Papaa…kenapa tante ini ngeliat Anya gitu? Anya takut…Anya mau dekat-dekat dengan mama aja…” ucap polos bocah kecil itu dengan mempererat genggaman tangannya pada sang pengasuh. Sekilas, Amar tampak kebingungan, sedangkan Nissa semakin terdiam mematung melihat apa yang telah di rencanakan justru tidak sesuai harapan. “Anya…ini mama baru kamu…” ucap Ammar mulai panik dengan tatapan Kinanti ke arahnya. “Anak ini kenapa drama banget, Kak?” Tanya Kinanti dengan dahi bertaut. “Jijik banget lihat anak begini!” Kinanti tanpa sadar melepaskan uneg-unegnya. Tentu saja Ammar membesarkan bola matanya karena terkejut sang istri berkata kasar. Tapi dia lagi-lagi harus meredam kemarahannya demi mendapatkan sebuah impian besar menguasai harta kekayaan sang istri. ”Dia sepertinya masih bingung, Sayang. Karena perpindahan tempat tinggal…” jawab Ammar sekenanya. ”Aku memang memiliki keinginan untuk mengadopsi anak, karena mengikuti ceritamu untuk memancing. Dan siapa tahu kita segera dapat momongan lagi. Tapi bukan seperti anak ini!” Kinanti menunjuk Vanya tepat di wajahnya. “Berapa umurnya?” Tanya Kinanti tiba-tiba dan membuat Amar menggaruk kepalanya. ”Sekitar empat tahun kalau gak salah, Sayang….” Jawab Amar dengan tubuh mulai keringat dingin. PLAKK!! Melihat kegaduhan dan emosi sang majikan yang meluap membuat Nissa sang perawat menamapar wajahnya sendiri dengan keras, membuat semua yang ada di tempat itu menoleh ke arahnya. ”Nyonya…maafkan kesalahan saya. Saya memang merekomendasikan panti asuhan itu. Tapi saya tidak menyangka tuan akan mengadopsi anak yang tidak sesuai dengan keinginan nyonya…” Nissa seketika berlutut di depan sang majikan wanita yang tengah duduk di kursi roda, meski kakinya sudah mulai membaik. “Nissa! Apa yang kamu lakukan?” ”Mama…kenapa mama berlutut?” Tanya suara polos membuat Kinanti menutup kedua telinganya, karena dia tidak bisa menahan amarah dalam dirinya. Maklum saja, meski sudah berniat untuk tidak terpancing dan berusaha bersikap biasa saja. Kinanti adalah manusia biasa yang juga rapuh. Dan melihat sang suami memiliki anak lain yang seharusnya seusia anaknya yang kala itu harus di angkat karena kecelakaan yang menimpanya. ”Kak! Aku mau istirahat dulu. Kalian silahkan tinggalkan kamar ini!” Suara Kinanti bergetar hebat, membuat Amar yang mengetahui perubahan sang istri terlihat penuh amarah, seperti kala sang istri mendengar gosip perselingkuhannya dari sahabat sang istri. ”Yaudah, kamu istirahat dulu. Aku akan membawa Vanya kembali ke panti kalau memang kamu tidak menginginkannya…” ucap sang suami, sedangkan Nissa masih belum beranjak dari bersimpuhnya. ”Papa…kita akan kemana? Apakah kita tidak jadi serumah dengan mama?” Pertanyaan polos itu memang membakar hati Kinanti. Tapi, seketika terlintas dalam benaknya. ‘Bagaimana jika dengan mengganti anak ini, justru akan membuat mereka curiga padaku dan aku justru dibunuh di rumahku sendiri? Tidak! Ayo…Kinanti jangan gegabah. Mereka sudah merencanakan semuanya dengan matang. Tentu saja ini bukan tanpa plan B. Bersikaplah biasa saja. Dan pelajari bagaimana alur mereka ingin menyingkirkanku. Mungki dekat dengan musuh adalah lebih baik untuk mengetahui rencana mereka selanjutnya…’ Setelah menghela nafas sesaat, Kinanti memejamkan matanya dan berkata. “Tidak perlu pulangkan dulu, Kak.” Tegas Kinanti membuat mata Nissa berkaca-kaca. ”Maksud, Nyonya?” ”Maaf, aku terlalu sensitif tadi. Aku hanya merasa anak ini mungkin seusia anak kita kalau dia masih hidup. Dan aku sangat sensitif tiap kali mengingat saat itu…” ucap Kinanti dan seketika wajah Amar dan Nissa semakin cerah. “Aku memang sengaja mencari anak seusia anak kita, Sayang. Agar kamu merasakan momentnya. Maaf, jika aku gak diskusi denganmu mengenai usia anak yang akan kita adopsi…” jelas Amar menyisakan senyum penuh arti dari wajah Kinanti. ”Aku tidak mengatakan menolak anak ini. Tapi, aku juga belum bisa meyakinkan diriku untuk menerima dia di keluarga kita, Kak. Aku membutuhkan waktu untuk mengenal anak ini. Semoga kamu memahami maksudku…” tegas Kinanti dan tidak ada alasan Amar untuk menolak permintaan sang istri. Selama ini permintaan sang istri adalah perintah baginya. ”Baik, Sayang. Kita tidak perlu terburu-buru mengadopsi dia, sampai kamu merasa mengenal dia. Dia anak yang manis dan pintar. Aku yakin kamu akan menyukai Vanya nantinya…” ucap Amar lagi dengan wajah penuh percaya diri. “Kita lihat saja nanti, Kak. Aku masih sedikit shock. Jadi, aku harap biarkan aku sendiri dulu saat ini…” ucapnya menatap ke arah sang suami, lalu dia mengalihkan pandangan matanya kepada sang asisten pribadi yang juga selingkuhan suaminya. “Nissa…tolong main bersama Vanya dan layani dia dengan nyaman di rumah ini. Agar dia tidak merasa asing di rumah yang baru dan orang-orang asing yang baru dia lihat. Dia anak-anak pasti sangat sedih baginya berpisah dari teman-teman panti…” ucap Kinanti menyunggingkan senyum kiri. ”Baik, Nyonya. Saya akan membuat nona muda nyaman di rumah ini…” jawab Nissa sembari menundukkan wajahnya. Tapi, Kinanti melihat jelas senyum yang terlukis di wajah sang pengasuh. “Kak, apakah sebaiknya kita panggil pengacaraku untuk memberitahu rencana adopsi ini?” Tanya Kinanti tiba-tiba membuat langkah Amar terhenti seketika. Wajahnya kecut menoleh ke arah sang istri yang tengah memasang wajah manis kepadanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN