"Sudah mau berangkat?" Nana memekik kaget ketika melihat ayahnya tengah memanasi motor. Jam di dinding masih menunjukkan pukul enam, dan pria itu sudah siap berangkat menuju pasar. Sedangkan Takeru, ia hanya mengangguk, dan sebisa mungkin memaksa senyum di antara keterpurukan. "Sepagi ini?" tanya gadis itu lagi, memastikan padahal sang ayah sudah menjawab. "Ya." Takeru mengangguk. "Ayah harus mengantarkan pesanan," lanjutnya. Mendengar itu, Nana hanya bisa menatap paham. Anggukan kecil juga diberikan oleh gadis itu. Setelah dirasa cukup memanaskan mesin, Takeru bergegas naik ke atas motor. Tidak boleh membuang-buang waktu. "Ada makanan di kulkas, kau bisa memanaskannya sendiri, kan?" tanya Takeru sebelum memutuskan melajukan motor tua miliknya. Menjawab kecemasan sang ayah, Nana han