05 - Bajingann Tampan

1241 Kata
Shin, update ini, Shin update itu! SABAR... Shin maunya emang update semuanya, tapi otak Shin terbatas Waktu juga terbatas. Jadi maklumi aja ya, updatenya nyicil2 seadanya... Tetap ditunggu komen biar semangat nulis lanjutannya! Komenin isi cerita aja, dibanding komen NEXT NEXT NEXT! Tetap jaga kesehatan! Laf yu All muaah ******* Xion memilih untuk mendatangi apartemen Hanie untuk mengorek informasi mengenai sosok Aderaldo. Sepertinya Hanie sangat takut untuk membuka mulutnya ketika berada di lingkungan kampus membicarakan sosok Aderaldo. Maka dari itu, Xion memilih opsi seperti saat ini. Hanie terlihat terkejut, tapi tetap mempersilakan Xion masuk ke dalam apartemen miliknya. Wanita itu sudah bisa menebak apa maksud dan tujuan kedatangan Xion malam ini ke tempatnya. "Jadi? Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Hanie tanpa berbasa-basi. Xion menyugar rambutnya dan menatap lekat penuh harap pada Hanie. "Aku ingin tahu siapa pria berengsek tadi siang? Kau harus menceritakannya padaku secara detail," kata Xion tanpa ragu. Hanie menghela napas. Suka tidak suka, ia harus mengatakan apa adanya pada Xion. "Aderaldo Cetta Early adalah pemegang saham terbesar di kampus. Pria itu juga donatur untuk semua yayasan yang berada di bawah kampus kita. Aderaldo adalah pemilik beberapa perusahaan besar di negara ini. Salah satu pria berpengaruh karena kekayaannya yang tidak ada habisnya," "Hampir semua hal ia miliki. Namun, satu hal, ia tidak pernah serius berhubungan dengan wanita. Ia orang yang sangat membenci penolakan dan orang yang tidak mau ikut dalam aturan yang ia katakan," "Pernah ada beberapa kasus. Mahasiswa yang mencari masalah karena Aderaldo merebut ah-- bukan, gadis itu sendiri yang menggoda Aderaldo dan meninggalkan kekasihnya. Kau tahu apa yang dilakukan Aderaldo pada kekasih gadis itu?" Xion menggeleng lemah. "Pria itu dikeluarkan dari kampus tidak dengan terhormat. Ia bahkan diblacklist untuk melamar pekerjaan di negara ini. Lalu, gadis itu? Kau pikir akan menjadi kekasih Aderaldo? Tidak! Aderaldo membuangnya, mencampakkannya bahkan meludahinya disertai dengan makian kasar. Aderaldo tidak suka dipermainkan dan tidak suka direndahkan," "Bagi pria itu, apa yang dilakukan gadis itu adalah kesalahan fatal. Mendekatinya dan tidak memutuskan kekasihnya terlebih dahulu, menggodanya tidak henti. Aderaldo tidak menyukai hal seperti itu.” Cerita Hanie dan Xion masih menyimak dengan saksama. "Jadi, maksud dari ceritamu ini, aku lebih baik diam? Tidak perlu melakukan perlawanan apa pun pada pria sialan itu?" ucap Xion dan Hanie mengembuskan napas lelahnya. Meskipun ia baru mengenal Xion, tapi wanita itu sudah bisa menebak seperti apa sifat pria bermata sipit di hadapannya ini. Keras kepala dan selalu bertindak semaunya. "Aku tidak menyuruhmu melakukan hal apa pun. Semua keputusan ada di tanganmu. Jika kau ingin melawannya, silakan saja. Asal kau bisa menerima semua konsekuensi dikemudian hari. Aku tidak berhak melarangmu, Xion. Aku hanya menceritakan apa yang aku ketahui selama ini," jelas Hanie bijak. Xion menyugar rambutnya lalu mengembuskan napas lelahnya. "Aku tidak akan membiarkan pria itu menyakiti Naara lagi," gumam Xion. "Kau menyukai Naara?" tanya Hanie hati-hati. Xion terkesiap dan menggeleng cepat. "Tidak. Naara adalah sahabat baikku. Mana mungkin aku menyukainya sebagai lawan jenis," elak Xion. Hanie menaikkan sebelah alisnya. "Kau yakin? Jarang sekali, persahabatan antara dua orang lawan jenis, tapi tidak memiliki perasaan satu sama lainnya," kata Hanie menggoda. Xion tersenyum merona. "Itu hanya ucapanmu. Aku lebih baik pamit pulang saja. Terima kasih atas informasi yang sudah kau berikan," kata Xion melangkahkan kaki ke luar dari apartemen Hanie. Hanie mengantarkan Xion sampai di depan pintu. Melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. "Selamat terbakar, Xion," gumam Hanie saat Xion sudah hilang dari pandangannya. Wanita itu menutup pintu apartemen dan melanjutkan aktivitasnya. ******* Naara berusaha keras agar terlihat sangat baik-baik saja. Ia termasuk wanita yang pandai menutupi keadaan yang sebenarnya ia rasakan. Ketika ia membuka pintu apartemen kecil yang ditempatinya dan turun ke bawah. Alangkah terkejutnya wanita itu, melihat sosok pria yang sangat tidak ingin ia lihat bahkan temui apalagi saling menyapa. Namun, ternyata pria sialan itu sudah berdiri menyandar di mobil super mahalnya dengan setelan jas navy yang tentu saja harganya fantastis. Naara mengabaikan keberadaan pria itu dan menunduk berusaha berjalan secepat mungkin agar pria berengsek itu tidak mengetahui keberadaannya. "Kau pikir bisa pergi dariku?" Langkah kaki Naara tertahan saat lengannya dicekal kuat oleh telapak tangan besar milik si pria tampan berhati iblis itu. "Lepaskan tanganku, Berengsek!" bentak Naara. Aderaldo tersenyum miring menanggapi bentakan Naara. "Tidak akan," ucap Aderaldo santai. Naara menatap wajah pria itu dengan tatapan benci, tapi sekejap berubah menjadi tatapan kagum. Bagaimana tidak, dilihat dari jarak begitu dekat begini rahang pria itu begitu tegas, hidungnya mancung, alis tebal, bola mata biru jernih, bulu-bulu di sekitar wajahnya semakin membuatnya seksi, ditambah lagi bibirnya. Bibir sialan yang mengecup bibir mungilnya kemarin begitu menggoda. Ah- berengsek! Kenapa otak Naara malah sibuk memuji wajah pria itu. Gadis cantik itu segera mensugesti pikirannya untuk membenci pria sialan di hadapannya ini. "Apa maumu sebenarnya? Kenapa kau mengganggu ketenanganku," kesal Naara. "Aku mau kau jadi kekasihku," ucap Aderaldo tegas, tapi terlihat santai. Kedua bola mata Naara membulat sempurna mendengar ucapan seakan tidak ada artinya itu. "Kau gila! Aku tidak sudi menjadi kekasihmu. Silakan cari wanita lain. Berhenti menggangguku, aku datang ke kota ini untuk belajar, bukan untuk meladeni orang gila sepertimu.” Marah Naara. "Whatever. Aku tidak butuh persetujuanmu. Meskipun kau tidak mau, aku akan tetap memaksamu, mengiyakan apa yang aku katakan," kata Aderardo. Naara mendengkus tidak percaya. "Hah?! Benar-benar sakit jiwa!" gumam Naara tidak habis pikir. "Aku akan memberikan semua hal yang kau butuhkan. Apa pun itu. Aku punya segalanya," ucap Aderaldo penuh percaya diri. Naara menggelengkan kepalanya cepat. "Yang aku butuhkan sekarang itu adalah kau pergi jauh-jauh dariku. Aku membencimu, sialan!" bentak Naara. Seakan dejavu, kejadian berulang kembali. Bibir Naara kembali dikecup oleh Aderaldo. Wanita itu diam tidak bergerak sama sekali dan tangannya lemah. Otaknya masih mencerna apa yang baru saja terjadi, sampai akhirnya entah kekuatan dari mana asalnya, Naara berhasil mendorong tubuh besar Aderaldo hingga ciuman mereka terlepas. "Dasar JERK!! f**k YOU!" Naara membentak Aderaldo setelah memberi tamparan pada wajah tampan pria itu. "Kau memang pria berengsek! Aku membencimu," desis Naara tanpa memerdulikan orang-orang di sekitar mereka yang tampak kecewa karena adegan ciuman tadi berakhir sangat cepat. Aderaldo membasahi bibirnya dan menatap Naara tajam. "Aku baru mengecup bibirmu, belum melumatnya apalagi mengeksplore isi mulutmu dan kau sudah bertindak kasar padaku. Kau tahu, apa yang kau lakukan tadi bisa menjadi barang bukti di kantor polisi atas tindakan kekerasan fisik," ucap Aderaldo dan Naara terkejut mendengarnya. Wanita itu tidak berpikir jika pria tampan berwajah malaikat berhati iblis itu akan memberi jawaban seperti itu. Bukannya pergi dan meminta maaf malah mengancam Naara. Oh Tuhan! Sekali berengsek tetaplah berengsek. "Kau memang b******n," umpat Naara berani. Aderaldo tersenyum seakan bangga atas umpatan Naara padanya. "Kau bisa memilihnya sekarang juga, ikut aku tanpa perlawanan atau kau dijemput paksa oleh polisi karena melakukan tindak kekerasan padaku?" kata Aderaldo santai. Andai saja pria di hadapan Naara ini bersikap layaknya manusia normal pada umumnya. Naara bisa pastikan dalam hitungan menit ia akan jatuh cinta padanya. Fisik yang luar biasa memukau dan nyaris sempurna, kekayaan tidak perlu diragukan lagi melihat dari apa yang pria itu pakai dan kenakan. Namun, sikapnyalah yang membuat minus semua penilaian baik di mata Naara. Sudah jelas pria itu yang salah karena menciumnya dengan paksaan, tapi mengapa Naara yang akan diseret ke penjara. Dengan langkah berat, akhirnya gadis itu mengalah. Naara masuk ke dalam mobil mewah Aderaldo dengan wajah muram durja. Sedangkan Aderaldo, pria itu tampak bahagia dengan bersiul sebelum menutup pintu kemudinya. "Good girl! Jika kau menurut seperti ini, maka akan semakin cepat permainan ini berakhir," ucap Aderaldo dan Naara melotot tajam mendengarnya. *******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN