Keesokan harinya.
Suara burung berkicauan di atas atap rumahnya. Dinginnya pagi ini di imingi angin sepoi dan minim cahaya matahari. Sepertinya, hari nampak mendung. Awal pagi yang barsamaan dengan suasana yang mendung sama seperti hati Ana yang saat ini dia rasakan. Ana yang baru saja bangun dari tidurnya. Dia beranjak duduk. Menghela nafasnya kasar. Jemari tangan mengusap kedua matanya yang masih terasa lengket.
"Emmm... Jam berapa?" kata Ana. Dia dengan mata setengah terbuka. Melirik Ke jam weker diatas meja, samping ranjangnya. Jarum jam menunjukan pukul tujuh pagi.
"Jam 7?" Ana menghela nafasnya lega. Dia pikir sudah siap. Merasa masih setengah mengantuk. Ana, membaringkan tubuhnya kembali di ranjangn sejenak.
"Tidur lagi, aku masih ngantuk. Kepalaku masih terasa sangat berat. Setidaknya aku sudah bangun sebentar." gumam Ana lirih. Dengan kedua mata sudah mulai perlahan terpejam tak sadarkan dirinya.
****
"ANA..."
"ANA..."
"ANA" suara serak seorang laki-laki terdengar begitu menggema sampai ke telinganya. dia terus memanggil namanya. Mencoba membangunkan Ana yang semula tertidur. Seketika dia terbangun. Dengan posisi kata masih tertutup.
"Ada apa?" teriak Ana malas.
"Cepat bangun!" pinta seorang laki-laki itu. Ana mengerutkan dahinya. Dia sudah tahu, siapa laki-laki menyebalkan yang teriak-teriak di kamarnya saat pagi. Iya, dia adalah Miko. Tidak pernah sekalipun dirinya bisa tidur nyenyak jika Miko masih belum berangkat kerja.
"Hmm.. Iya.." Ana yang tak kuat menopang tubuhnya lagi. Dia menjatuhkan tubuhnya di ranjang.
"ANA........!" Teriak Miko. Kali ini ana tidak peduli teriakan Miko. Dia menarik guling di sampingnya. Memeluknya sangat erat.
"Kemana nih, anak. Kenapa dia tidak keluar. Apa teriakan ku kurang keras." geram Miko. Memegang gagang pintu, dengan penuh ragu memutarnya perlahan. Lalu, membuka pintunya sangat hati-hati. Agar tidak ada dengan suara pintu terbuka yang membuat Ana terbangun lagi.
Miko menarik sudut bibirnya tipis. Mengulurkan sebuah senyuman samar tanpa ada yang tahu. Dia berjalan dengan sangat hati-hati mendekat ke arah Ana.
"Ana bangun atau aku siram air?" tanya Miko. Dia berdiri tepat di samping Ana berbaring. Kedua matanya menatap kesal ke arah Ana yang tertidur pulas lagi di ranjangnya.
"Nih anak, tidak waras atau gimana? kemarin dia galau? Sekarang, dia tidur terus, kemarin juga dia cerita tidak ada hentinya. Lalu, tertidur sendiri." gumam Miko. Menatap lekat wajah Ana yang sangat imut saat tidur. Miko mendekatkan tubuhnya, jemari tangannya menyentuh helaian rambut yang menyentuh wajah sampai bibirnya.
"Siapa," Ana yang terkejut. Dia segera membuka matanya. Dengan cepat tangannya mencengkram pergelangan tangan Miko. Tubuh laki-laki itu juga terkejut membuatnya terdorong ke depan lebih dekat dengan wajah Ana. Kedua mata mereka saling tertuju dalam diam. Perasaan aneh mulai bergejolak dalam hatinya Tetapi, Ana tidak pedulikan itu. Yang dia inginkan. Dirinya bisa bahagia dengan kerja kerasnya.
Hembusan nafas mereka saling beradu satu sama lain. Wajah Ana terlihat begitu pucat pasi. "Maaf!" ucap Miko. Segera beranjak berdiri tegak. Sembari menghela nafasnya lega. Tak kuat menatap Ana terlalu lama. Miko memalingkan wajahnya.
"Kenapa?" tanya Ana. Menarik tangan Miko hingga duduk di samping ranjangnya.
"Kaka.." panggil manja Ana pada Miko. Dia meletakkan kedua tangannya dilipat di atas pundaknya. Sembari berbisik pelan dekat telinga kirinya.
"Kak, sudah ada pekerjaan lagi buat aku. Aku bosan di rumah. Sekarang aku mau kerja lagi." ucap Ana. Sementara Miko dia hanya diam, keringat dingin mulai bercucuran, tubuhnya seketika gemetar. Antara gugup dan takut jika dia menatap Ana terlalu lama lagi. Bisa-bisa dirinya hanya duduk, sembari mengatur nafasnya yang sangat berantakan.
"Kak." panggil Ana kesal. "Kenapa kamu diam saja? Apa ada pekerjaan untukku?" tanya Ana lagi.
"Em... Eh... A--aku gak.. tahu." ucap Miko terbata-bata. Ini benar-benar gila baginya. Entah kenapa hari ini dia merasa sangat grogi saat dekat dengan Ana. Ini karena Ana sudah bahagia dengan status singlenya. Atau karena perasaannya semakin kuat dengan Ana.
"Kak, carikan pekerjaan yang bagus untukku. Aku tidak peduli lawan mainnya siapa. Asalkan aku bekerja. Lagian, aku juga sudah tidak memikirkan apa yang terjadi kemarin." suara Ana tepat di pipi kirinya hembusan nafasnya berdesir di pipinya. Merasa tubuhnya semakin gemetar, dengan perasaan yang aneh.
Miko menarik nafasnya dalam-dalam. Dia melirik sekilas wajah Ana yang sudah sangat dekat dengannya. Hanya berjarak satu telunjuk tangan. Hembusan nafas mereka saling beradu. Kedua mata Ana berputar mengamati apa yang dilakukan Miko
"Hmm.. Baiklah? Aku akan carikan nanti. Jika kamu perlu lainnya bilang saja." Kata Miko. Mencoba untuk tetap tenang. Dalam satu tarikan nafasnya, Miko mengecup bibir nya yang sudah sangat dekat dengannya. Tak mau menghilangkan kesempatan itu. Dia memberikan kecupan pagi hanya beberapa detik saja.
"Miko... Sialan.. Apa yang kamu lakukan." Teriak Ana. Memukul bahu Miko berkali-kali.
Miko hanya tertawa kecil. "Hehe.. Maaf, lagian kenapa kamu memancingku. Adik manis." goda Miko mencubit dagu Ana.
"Udah, sekarang buruan mandi. Setelah itu ikut aku ke kantor. Ada hal yang ingin aku libatkan padamu nanti." kata Miko. Bangkit dari duduknya. Dia melayangkan senyuman tipis. Mengusap lembut ujung kepalanya. Sedikit membuat rambutnya berantakan. Ana hanya diam, dengan bibir setengah terbuka. Mengangkat kepalanya sedikit, menatap wajah Miko.
"Cepat mandi. Kalau tidak, aku kasihkan pekerjaan pada orang lain." ancam Miko. Membalikkan badannya. Lalu, melayangkan kakinya pergi meninggalkan Ana sendiri. Wanita itu hanya tersenyum tipis. Dia menghela nafasnya, dengan terpaksa. Ana bangkit dari ranjangnya. Berjalan dengan langkah kakinya menuju ke kamar mandi.
"Benar-benar Miko sialan. Kenapa tidak dari kemarin saja dia kasih aku pekerjaan." geram Ana. Terus menggerutu tak jelas. Sembari terus berjalan masuk ke dalam kamar mandinya.
***
Selesai mandi. Dengan pakaian stylish miliknya. Ana, menggunakan rok dengan belahan sampai atas. Hanya tersisa satu telapak tangan dari pinggangnya. Ana terbiasa dengan baju seksinya. Gaun tanpa lengan, hanya terlihat sangat pas dengan lekuk tubuhnya. Ada setali kain di atas kedua pundaknya. Pakaian yang menunjukan belahan di atas dadànya. Gaun berwarna abu-abu dengan pernak-pernik membuatnya terlihat lebih mengkilap. Dan, rok span berwarna hitam terlalu pendek untuknya.
Ana melihat dirinya di depan cermin. Sembari tersenyum tipis. Dia merapikan rambutnya sayang sedikit berantakan. Dengan tas kecil di genggaman tangan kanannya. Dia segera berjalan keluar dengan langkah cepatnya.
"Kak Miko, aku sudah selesai?" teriak Ana. Berlari menuruni anak tangga.
"Bentar-bentar." Miko yang baru saja keluar dari kamarnya. Dia mengikuti setiap langkah Ana di depannya. Sembari menuruni anak tangga dengan langkah cepatnya.
"Ana!" panggil Miko.
"Ada apa lagi?" tanya Ana.
"Makan dulu," ucap Miko. Dia meraih tangan Ana. Menariknya berjalan menuju ke dapur.
"Nggak, usah. Nanti saja. Kita harus cepat ke kantor mu." geram Ana menarik tangannya dari cengkeraman Miko. "Kita makan di luar nanti." lanjut Ana.
Miko terdiam sejenak. "Emm... oke baiklah!" ucap Miko. Dia kembali menarik tangan Ana. Dia meletakkan jas abu-abu miliknya tepat di lengan tangan kirinya.
"Aku nanti, hanya bilang satu hal. Jangan sampai kamu buat masalah. Apapun yang terjadi. Atau, apapun kata Media. Jangan di masukan dalam hati. Jangan sampai kamu terpancing dengan apa yang diberitakan media." kata Miko. Sembari terus berjalan menuju ke mobilnya. Sampai tepat di depan mobilnya. Miko melepaskan tangan Ana.
"Masuklah!" pinta Miko. Dia segera membuka pintu mobilnya. Dan, melangkah masuk. Sang sopir ternyata sudah menunggu sedari tadi. Sementara Ana. Masih menatap dirinya di cermin. Melihat rambutnya sudah rapi atau belum. Miko menghela nafasnya. Sembari menggelengkan kepalanya pelan.
"Dasar aneh!" gumam Miko. Dia membuka pintu mobil.
"Kak Miko. Hampir saja mengenai gaunku." geram Ana. Menguntupkan bibirnya kesal.
"Sudah masuk, mau sampai kapan kamu berada di depan. Menatap dirimu sendiri di kaca mobil?" cara Miko tak kalah kesalnya dengan kelakuan Ana yang memang sedikit manja jika dengannya.
Ana mengerucutkan bibirnya kesal. "Iya.. Iya. Aku masuk." ucap Ana. Dia melangkah masuk. Duduk di samping Miko. Dengan cepat, Miko meletakan jas abu-abu miliknya menutupi gaun abu-abu, dengan pernak-pernik mewah menghiasi gaun itu.
"Apaan sih ini?" tanya Ana. Mengerutkan keningnya bingung.
"Kamu apa mau sengaja memamerkan tubuhmu?" tanya Miko. Menarik kedua alisnya bersamaan.
Ana, menarik bibirnya ke samping. Memutarnya kesal. Dia hanya diam, melipat jari tangannya di atas dadànya. Sembari menyandarkan punggungnya. Memalingkan wajahnya menghindari tatapan Miko.