"Apa maksud kamu?" tanya Edward menatap tajam ke arah Ana.
"Aku bisa melakukan apa saja."
"Apalagi aku. Bisa lebih licik dari kamu."
Ana berjalan mendekati Edward. Menepuk pundaknya. Sembari berbisik pelan. "Aku tahu semua foto dan Video kalian. jadi jangan pernah macam-macam denganku. Kamu salah, edward. Beraninya bermain dengan wanita sepertiku." Ana tersenyum tipis. Melangkahkan kakinya pergi.
"Apa... Ana.. Ada yang ingin saya tanyakan pada anda. Apa benar anda punya laki-laki lain?"
"Siapa laki-laki itu." para wartawan semakin mengejarnya.
"Tidak ada!" tegas Ana. "Sudah jangan tanyakan lagi padaku. Lagian, yang perlu kalian wawancara sekarang adalah Edward. Dan pasangan barunya Ira. Mereka pasti akan membawa dampak besar nantinya.
Ana semakin melangkahkan kakinya pergi. Dia berjalan santainya. Memakai kaca mata hitam. Masuk ke dalam agensi mereka. Ira dan Edward masih saja dia berbincang tentang Ana. Seolah dia memainkan kita. Dia mencoba untuk merencanakan sesuatu agar dia tidak bisa menyentuhnya.
Ira masih berdiri terdiam di tengah kerumunan para wartawan.
"Sayang.. Gimana ini? Apa yang harus kita lakukan jika dia menyebar vidio kita."
Bukannya kamu bisa mengurusnya. Sekarang kamu harus dia. Kamu bilang padaku kamu punya teman juga, kan. Bisa menghapus segala berita. Bahkan bisa membelai berita skandal itu. Agar tidak bocor ke publik.
Para wartawan mengaitkan Ana pergi. Mereka segera menyerbu Edward dan Ira. Tetapi wanita itu berhasil pergi dan masuk ke dalam mobilnya untuk menghindari kejaran para wartawan.
"Bentar! Aku akan coba tanyakan temanku nanti. Apa dia bisa kabari aku atau tidak!" gerutu Ira. Dia mengepalkan tangannya sangat erat. Sementara, Edward masih saja diam. Dia menggigit ujung ibu jarinya. Mencoba memutar otaknya berpikir sebentar mencari solusi dari semuanya. Meski apa yang dikatakan Ira. Memang benar nantinya. Dia juga masih belum yakin sepenuhnya pada Ira.
***
Sementara Ana. Dia beranjak duduk. Menatap beberapa orang yang sedang memperhatikannya. "Eh.. Dia balik lagi. Bukannya dia artis yang meninggalkan kekasihnya demi laki-laki lain.,"
"Iya... Sepertinya, memang seperti itu. Padahal mereka akan menikah." suara desas desus dari para fans itu membuatnya merasa sangat tertekan. Dia yang terluka, seolah dia yang melukai. Benar-benar permainan cinta yang rumit. Dia merasa menjadi beban dalam hidupnya. Hidupnya yang hancur. Dia juga tidak bisa tahu siapa yang menyebarkan berita itu.
"Ana.. Kamu sudah datang. Oh, ya. Sebenarnya saya minta maaf padanya. Jika harus menggantikan kamu dengan pemain baru. Apalagi skandal kamu saat ini. Mungkin aku juga butuh pertimbangan untuk melanjutkan drama kamu."
"Kenapa aku harus digantikan?" tanya Ana merasa sangat kecewa.
"Maaf, Bukannya aku tidak suka dengan acting kamu. tapi, ini sudah keputusanku. Jadi, lebih baik selesaikan skandal kamu."
Saat sang produser berbicara padanya. Semua orang menatap ke arahnya. Seakan merasa senang dengan apa yang dia alami. Merasa malu dan sangat kecewa. Ana segera meraih tasnya kembali di atas meja. Lalu berlari pergi meninggalkan agensi itu. Dia masuk ke dalam mobilnya. Dan, beranjak menuju ke kantor MD Entertaiment. Ana, mencengkeram erat setir mobilnya. Berkali-kali dia memukulnya, mencoba meluapkan kekesalannya. Ana mengernyitkan wajahnya. Dia tidak bisa bayangkan betapa malunya tadi. Apalagi sebagai artis semua di bicarakan di depannya secara umum.
****
"Kenapa begitu susahnya jadi artis. Baru teriak skandal sedikit. Semuanya selesai. Padahal bukan aku yang memulainya." gerutu Ana.
Ana yang keras kecewa tadi. Dan malu, ia memutuskan untuk pulang naik taksi. Tapi dirinya masih saja marah, sampai rumahnya. Dia kembali lagi membawa mobilnya sendiri untuk menemui kakaknya. Kali ini Ana ingin meminta penjelasan dari Miko kakaknya. Kenapa dia membuat semua ini?
Di setiap perjalanan Ana menyetir mobilnya sendiri. Dia tidak berhenti mengumpat kesal. Marah-marah di dalam mobilnya. Tanpa tahu kenapa dia seperti itu. Pikirannya benar-benar sangat terpuruk.
"Arrggg.... Semuanya benar-benar membuatku muak." teriak Ana sangat keras. Dia memukul lebih keras setir mobilnya. Sembari ke dua matanya masih fokus dengan jalanan di depannya.
"Kak Limo juga, kenapa dia diam saja. Kenapa dia tidak menbantuku. Semuanya ternyata sama saja."
Selama hampir setengah jam perjalanan. Dia sampai tepat di sebuah kantor MD entertaiment Ana berjalan dengan langkah cepat masuk ke dalam kantor itu. Tanpa pergi bertanya ke cs. Wanita itu segera berjalan menuju ke ruangan Miko. Tatapannya sangat mengerikan. Membuat beberapa orang yang lewat di depannya seketika minggir dari sampingnya.
"Kak.. Miko..." teriak Ana. Dia membuka keras pintu ruangan Miko. Lalu menutupnya kembali.
Miko yang terkejut. Dia bangkit dari duduknya. Berjalan mendekati Ana. Senyum menariknya terlihat sok akrab dengannya.
"Ana... Kamu sudah pulang?" tanya Miko.
"Sudah pulang lebih cepat!" ucap Ana. Dia beranjak duduk tepat di atas meja depan Miko. Menunggu jawaban dari laki-laki depannya itu.
Ana menarik sudut bibirnya sinis. "Apa katamu? Pulang lebih cepat?" gumam Ana.
"Ada apa," tanya Miko, beranjak berdiri. Menatap ke dua mata Ana. "Maka benar-benar membuatku gila. Apa kakak sengaja membatalkan dua drama aku sekaligus. Kenapa kakak tega. Dan, sekarang aku di gantikan dengan artis lain."
Miko mengerutkan keningnya. "Aku tidak tahu tentang hal itu." ucap Miko.
"Jangan pura-pura tidak tahu. Kakak pasti yang melakukannya. Memangnya siapa lagi kalau bukan kakak. Lagian yang bisa merubah semuanya tergantung keputusan pihak tv. Dan, kakak memang sengaja, kan?"
"Lagian itu semua keputusan produser bukan aku. Jika memang ditolak. Kamu tenang saja. Kamu bisa tenangkan pikiran kamu dulu." Miko memegang kedua bahu Ana. Wanita selalu saja memakai baju tangan lengan. Menunjukan sekilas ke dua bahu putihnya.
"Terus kakak hanya diam aja sekarang?" tanya Ana mengeraskan suaranya.
"Aku tidak tahu lagi harus gimana?" Ana yang merasa sangat kesal. Dia mendorong tubuh Miko, hingga Miko jatuh ke atas kursi kedua tangannya tak sengaja menarik pinggang Ana untuk jatuh tepat di atas pangkuannya.
"Ana.. Lihatlah aku! Sekarang. Jangan pernah menangis. Karena aku merasa jika semua adalah salah. Aku bisa saja suka dengan anda. Dan, aku bisa saja mencintai anda. Tapi, semua juga tergantung."
"Maksud kamu?"
"Aku suka padamu. Aku mau jika kamu berhenti dalam dunia acting. Aku tidak mau jika semuanya berantakan. Gimana jika nanti kamu mendapatkan banyak masalah."
"Jangan bodoh!" Ana mencoba untuk berfikir. Tetap saja Miko memeluk punggungnya menariknya semakin ke dalam.
"Ana aku tahu.. Jika kita adalah adik kakak. Tapi, apa salahnya jika aku suka padamu. Aku bilang kali ini. Karena aku tidak mau terlambat lagi. Dan, aku akan terus menjaga hatiku."
Ana menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku hanya menganggap kamu kakak. Aku tidak suka padamu." umpat Ana kesal. Merasa sedikit kecewa. Miko memberikan sebuah kecupan padanya. Dan, ini membahagiakan dirinya. Sebuah kecupan pertama yang membuat dia merasa sangat nyaman. Baru kali ini dia merasakan kecupan. Di drama saja dia tidak pernah. Meski ada adegan kecupan. Dia selalu di gantikan dengan orang lain. Dan, saat Ana pacaran dengan Edward sama sekali dia tidak mau disentuh laki-laki itu.
Mulai menghukum bibir mungil Ana. Melihat wanita itu hanya diam saja. Menatap tak percaya kedua matanya.
Apa yang terjadi padaku. Kenapa aku merasa tidak ingin dia melepaskan kecupannya. Aku menginginkannya lebih dari ini.
Hati Ana yang baru saja keluar dari lubang hasrat yang sangat gelap. Dia tiba-tiba bangkit lagi. Dan, membuat tubuhnya mulai berhasrat. Tetapi dia sadar hubungan mereka adalah adik kakak. Meski semuanya hanya kakak tiri.