3. Teman

902 Kata
Brak! "B-r-e-n-g-s-e-k! Siapa dia sampai berani-beraninya mempermalukan gue di depan umum!" Kenny membanting meja kantin di dekatnya lalu meluapkan segala amarahnya. Semua penghuni kantin berhamburan meninggalkan kantin karena takut melihat Kenny yang mengamuk tidak jelas. Dari pada mereka menjadi sasaran amukan Kenny, lebih baik mereka menyelamatkan diri masing-masing. "Lo, ke sini." "Gu-gue, Kak..." tanya seorang siswi dengan takutnya ke arah Kenny. "Iya lo! Bagi tisue lo." Siswi tadi langsung menyerahkan semua tisuenya pada Kenny lalu berlari meninggalkan Kenny. Setelah dirasa lumayan reda, Kenny menyusul ketiga sahabatnya yang sudah duduk terlebih dahulu.  "Lo ngapain sih belain cewek itu, Nat?" tanya Kenny lagi tak habis pikir. Rangga memilih duduk di sebelah Nathan dan Kenny duduk di sebelah Gama. "Gue enggak membela mereka. Gue cuma memosisikan diri gue sebagai kakak kalau misalkan Zeline dihina sama cowok kayak tadi. Gue juga memosisikan diri gue sebagai anak kalau nyokap gue dihina sama lelaki lain. Gue enggak rela, itu saja." jabar Nathan membuat Rangga dan Gama mengangguk mengerti. Kenny terdiam akan penjelasan Nathan barusan. Benar saja, Nathan tidak akan tinggal diam melihat Zeline-sang adik tercintanya dihina oleh lelaki lain. Kenny tidak akan bisa merasakan itu, karena Kenny tidak memiliki seorang adik perempuan dan ibunya sudah lama meninggal. "Enggak usah dipikirkan lagi, mending lo minta maaf." Nathan menepuk-nepuk bahu Kenny pelan. "Benar kata Nathan, Ken. Lo kalau benci bolehlah, tapi jangan keterlaluan. Kalau nanti benci itu balik jadi cinta baru tahu rasa lo." Gama merangkul sahabatnya itu. "Tapi mana mungkin Kenny cinta sama cewek yang sudah dibencinya. Rasanya mustahil." sahut Rangga mengingat-ingat apakah Kenny pernah menjalin hubungan dengan perempuan yang dibencinya? Seingat Rangga dan memang ingatan Rangga itu tajam, Kenny belum pernah. "Nah, benar itu apa kata Rangga." Gama dan Nathan menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Kenny barusan. "Enggak ada yang mustahil. Kalau cinta sudah menyapa, kita sebagai manusia bisa apa?" Kenny, Gama juga Rangga memusatkan mata mereka ke Nathan. "Perlu syukuran nih, Gam, Ken." "Benar, Ga." Gama memandang Nathan tanpa berkedip. "Dapat hidayah dari mana lo, Nat? Jadi bijak begitu. Apa otaknya Mario Teguh lo sewa?" entah Kenny sedang memuji atau meledek Nathan kali ini. Tapi yang pasti ketiga lelaki ini masih tidak percaya kalau Nathan bisa berkata sebijak barusan. "Sudah ah, gue mau pesan makanan. Jangan ada yang menitip." Nathan pergi meninggalkan ketiga sahabatnya menuju stand makanan. "Yah Nat, gue titip dong." teriak Rangga dari tempatnya. Nathan hanya melambai-lambaikan tangannya tanpa menoleh ke belakang. "Aish... Gue lapar banget." Rangga berdiri menyusul Nathan. "Gue titip dong, Ga." pinta Gama memelas. "Big No!" tolak Rangga sok inggris. "Kejam lo." Gama pun akhirnya berdiri menyusul Nathan dan Rangga. "Gue titip." ujar Kenny pelan, namun menakutkan. "Lo berani nolak, gue kasih kamar lo sama kecoak penuh." ancam Kenny yang membuat Gama takut. "Iya, iya. Ngancem enggak elite banget pakai kecoak." gerutu Gama. "Meski pun enggak elite, tapi bisa bikin lo nurut." alas Kenny tajam. "Ish.... Sialan, kenapa gue bisa sahabatan sama orang kayak dia." Gama tak menggubris balasan dari Kenny lagi. Gama langsung saja melangkahkan kakinya menuju stand mie ayam yang lumayan lega. *** Kirei sedang menangis di pinggir gudang sekolahan. Tubuhnya merosot bersandar pada tembok. Kepalanya dia tenggelamkan di antara pahanya. "Gue bukan gadis murahan." isak Kirei parau. "Gue bukan gadis enggak punya harga diri." hati Kirei sakit mengingat ucapan Kenny di kantin tadi. Aletta dan Chelsea baru saja sampai di tempat dekat gudang. Sebenarnya mereka enggan ke sini kalau bukan karena Kirei yang berlari ke sini. "Rei, sudah ya jangan menangis." Aletta berusaha menenangkan Kirei. Mereka berdua sudah jongkok di depan Kirei. "Iya Rei, jangan dengarkan kata-kata Kenny. Dia memang kalau ngomong enggak pernah disaring dulu." Chelsea ikut mengusap-usap pundak Kirei. Berharap sahabat barunya itu akan segera berhenti menangis. "Gue bisa terima apa saja yang dia katakan. Tapi kalau masalah harga diri, gue enggak bisa diam begitu saja." suara Kirei sangat ketara bergetar. "Gue tahu lo bukan gadis murahan, makanya jangan dengarkan ucapan dia. Dia memang enggak punya hati." Aletta memeluk Kirei dalam dekapannya. "Kirei!" Vanilla baru saja datang dengan nafas ngos-ngosan. Vanilla langsung melangkahkan kakinya mendekat ke Kirei yang sedang dipeluk oleh Aletta. "Rei, sudah ya jangan menangis lagi. Gue sudah kasih pelajaran ke Kenny. Gue siram dia pakai air tepat di wajahnya." Vanilla ikut mengusap-usap bahu Kirei yang masih bergetar. Kirei mendongakkan kepalanya dan melepas pelukannya dari Aletta. Tangannya sibuk menghapus air matanya. Aletta juga Chelsea ikut terheran oleh ucapan Vanilla kali ini. Berani sekali Vanilla mempermalukan Kenny di depan umum. "Lo enggak kenapa-napa kan, Van." Kirei bertanya dengan nada penuh kekhawatiran. "Gue enggak apa-apa, Rei. Lo tenang saja." Vanilla tersenyum sangat manis ke Kirei. "Thank ya, gue punya teman sebaik kalian." Kirei tersenyum ke arah Aletta, Chelsea dan Vanilla. "Kita kan teman Rei, jadi harus saling bantu." Chelsea membantu Kirei menghapus air matanya. "Sebentar lagi bel masuk kelas, ke toilet yuk. Kita antar lo cuci muka." ajak Aletta berdiri terlebih dahulu. "Maaf ya, gara-gara gue kalian enggak jadi makan deh." sesal Kirei merasa bersalah. "Sudah, enggak apa-apa. Masih ada jam istirahat kedua kan." Vanilla ikut berdiri menyusul Aletta. Chelsea membantu Kirei berdiri lalu mereka menuju toilet untuk merapikan penampilan mereka. "Sebagai gantinya, biar pas jam istirahat kedua nanti. Kalian gue traktir makan deh." "Siapa yang menolak kalau ditraktir makan." ucap Vanilla, Aletta dan Chelsea bersamaan. "Ish.... Masalah makan saja kompak kalian." desis Kirei. "Harus dong kompak." Mereka tertawa sepanjang jalan menuju toilet. Apalagi Kirei, seolah-olah sudah lupa akan sakit hatinya terhadap ucapan dan perlakuan Kenny. *** Next...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN