Dimas berlari sambil memegangi handuknya karena hanya kain tebal itu yang menutupi tubuhnya. Tubuhnya masih kuyup hingga jejaknya melangkah meninggalkan tetesan air yang terbilang banyak. Di beberapa kesempatan, ia bahkan nyaris terpeleset akibat air yang masih mengandung banyak sabun mandi di tubuhnya. Di dalam kamar tamu, ibu Mirna masih marah-marah di tengah isak yang turut menyertai. Assu dan celeng pun terus menjadi kata-kata u*****n andalan ibu Mirna. Menandakan wanita paruh baya itu sudah sangat emosi. Dimas belum pernah mendengar itu sebelumnya, bahkan meski biasanya ibu Mirna tak hentinya mengomel sekaligus marah-marah. Entah itu pada pak Mustakim, Arunika, Dika, atau malah tetangga dan juga orang yang tak sengaja membuat ibu Mirna marah. “Pantas ibu-ibu sekitar kompak bilang ba