SEMBILAN
HAPPY READING
Hanin tak membuang pandangannya sedikitpun pada cincin cantik, mungil, dan polos yang sudah melingkar di jari manisnya saat ini.
Cincin yang di pasangkan oleh Rama 10 menit yang lalu tanpa menunggu persetujuan, dan jawaban darinya.
Tapi, Hanin ah, sangat sulit untuk Hanin jelaskan secara gamblang apa yang sedang ia rasakan saat ini. Campur aduk. Semua menjadi satu.
Ia merasa kesal, karena Rama melakukan ini semua tanpa persetujuan darinya, terlalu terburu-buru juga. Tapi, di sisi lain, di sudut hati Hanin yang paling dalam. Perlakuan, dan aksi yang Rama lakukan terhadap dirinya tadi telah menyelamatkan harga dirinya dari Kamal. Telah menyelamatkan perasaannya yang hampir berdarah-darah lagi karena Kamal. Orang yang berjarak 20 meter pun dari mereka, dapat mendengar umpatan Kamal yang marah, dan kesal karena laki-laki itu gagal mempermainkan diri, dan perasaannya tadi.
Apa salahnya? Sehingga Kamal bisa sekejam ini padanya? Apa? Dan Hanin memutuskan dalam waktu singkat. Hanin menerima Rama dalam hidupnya.
Dengan mengulurkan lembut tangannya, membantu Rama berdiri dari berlututnya.
Rama memeluk dirinya untuk beberapa saat, Hanin secara reflek membalas pelukan Rama, dan berbisik-bisik mengucap terimah kasih dari mulut, dan hati kecilnya. Karena Rama telah menyelamatkannya dari Kamal yang ingin menarik ulur perasannya.
10 menit yang lalu juga sebelum Rama pamit dengan terburu-buru takut ketinggalan pesawat. Ya, laki-laki itu bahkan datang di saat ia sedang sibuk melakukan bimbingan skripsinya. Hanya demi dirinya. Dosennya mengabarkan tidak bisa membimbingnya hari ini, di manfaatkan Rama untuk bertemu dengannya. Pulang pergi dari Solo-Mataram.
Dan kalian tahu? Rama tadi sempat meminta maaf dengan tulus pada dirinya maupun pada Kamal.
Meminta maaf dengan sopan karena sudah merendahkan Kamal karena masa lalu laki-laki itu. Rama juga semakin merasa bersalah di saat Maria datang. Memperjelaskan status antara Kamal, dan Hanin. Kamal yang merupakan calon kakak ipar Hanin.
Dan Rama mengatakan akan mengunjunginya 2 bulan sekali. Selama Rama menunggu wisudanya sambil mempersiapkan diri, dan berkas untuk study lanjutannya ke jenjang S2.
"Melamunkan laki-laki b******k tadi?"Ucapan dengan nada sinis barusan sangat mengagetkan Hanin, membuat Hanin tersentak kaget dari dudukkannya, dan kedua mata Hanin melotot lebar di saat pergelangan tangannya di tarik kasar oleh Kamal.
Hanin mencari keberadaan kakaknya. Tapi, tak ada! bukan kah mereka sedang berdiri berdampingan di depan etalase tadi. Tapi, dimana Kakaknya saat ini.
"Kakakmu ada di kamar mandi. Ikut aku sebentar."Ucap Kamal dengan nada yang semakin sinis bahkan membuat Hanin bergidik mendengarnya. Hanin pasrah, dan dengan menahan ringisan sakit yang berasal dari pergelangan tangannya. Hanin mengikuti Kamal dengan langkah terseok.
"Hentikan!"Desis Hanin tertahan.
Kamal gila? Ada apa laki-laki itu membawa dirinya menuju lorong toilet. Sepi lagi lorong tempat berdiri mereka saat ini.
"Hentikan!" Desis Hanin masih dengan nada tertahannya. Sekuat tenaga Hanin berusaha melepaskan diri. Tapi, Kamal malah semakin mencengkram erat pergelangan tangan Hanin.
"Tidak akan. Jangan melukai dirimu sendiri."Bisik Kamal dengan nada rendahnya kali ini.
Hanin memejamkan kedua matanya erat. Di saat kamal mendorong tubuhnya ke tembok, dan sakit sekali di saat punggung, bagian belakang tubuhnya membentur tembok dengan frekuensi yang lumayan kaut.
"Kamu mau apa, b******k? "Desis Hanin putus asa di saat Kamal mengunci kedua tangannya di atas kepalanya. Dan Kamal saat ini semakin merapatkan tubuhnya dengan tubuh bergetar Hanin.
Kamal diam, tak menjawab pertanyaan Hanin. Tapi, detik ini kedua mata Hanin membelakak kaget di saat Kamal dengan mudah melepaskan cincin yang di pasang Rama di jarinya tadi.
Dan Hanin semakin membeku di saat secepat kilat, Kamal membuang cincinnya tanpa jejak sedikitpun karena lorong yang mereka tempati saat ini lumayan gelap. Hanya di terangi oleh lampu temaram.
"Kamal!!!"Teriak Hanin lepas membuat Kamal terkekeh.
"Kamu akan menjadi adik sialan di mata Maria kalau Maria mendengar teriakanmu barusan, dan melihat posisi kita."Bisik Kamal dengan nada rendahnya, dan Hanin rasanya ingin menghilang saat ini, ia lupa kalau kakaknya ada di dalam toilet yang hanya berjarak 10 meter dari posisi mereka berada saat ini.
"Apa yang kamu----"
"Laki-laki b******k , dan tak sopan, seakan dirinya adalah seorang malaikat tadi. Harus membayar cincin untuk isteriku Maria yang hilang. Jadi, impas. Cincin untuk Maria hilang, Cincin kamu dari laki-laki b******k juga tadi harus hilang."Bisik Kamal dengan seringai sinisnya. Bahkan Kamal, laki-laki itu meniup hangat lubang telinga Hanin membuat Hanin bergidik ngeri, dan sontak memejamkan kedua matanya erat.
Dan saat Hanin membuka kedua matanya. Kamal sudah tak ada di depannya lagi saat ini.
Hanin langsung meluruh dengan lemas di atas keramik warna gelap yang ia pijak saat ini.
Apa mau laki-laki itu dan apa salahnya sehingga Hanin di perlakukan seperti saat ini?
Aku nggak kuat, Tuhan...
Ravindra... bantu mama, Nak.... jerit hati Hanin pilu di dalam sana...
Tbc