Ketukan pintu di ruangannya membuat fokus Dipta terpecah, dia melepas kacamata bacanya dan mempersilahkan asistennya masuk. “Pak Dipta. Seorang wanita terus mencari Anda di lobi kantor, dia juga sudah membuat keributan kecil. Security sudah berusaha mengusirnya sejak tadi, tapi dia tetap bertahan.” Ucap Radit membuat Dipta mendecak. “Kenapa mereka tidak bisa mengurus satu wanita lemah? Panggil polisi jika perlu.” Ucap Dipta dengan nada marahnya. Dipta tau itu adalah Putri, dia merasa tidak peduli lagi dengan Putri, sehingga tidak ingin lagi mendengar apapun yang diucapkan wanita itu, karena apapun yang diucapkan Putri hanya omong kosong untuknya yang tidak memiliki pengaruh apapun. Nyatanya, Putri sanga gigih untuk bisa bertemu dengannya, membuat Dipta merasa muak harus meladeni wa