Bab 19 | Dia yang Sakit

1821 Kata

Dipta mengernyitkan kepalanya bingung saat keluar dari kamar namun dapur dalam keadaan begitu sunyi, lampunya juga masih mati dan tidak ada tanda-tanda kehidupan. Saki memang semakin sibuk beberapa hari terakhir ini, wanita itu selalu pulang di atas jam sembilan malam. Tapi biasanya wanita itu masih membuatkannya sarapan sederhana entah itu pancake atau hanya butter toast. “Saki … Ini sudah hampir jam enam, kamu sudah bangun belum?” Dipta mengetuk pintu kamar Saki, memanggilnya dengan menebak-nebak. Belum pernah dia mendapati Saki kesiangan. Dipta mencoba menekan handle pintu, ternyata tidak dikunci, keningnya kembali mengernyit, rasanya aneh jika Saki tidak mengunci pintu kamarnya. Dipta memutuskan untuk masuk dan melihat wanita itu masih bergelung dalam selimutnya, bibirnya menyu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN