Vincent memeluk erat iatrinya dengan hasrat yang memuncak bahkan terasa nyata. "Jadi, kita buka apa tidak pintunya?" biaik Zara. "Biarkan dia menunggu." "Kenapa?" "Aku tak suka di ganggu." "Apa masih mau berlanjut?" sentuhan tangan Zara di wajah Vincent dengan lembut menenangkan perasaan nya. "Aku ingin bercintà yang nyata Sayang." "Memang tadi tidak?" "Tadi awal yang sangat indah, tanpa persiapan! Aku akan pastikan malam pertama kita indah tanpa hambatan," kecupan di leher istrinya mendarat dengan lembut. "Aku akan menantinya." Vincent tersenyum dan mengangguk, dia menarik istrinya duduk di tepi ranjang di pangkuannya. Lumatan di bibir Zara berlangsung dengan lembut hisapan suaminya di bagian bibir bawah Zara terasa memabukan bagi sang penikmat. Remasan jemari di kepala