Zara berjalan menelusuri gelapnya jalan malam di Desa itu. Meski tidak ada penerangan di sana, namun cahaya bulan menyinari setiap langkahnya. Selama ini Zara menghabiskan waktunya di desa itu, tanpa hal yang mempersulitnya. Meski dia terkadang teringat akan kedua orang tuanya, namun dia sudah cukup bahagia memiliki seorang paman yang begitu menyayanginya.
Zara duduk di kursi di tepi jalanan, sesekali dia melihat-lihat orang-orang yang berlalu lalang hendak beristirahat.
"Seperti nya si bodoh itu, sedang bermain-main dengan wanitanya. Atau memang benar kata paman, jika aku tidak menyukai dia? Lalu perasaan apa waktu itu, saat aku dicium olehnya perasaannya seperti orang yang sedang jatuh cinta," gumam Zara sembari jemarinya menyentuh bibir yang sempat dicium oleh Dave.
Zara kini hanya terdiam menikmati angin Malam yang sejuk di pedesaan itu, baginya sudah hal biasa keluar malam di desa yang sudah membesarkannya.
"Sebenarnya, kami sudah terbiasa dengan gadis itu hanya saja karena suatu hal, gadis itu pergi ke kota dan tidak pernah kami temui lagi. Maka dari itu, kami dengan sengaja membuat masalah kepadanya dan tidak menyangka, gadis itu masih keras kepala seperti itu. Dulu dia sangat manis dan lucu sekarang dia tumbuh besar dan cantik," ucap Darwis menjelaskan kepada Yash.
"Apanya yang cantik? Dia begitu berisik seperti itu dan bahkan tidak mau meminta maaf sama sekali!" gerutu Yash.
"Tuan meskipun seperti itu, gadis itu tidak mencuri, seperti hal yang dilakukan oleh pencuri sesungguhnya. Dia hanya mencuri untuk keperluan perutnya dan juga kesenangannya lagi pula, uang yang dibayarkan lebih dari cukup dari harga apel yang sesungguhnya. Dia begitu cerdas memprediksi semuanya. Apa Tuan masih berharap dia meminta maaf?" tanya Darwis.
Yash hanya terdiam dia tidak tahu harus berbicara apa lagi namun Vincent berjalan menghampiri mereka.
"Lain kali, tidak perlu meminta bayaran kepada siapapun, yang mencuri hanya untuk makanan saja! Terkecuali mereka mencuri untuk berjualan, kalian boleh meminta ganti rugi terutama sebuah maaf!" tegas Vincent dibalas anggukan oleh Darwis dan pekerja lainnya.
Namun lain dengan Yash, dia tampak kesal dan tidak suka kepada Zara yang membuat keributan seperti itu.
Di pagi hari, Vincent menghirup udara segar Pagi yang sangat jarang sekali dia nikmati saat di kota. Kali ini dia hanya tersenyum tipis ketika mengingat betapa selama ini dia menyia-nyiakan hari-harinya yang dimana hanya menyibukkan diri di perusahaannya sajah.
"Aernyata, aku selama ini tidak pernah tahu cara menikmati hidup," ucap Vincent.
Vincent kini berjalan menelusuri jalanan hingga ia sampai di perkebunan yang gimana lagi lagi dia melihat seorang gadis dengan dress warna putih sepatu flat rambut diikat kuncir kuda berlari di hadapannya dan menabrak dirinya.
"Maaf ... maaf, saya tidak sengaja!" seru Zara, dia kini memungut apel yang berjatuhan di bawah kaki Vincent. Vincent berjongkok ikut memungut apel milik Zara. Dan memberikannya kepada gadis itu.
"Terima kasih, ini buah apel di sini sangat segar dimakan di pagi hari. Akan menyehatkan tubuhmu!" Zara memberikan 1 buah apel kepada Vincent.
"Dan lagi buah ini akan terasa manis dan enak karena hasil petikanku! Hahaha," tambah Zara tersenyum dan tertawa kepada Vincent.
Zara berjalan meninggalkan pria itu, tanpa menunggu Vincent menjawab ucapannya. Vincent hanya terdiam dan melihat apel yang ada di tangannya dia lagi-lagi tidak bisa berbicara kepada gadis yang saat ini sudah berlari sangat jauh di hadapannya.
"Apakah dia sangat suka berlari seperti itu? Tapi bukan pencuri, jika dia tidak pandai berlari," gumam Vincent tersenyum tipis.
Vincen berjalan dan mengusap-ngusap apel yang ada di tangannya mencoba untuk membersihkannya. Lagi-lagi Vincent memakan apel dari Gadis itu yang juga terasa manis.
"Apa benar yang dikatakan oleh gadis itu, bahwa hasil curian begitu enak?" gumam Vincent.
Dia berjalan menghampiri perkebunannya sembari memakan apel yang sudah setengah dia makan.
"Tuan, sepagi ini anda sudah berada di perkebunan! Apa anda memerlukan sesuatu?" tanya Darwin.
"Tidak ada, aku hanya ingin memergoki gadis yang sering mengambil buah apel di sini," balas Vincent.
Darwin tertegun, begitupun para pekerja lainnya tidak mempercayai apa yang diucapkan oleh Vincent.
"Apa kita tengah bermimpi? Tuan kita mengatakan hal seperti itu tanpa basa-basi," ucap salah satu pegawai setengah berbisik.
"Kau jangan terlalu seperti itu, dia sangat sensitif dengan urusan wanita!" bantah temannya satu lagi.
Vincent kini berjalan menghampiri buah apel yang sudah dipanen dihadapannya, dan mencoba untuk memakannya. Namun dia mengangkat sebelah alisnya tidak mempercayai dengan apa yang dia makan saat ini. Buah apel yang rasanya biasa saja, seperti apa yang dia makan.
Namun lain saat dia memakan apel pemberian dari gadis itu lagi-lagi Vincent terdiam, diperhatikan oleh para pekerjanya dan juga Darwis yang mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti apa yang terjadi saat ini kepada Vincent.
"Memang siapa saja yang suka mencuri apel di sini?" tanya Vincent.
Mereka terdiam tidak tahu harus menjawab seperti apa kepada tuannya. Pasalnya bukan hanya Zara yang sering mencuri apel di sana. Namun mereka juga sering membawa buah apel untuk makanan di rumah. Kali ini tidak ada yang menjawab pertanyaan Vincent.
Vincent tahu bahwa pertanyaannya sangat sensitif bagi siapapun, namun dia tidak bermaksud sama sekali. Dia hanya ingin memakan hasil curian mereka dan membandingkannya dengan apel yang dicuri oleh gadis itu.
"Siapa saja?" tambah Vincent.
"Begini Tuan, sebenarnya bukan hanya Zara saja yang mencuri di perkebunan Anda. Namun kami sebagai pegawai Anda juga membawa pulang beberapa apel untuk dimakan dirumah," jelas salah satu pria dengan ragu-ragu.
"Mana apel hasil curian mu?" Vincent mengulurkan tangannya meminta kepada pria itu.
Dengan perasaan takut, pria itu mengeluarkan beberapa apel di dalam sakunya 3 apel keluar dari sakunya dan memberikannya kepada Vincent. Vincent hanya mengerutkan dahinya, dia melihat apel yang ada di tangan pekerjanya yang dihadapannya itu apel yang sama.
Namun Vincent tidak yakin dengan apa yang akan dia makan. Vincent mengambil 1 buah apel di tangan pria itu, dia meminta Darwin untuk mencucinya dan lagi-lagi Vincent memakan apel itu tanpa berbicara lagi kepada mereka.
Pria yang ketahuan mencuri, dia tampak ketakutan ketika melihat wajah Vincent yang terdiam saat ia memakan apel itu. Vincent tidak menyelesaikan makan apelnya, dia memilih untuk pergi dari sana tanpa berbicara lagi kepada mereka.
"Ini apa maksudnya ya apa Tuan, marah kepada kita?" tanya salah satu pekerja.
"Tuan tidak marah pada kalian, sepertinya ada hal lain yang membuatnya ragu-ragu. Sebaiknya kalian fokus sama pekerjaan kalian saja!" jelas Darwin, dia juga tidak memahami apa yang saat ini tengah terjadi kepada Vincent, namun dia kembali fokus memperhatikan para pekerjanya yang tengah memanen apel untuk hari kedua.
NTR:Cari bacaan baper, bucin, hot, bikin greget dan deg deg ser. Ayo mampir di karya AliceLin yang berjudul "Steal My Heart" dan "Reincarnation of Love". Dijamin bikin candu. Jgn lupa follow akunnya juga.
Juga: Buat kalian yang cari bacaan super manis romantis, bisa banget mampir di "Marry The CEO For A Will" menceritakan tentang kisah Zayn yang menikahi Irene karena sebuah wasiat. Mengandung bawang, bikin ngakak dan bikin kalian baper pastinya dengan keromantisan mereka. Banyak teka-teki dan misteri jg yg bikin kalian ikut mikir. Jika berkenan, kalian bisa juga follow akunnya dengan nama pena "Pink Princess" ada 4 cerita dia yang pastinya seru-seru. Jangan lupa tap ❤️ nya ya, kami butuh cinta dari kalian. Terima kasih ❤️❤️❤️.