Chapter 8

1170 Kata
"Kenapa kamu lama sekali!" tanya Zara kesal. Zara melihat seseorang yang berdiri di hadapannya namun ia mengerutkan dahinya ketika melihat pria yang berdiri di hadapannya itu bukanlah seseorang yang ia harapkan. "Nona Zara, saya di minta tuan Dave untuk menjemput anda ke kantor!" suara seorang pria paruh baya berpakaian formal. "Hah, anda ... Supir keluarga Dirga kan? Kenapa mesti anda yang menjemput saya?" tany Zara tertegun. "Iya Nona, tuan Dave tidak bisa datang kesini ada hal yang harus dia lakukan pagi ini terlebih dahulu," jawab supir itu. "Hmmn, baiklah tunggu sebentar ya Pak," ucap Zara. Sopir itu mengangguk ketika mendapati Zara yang kini berbalik memasuki apartemennya. Gadis itu terdiam, ia tidak memahami apa yang dimaksud oleh Dave mengirim supir keluarga Dirga untuk menjemputnya hanya sekedar ke perusahaan. "Jika dia tidak bisa menjemputku, dia bisa menelepon terlebih dahulu! Kenapa dia hanya mengirim sopir untuk menjemput saja! Menyebalkan sekali!" gerutu Zara. Ia tampak kesal ketika mendapati Dave yang tidak menepati janjinya. Zara kini berada di mobil yang cukup luas dengan sopir pribadi keluarga Dirga. Gadis itu hanya terdiam saja tanpa memperhatikan arah jalanan ataupun memikirkan tentang Dave yang bahkan tanpa kabar pagi ini. Dia hanya mengirim seorang sopir untuk menjemput Zara. Cukup lama dia memikirkan sesuatu hal yang yang dia anggap tidak masuk akal bagi dirinya. Jika ia berharap lebih dari Bosnya itu. "Mungkin aku yang terlalu berlebihan, sudah sangat jelas sekali bahwa aku dengan dia itu tidak ada kecocokan sama sekali. Apa aku cukup sampai disini saja?" batin Zara. Zara merasa sedih ketika mengingat dirinya yang tampak merasa salah akan apa yang pernah ia rasakan, begitu pun ia pikirkan semalaman. Setelah kendaraannya sampai di perusahaannya. Zara keluar dari mobilnya, namun dia mengangkat sebelah alisnya melihat supir yang mengantar dirinya pergi begitu saja, tanpa berbicara kepada Zara. Gadis itu terdiam, ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi, begitu pun dengan sikap Dave berubah hanya dengan satu malam saja. Zara menggelengkan kepalanya, saat ia memasuki perusahaannya tiba-tiba sebuah tangan merengkuh jemarinya. Zara terkejut ketika melihat Dave yang kini berada disampingnya, Dave memegang tangannya dengan pegangan eratnya. Dia menuntun Zara memasuki kantor tanpa menghiraukan para karyawan yang memperhatikan keduanya. *"Apa yang dia lakukan? Tidak tahukah dia begitu banyak sorot mata yang melihat ke arah kita?" batin bukan Zara.* Dave masih menarik Zara, hingga memasuki lift tanpa menoleh kearah Zara, begitupun dengan Zara, ia melihat Dave yang menuntunnya tanpa berbicara terlebih dahulu kepadanya. Apalagi menyapanya sejak di depan perusahaan tadi. Setelah mereka memasuki lift pribadi khusus direktur utama, Dave kini terdiam begitu pun dengan tangan Zara yang sampai saat ini masih tergenggam erat oleh Dave. "Apa kamu sakit Dave?" tanya Zara. Zara menatap Dave yang masih dengan acuh ia terdiam. Dave masih berdiam saja tanpa menjawab Zara yang semakin penasaran akan apa yang terjadi dengan bosnya itu. "Ada apa denganmu?" tambah Zara. Pintu lift terbuka, Dave masih tetap terdiam, dia masih tidak melepaskan genggaman tangannya kepada Zara, dan kini keduanya berjalan memasuki ruangan direktur. Dimana Zara masih dengan tatapan herannya kepada atasannya itu. Mereka kini memasuki ruangan dan menutup pintu, Dave menarik tangan Zara, hingga kini gadis itu berada di pelukannya. Dave memeluk erat Zara hingga gadis itu terdiam tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh bosnya itu. "Biarkan, aku memelukmu sebentar saja!" lirih Dave memeluk Zara. Zara yang kini berada tepat di pelukannya, dia hanya menggangguk. Dia membiarkan sahabatnya itu, memeluknya dengan sangat erat. Bahkan tanpa ada pembicaraan di antara keduanya. Cukup lama Dave memeluk Zara, hingga terdengar sebuah ketukan dari balik pintu membuyarkan keduanya. Dave melepas pelukannya, ia tersenyum melihat Zara, dia mengisyaratkan sekretarisnya itu untuk membuka pintu. Hanya dengan menggunakan sebelah alisnya. Zara mengangguk, ia berjalan menghampiri pintu. Saat ia membuka pintu, tiba-tiba seorang gadis menerobos masuk tanpa menyapa Zara ataupun menghiraukannya. "Dave, aku sangat merindukanmu!" seru seorang gadis cantik dan seksi berlari menghampiri Dave. Dave yang hendak duduk di kursinya, tertegun apalagi tiba-tiba gadis itu memelunya dengan sangat erat. Dia merasa risih dan melihat ke arah Zara yang terdiam, ketika melihat adegan dimana seorang gadis cantik dan seksi itu kini berada di pelukan atasannya itu. *Seharusnya aku sadar itu, bahwa sahabatku itu ... sangat hal yang tidak mungkin bila dia menjadi kekasihku. Apalagi lagi dia tidak mungkin mencintaiku," batin Zara, ia menatap tanpa arah melihat dimana Dave dan gadis cantik itu berpelukan.* Zara menarik nafas dengan sangat panjang dan membuang nafas itu dengan kasar. Ia berjalan menghampiri meja kerjanya, tanpa menghiraukan Dave, apalagi gadis itu kini duduk di pangkuan Dave di kursi. Dave yang merasa salah tingkah, ketika kedatangan wanita yang akan dijodohkan oleh ibunya itu. Namun ia sangat kesal ketika mendapati gadis itu kini duduk tepat di pangkuannya. Bahkan disaksikan oleh tambatan hatinya yang kini tampak tengah mengerjakan dokumen. *Apakah dia tidak cemburu? Kenapa dia tampak acuh begitu atau memang dia tidak menyukaiku? Oh iya, kapan dia pernah bilang kalau dia menyukaiku, aku pun juga tidak mengatakan kalau aku menyukainya," batin Dave, ia mengangkat sebelah alisnya tampak kesal ketika melihat Zara yang dengan acuhnya, ia mengerjakan dokumen bahkan tanpa bertanya dahulu kepadanya.* Saat mengingat dan melihat Zara yang acuh kepadanya, Dave tersadar kembali ia menyadari. Jika gadis itu, hal yang tidak mungkin jika sahabatnya itu menyukainya. Setelah apa yang sering ia lakukan. Apalagi rumor yang beredar tentang dirinya yang sering bergonta-ganti pasangan. Tentunya membuat Zara ragu padany. Di tambah saat ini, ada di pangkuannya seorang gadis cantik dan seksi berada tepat di pangkuannya. Dave memilih untuk diam lalu ia merengkuh pinggang gadis yang ada di pangkuannya itu, dengan senyum terpaksanya. Zara menyadari tentang suatu hal yang tidak mungkin jika Dave menyukainya, hingga ia merasakan sakit di dadanya meski tidak tahu apa yang tengah ia rasakan itu. *Sepertinya aku memang benar-benar menyukainya, ini adalah bencana ketika aku harus menyukai pria seperti Dave, yang wanita seperti apapun akan dia dapatkan namun tidak seperti diriku," batin Zara.* Zara menahan rasa sakit yang ada di dadanya, sembari tangannya berada di atas keyboard. "Sayang aku lapar ... Bisakah kita keluar untuk makan!" rengek Mutia wanita cantik dan seksi yang kini duduk di pangkuan Dave. "Kamu lapar? Biarkan Zara yang memesan makanan," jawab Dave. "Tapi aku maunya kita makan di luar! Kita makan siang!" rengek Mutia. Dia tersenyum sembari menyembulkan kedua buah dad@nya yang sedikit terlihat. Dave mengangkat sebelah alisnya, ia tidak mempercayai dengan apa yang dilakukan, gadis yang baru pertama kali ia temui itu. Bahkan gadis itu hanyalah seorang gadis manja yang bahkan dirinya masih duduk di bangku kuliah. "Bukankah Kamu harusnya saat ini pergi ke kampus?" tanya Dave mengangkat sebelah alisnya. "Aku sudah izin, aku kangen sama kamu," jawab Mutia dengan senyum menggodanya. "Jam makan siang masih lama. Apa kamu masih tetap disini?" tanya Dave tampak risih ketika ada gadis itu berada di hadapannya. "Iya juga ya? Ya sudah, aku temani kamu saja di sini. Biar aku tidak perlu bolak-balik untuk mengajakmu makan siang. Kita bisa makan siang bersama berdua saja," jawab Mutia sembari ia meninggikan suaranya agar terdengar oleh Zara yang sedari tadi memeriksa dokumen-dokumen untuk diserahkan kepada direkturnya. "Terserah kamu! Yang pasti pekerjaanku masih banyak!" tegas Dave.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN