Kembali Ke Arena I

1457 Kata
14 Oktober 2018 Dua hari yang lalu aku mendapatkan sebuah panggilan penting dari kak Nova, sebuah panggilan yang mengisyaratkan bahwa misiku akan segera dimulai lagi. Kak Nova menginstruksikan kepadaku untuk membuka alamat situs Undergroun Free Fighting karena kompetisi akan segera dimulai kembali. Aku merasa sangat antusias karena hal itu. Aku benar-benar terkejut, aku tidak menyangka jika Nugraha benar-benar hanya membutuhkan waktu singkat untuk memulai lagi kompetisi tersebut. Aku merasa lebih terkejut lagi ketika mengetahui jika peringkatku tiba-tiba naik drastis. Aku yang pada saat terakhir kali mengikuti pertarungan berada pada peringkat 74, sekarang sudah berada pada peringkat 41 . Hari ini adalah pertandingan perdanaku pada Underground Free Fighting setelah akhirnya kompetisi tersebut kembali diadakan. Pertandinganku dijadwalkan berlangsung sore hari. Kak Nova memintaku datang ke kedai pada pagi hari sebelum Red Coffee memulai pelayanan kepada pembeli. Ketika aku masuk ke dalam kedai, kak Nova langsung memintaku untuk masuk ke ruangan pribadi miliknya. Di dalam ruangan itu, kak Nova memberikan instruksi kepadaku mengenai misi yang akan aku jalani. Target operasi The Barista kali ini adalah Nugraha, ketua Underground Free Fighting yang juga merupakan mantan agen The Barista. Kak Nova memintaku untuk mendekati Nugraha secara perlahan dan hati-hati karena Nugraha merupakan orang yang licik dan memiliki insting yang tajam. Beruntungnya, Nugraha merupakan orang yang sangat tertarik dengan perempuan. Karena itulah, di kompetisi yang ia ketuai, terdapat partai khusus untuk para petarung perempuan. Nugraha selalu menonton langsung di arena setiap pertarungan wanita yang disiarkan melalui halaman web. Satu kesimpulan sepihak yang ditarik oleh kak Nova adalah, Nugraha menyukai sosok perempuan yang kuat. Kak Nova memintaku memastikan hal tersebut dan memanfaatkan keadaan itu apabila terbukti jika Nugraha memang memiliki sifat seperti itu. Aku meminta izin kepada kak Nova untuk undur diri dari kedai ketika jam pelayanan kedai baru akan dimulai. Kak Nova tidak mempermasalahkan hal itu dan mengizinkanku untuk pulang demi mempersiapkan pertarunganku selanjutnya. Di dalam apartemen, aku termenung sendiri di pojok tempat tidur. Entah kenapa, ada perasaan gelisah yang menghampiriku. Rasa gelisah yang sangat kuat sehigga membuat badanku bergetar dibuatnya. "Tidak, aku tidak boleh seperti ini! Aku harus menghadapi semuanya demi memecahkan misteri kematian keluargaku!" Aku berteriak pada diriku sendiri. Aku coba untuk memberanikan diri, aku berdiri dari tempatku termenung dan berjalan menuju cermin yang berada di samping tempat tidurku. Aku tatap diriku yang berada di dalam cermin dengan tajam. Aku lihat sekilas bayanganku yang berada di dalam cermin seakan mentertawakanku yang bergetar ketakutan ketika menghadapi kenyataan seperti ini. Aku buka laci yang berada pada sisi kanan meja yang terletak di bawah cermin, kemudian aku mengambil sebuah gunting yang berada di dalamnya. Aku genggam gunting itu kuat-kuat, dan sedetik kemudian aku merasa kehilangan kesadaranku untuk sesaat. Ketika aku sadar, aku merasakan sebuah ujung runcing menempel pada leherku. Ternyata tanpa sadar aku hampir menusuk diriku sendiri menggunakan gunting. Terlihat dari cermin di depanku, air mata mengalir dari pipi sebelah kananku. Aku lihat wajahku memerah penuh amarah. Kesadaranku yang menghilang sesaat hampir saja membunuhku di dalam apartemenku sendiri. Saat aku berahsil mengambil alih kembali kesadaranku, aku putuskan untuk memotong rambutku demi memulai sesuatu yang baru. Aku, Rin, yang terbiasa menggunakan rambut panjang, memotong rambutku sepanjang bekas luka gores yang tercipta akibat tindakan tanpa sadarku sebagai tanda bahwa aku menanggalkan identitas lamaku, dan memulai kehidupan baruku sebagai seorang agen yang sesungguhnya. Aku berjalan keluar dari apartemenku sekitar dua jam sebelum pertandinganku dimulai. Dari denah yang dikirim melalui surel, sebenarnya lokasi arena kali ini juga tidak jauh dari arena yang lama. Aku merasa pusat kota seperti memiliki dua sisi. Di permukaan adalah sisi topeng yang berisi banyak masyarakat dengan kehidupan layak dan damai, tapi di bawah tanah merupakan masyarakat dengan kehidupan gelap yang merupakan sosok asli dari masyarakat pusat kota. Aku tiba di arena setelah menyusuri beberapa gang sempit dan terowongan yang berada di saluran air bawah kota. Meskipun lokasinya tidak terlalu jauh dari apartemenku, tapi arena kali ini memiliki lokasi yang lebih tersembunyi dari arena sebelumnya. Pertandinganku dijadwalkan sebagai pertandingan penutup sore ini. Aku sengaja datang lebih awal untuk menonton pertandingan lain. Pertandingan kali ini adalah pertandingan peringkat di atasku, dan memiliki penonton yang sangat ramai. Banyak sekali teriakan kotor dari mulut sampah masyarakat kelas bawah pusat kota yang mencari hiburan gelap. Sebuah teknik kelas tinggi ditunjukkan oleh petarung yang berada di atas ring. Aku yakin jika aku naik ke ring itu sekarang maka aku akan kalah telak di menit pertama. Pertandingan itu berakhir ketika si penantang terkapar setelah mendapatkan sebuah kuncian leher yang tidak dapat dia tahan lagi, dan pertandingan dimenangkan oleh si pemegang posisi sebelumnya atau juara bertahan. Seorang petugas keamanan memanggil namaku, memintaku bersiap di belakang ring sembari petugas kebersihan membersihkan arena yang terdapat banyak bekas darah dari pertandingan sebelumnya. *Ting.. Ting.. "Fyuh, saatnya aku masuk ke dalam arena," perasaan berdebar masih aku rasakan meski aku sudah beberapa kali memasuki arena ini. Aku tidak yakin apakah aku bisa memenangkan pertarunganku kali ini atau tidak, karena tiba-tiba saja aku sudah berada pada peringkat di atas 50. Aku masih merasa jika kemampuanku kali ini masih berada di bawah rata-rata. Tapi aku sempat bertanya-tanya, kenapa sangat banyak nama baru yang aku lihat di daftar peringkat? Ke mana semua nama lama yang dulu mengisi peringkat? "Bianka, I love you!!" "Bianka, aku padamu!!" "Bianka, dadamu bagus sekali!!" "Kau milikku, Bianka!!" "Akan kujilat pantatmu malam ini sayangku!!" "Postermu di kamarku penuh cairan putih, Bianka!!" Dan banyak suara lain dari penonton yang aku dengar ketika aku melangkahkan kakiku ke dalam arena dari belakang panggung. Kebanyakan memang suara umpatan jorok dari penonton, dan aku mewajari hal itu. Aku tahu, lingkungan pertarungan jalanan yang aku lakukan saat ini, memang penuh dengan manusia kotor kelas bawah yang tidak memiliki tata krama. Jantungku semakin berdebar ketika aku semakin dekat dengan ring. Aku mengidarkan pandanganku ke sekeliling, mencari di manakah Nugraha duduk. Aku melihat dari tempatku berdiri, ada seorang pria yang terlihat dijaga oleh segerombolan petugas keamanan, tengah duduk bersama dengan seorang wanita cantik berpakaian seksi di sebelahnya. Dari sini aku bisa melihat jika dia adalah Nugraha, target operasiku kali ini. Bagaimanapun, aku harus bisa mendapatkan perhatian dari Nugraha. Di sisi lain, aku yakin kak Nova sekarang tengah melihat pertandinganku dari kedai. *Ting.. Lonceng berbunyi tanda pertarungan dimulai. Seperti pertarungan sebelumnya, aku mengambil satu langkah mundur demi melihat celah yang dimiliki oleh lawanku. Di luar dugaanku, teernyata lawanku kali ini langsung mengambil inisiasi serangan dan menyerangku secara tiba-tiba. Meski terkejut, tapi sejak lonceng pertandingan dimulai, aku harus siap dengan segala serangan yang datang secara tiba-tiba. Satu pukulan hook yang kuat hampir mendarat di wajahku, tapi berhasil aku tangkis dengan tanganku. Tapi aku merasa ada yang aneh di sini, pukulan yang dilancarkan lawanku terasa sangat sakit, rasanya seperti dihantam benda tumpul yang sangat keras. Kakiku terseret mundur beberapa langah dibuatnya. Belum sempat aku berdiri dalam kondisi seimbang penuh, sebuah pukulan kembali dilancarkan ke arah wajahku. Sekali lagi aku tangkis pukulan itu, tapi sekali lagi aku merasakan hantaman benda keras mendarat di tanganku hingga aku kembali terseret mundur. Aku sangat yakin jika dia memasang pemberat di sarung tangan yang ia gunakan. Beberapa kali aku mendapatkan pukulan yang tidak bisa aku balas, bahkan lama kelamaan tanganku terasa semakin sakit dan semakin tidak bisa aku tahan. Hingga saat aku kehilangan kuda-kuda dan tanganku sibuk menyeimbangkan badanku yang hampir jatuh, sebuah pukulan keras aku rasakan mendarat di pelipis kiriku. Sontak aku merasakan segalanya berubah menjadi ringan, dan mataku diselimuti oleh kabut putih. Ya, aku kehilangan kesadaranku di sini. Tapi, ada satu hal yang aku rasa semakin aneh. Aku merasa hanya kehilangan kesadaran selama beberapa detik, tapi saat aku sadar ternyata aku masih dalam keadaan berdiri tegak di atas ring dan lawanku terkapar pingsan di depanku. "Pemenang pertandingan kali ini adalah, BIANKA!!" Penyiar meneriakkan namaku sebagai pemenang, dan diikuti oleh sorakan penonton yang sangat ramai aku dengar di telingaku. Aku belum pernah mendengar orang sebanyak ini meneriakkan namaku secara serentak. Aku masih belum mengerti apa yang telah terjadi di sini, bagaimana lawanku bisa pingsan di depanku, dan bagaimana aku bisa memenangkan pertandingan hari ini. Tapi tiba-tiba aku merasakan pusing yang hebat di kepalaku, kepalaku terasa semakin berat, dan segalanya menjadi gelap dan aku kehilangan kesadaranku untuk ketiga kalinya hari ini. Aku terbangun di sebuah kamar yang asing, sebuah kamar yang cukup mewah bagiku. Kepalaku masih terasa sedikit pusing. Aku ingat bahwa aku meninggalkan semua barangku di dalam tas. Kuidarkan pandanganku ke segala sudut ruangan mencari tas milikku, dan aku menemukannya tergeletak di kursi samping ranjang tidurku. Aku ambil tasku dan aku lihat ponselku. Tidak ada satu panggilan atau pesan pun masuk ke ponselku dari kak Nova. Aku lihat jam di ponselku telah menunjukkan pukul 11 malam. Aku kaget ternyata aku bisa pingsan selama beberapa jam. Aku juga mencari buku harianku, dan menulis segalanya di dalam kamar ini. Oh tidak, ada seseorang memasuki kamar ini, aku harus segera menutup buku harianku
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN