Underground Free Fighting I

1255 Kata
1 September 2018 Aku ingat sesuatu tentang buku harianku ini. Aku pernah berkata jika aku ingin menulis setiap hari untuk mengabadikan apa saja yang terjadi kepadaku setiap hari. Tetapi, aku merasa sangat malas jika harus menulis setiap hari. Apakah aku harus mengubah nama buku ini menjadi buku bulanan? Baiklah kembali ke topik. Hari ini adalah hari penting dalam hidupku. Alasannya? akan aku jelaskan nanti. Aku ingin menceritakan apa yang terjadi kepadaku selama satu bulan terakhir. Dua hari setelah aku mendapatkan informasi tentang Underground Free Fighting, aku merasa sangat gundah. Satu sisi aku sangat ingin ikut ke dalam pertarungan itu demi mengungkap kasus pembunuhan keluargaku, tapi sisi lain aku sangat takut dengan kebrutalan pertarungan tersebut. Selama satu bulan ke belakang aku benar-benar rajin menonton siaran langsung pertarungan di sana. Baik di sela-sela aku kuliah, maupun di waktu senggangku ketika aku sedang berada di Red Coffee. Aku merasa apa yang aku lakukan kali ini sangat penting untuk melihat kemampun calon lawanku nantinya jika aku memang memutuskan untuk bergabung ke dalam kompetisi tersebut. Beberapa kali kak Nova juga terlihat memperhatikanku yang sangat serius menonton pertarungan itu. Terkadang kami berdua menonton bersama pertarungan itu. Entah sebuah keberuntungan atau kesialan, Daniel akhir-akhir ini terlihat semakin sibuk dengan pekerjaan dan kuliahnya sehingga dia jarang menemaniku. Aku sendiri tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut karena apa yang aku lakukan kali ini semuanya demi diriku sendiri, dan aku tidak ingin terlalu melibatkan Daniel. Karena aku tahu, semakin ke depan nanti akan semakin berbahaya. Setelah latihan intens selama satu bulan yang aku sertai dengan menonton hampir setiap pertandingan, akhirnya pada akhir bulan Agustus aku memutuskan untuk mendaftar ke dalam kompetisi tersebut. Hari ini, 1 September 2018, adalah pertarungan pertamaku di dalam Underground Free Fighting. Sebenarnya, sistem pertarungan di sana cukup sederhana. Papan peringkat di dalam kompetisi ini disusun dari seratus petarung terkuat. Para pedatang baru yang tidak memliki peringkat sepertiku bisa menantang petarung dengan peringkat sepuluh terbawah. Tapi tentu saja, pertarungan peringat bawah tidak akan disiarkan di halaman resmi Underground Free Fighting. Siaran langsung akan diadakan setiap hari mulai pagi hingga sore hari. Dan kita bisa bertarung setiap hari jika memang kita masih merasa mampu untuk bertarung. Peraturan pertarungannya juga sederhana. Masing-masing petarung tidak diperkenankan mengguankan senjata, baik itu senjata tajam, senjata tumpul, maupun senjata api. Petarung juga tidak diperbolehkan menggunakan pemberat atau beban tambahan di dalam celana atau sarung tangan yang bertujuan untuk menambah daya serang petarung tersebut. Semua teknik bertarung diperbolehkan. Diizinkan menimbulkan luka fisik, dan juga mematahkan tulang, namun tidak boleh sampai membunuh lawan. Penggunaan dopping juga tidak diperbolehkan di dalam kompetisi ini. Aku merasa, peraturan yang mereka buat sangat cocok untuk kompetisi bawah tanah. Peraturan yang cukup berbahaya karena diperbolehkan melukai lawan. Dua hari lalu, aku mengirimkan permintaan bertarung. Aku sengaja menantang petarung dengan peringkat terbawah untuk menguji mentalku selama pertarungan nanti. Aku cukup percaya diri menghadapi pertarunganku karena sebelumnya aku telah berlatih dengan keras. Dan hari ini sebuah pesan berisi detail tempat berlangsungnya pertarungan dikirimkan kepadaku melalui surel. Pertandinganku dijadwalkan pukul empat sore, dan sekitar pukul tiga sore aku sudah keluar dari apartemen karena aku masih harus mencari lokasi detailnya. Aku berjalan kaki dari apartemen menuju tempat pertandingan, karena peta lokasi menunjukkan jika tempat berlangsungnya pertandingan tidak jauh dari tempatku tinggal. Selama berjalan, tidak lupa aku sesekali melihat kanan dan kiri karena aku khawatir bertemu dengan Daniel di tengah perjalanan. Saat aku mendaftarkan diri di Underground Free Fighting, aku sama sekali tidak memberitahu Daniel maupun kak Nova, karena aku tidak ingin melibatkan mereka lebih jauh lagi. Entahlah, aku merasa harus menyelesaikan kasus ini tanpa melibatkan orang lain. Karena aku merasa, jika aku melibatkan mereka lebih jauh, maka hal itu akan membahayakan nyawa mereka. Mungkin akan timbul sedikit kebingungan di sini. Awal aku mendapatan petunjuk, aku bercerita kepada Daniel. Bahkan orang yang menyambutku setibanya di pusat kota juga Daniel. Daniel juga membantuku mencari petunjuk tentang Underground Free Fighting meskipun tanpa hasil. Lalu sekarang, aku bersikap seakan-akan membuang Daniel. Jika ada di antara kalian yang berpikir seperti itu, kalian salah. Karena aku bercerita kepada Daniel tentang petunjuk pertama yang aku dapatkan itu karena aku mengira jika petunjuk itu berasal dari Daniel. Setelah aku tahu jika petunjuk itu bukan dari Daniel, aku merasa sudah kepalang basah dan menceritakan tentang semua yang aku dapatkan kepada Daniel, kecuali satu hal, yaitu kata kunci dalam petunjuk tersebut. Setelah akhirnya aku menemukan celah untuk bergerak sendiri seperti sekarang, aku lebih memilih untuk bergerak sendiri daripada melibatkan Daniel lebih jauh. Di sebuah sudut kota, aku menemukan sebuah gang sempit di antara pertokoan. Petunjuk arah yang aku dapatkan dari surel mengarahkanku untuk masuk ke dalam gang tersebut. Tidak salah memang, di tengah gang sempit nan gelap itu, terdapat sebuah pintu yang ketika aku buka dengan sebuah kode khusus, terdapat anak tangga turun. Aku menuruni anak tangga tersebut selangkah demi selangkah. Sebuah gang sempit dan anak tangga yang gelap itu mengantarkanku pada sebuah tempat yang penuh dengan lampu berkelip beraneka warna, yang penuh dengan teriakan penonton dan beberapa ring pertarungan. Aku cukup heran, karena suara semeriah ini bisa tidak terdengar dari luar. Aku berjalan perlahan sambil menikmati perasaan takjub yang aku rasakan karena kemeriahan tempat pertarungan ini. Aku terus berjalan di antara desakan manusia, kemudian tanpa sengaja aku menabrak seseorang bertubuh besar berbaju hitam yang ternyata adalah petugas keamanan di tempat itu. Apakah begitu kejadiannya? Ah tentu saja tidak. hal tersebut hanya bisa kalian lihat di drama asia remaja romantis yang banyak diadaptasi ke dalam cerita novel. Kemudian nanti di dalam cerita, si penabrak dan si petugas keamanan jatuh cinta lalu hidup bahagia selamanya, dan tamat. Begitukah? Sayangnya apa yang aku hadapi hari ini adalah kenyataan dan bukanlah drama asia. Sedari masuk, aku sengaja mencari petugas keamanan agar aku dapat mengikuti pertarungan milikku sendiri. Setelah berputar dan berjalan di antara lautan manusia, aku melihat seseorang yang berubuh cukup kekar berdiri di pojok, di antara barisan penonton pertandingan. Kali ini baru benar, aku bertemu dengan petugas keamanan seperti yang tertulis di kartu identitas yang ia kenakan. Aku menunjukkan surel yang aku terima dari pihak penyelenggara, kemudian aku diantar menuju sudut belakang panggung salah satu ring pertandingan. Tempatku bertarung kali ini cukup sepi, tidak banyak penonton yang melihat pertarungan kelas bawah seperti ini. tapi buatku ini cocok, karena dengan begini aku tidak mendapat banyak perhatian ketika mungkin nanti aku kalah. Yah, bisa dibilang aku menghindari rasa malu kali ini. Semakin lama aku menunggu giliranku bertanding, rarsanya keringat dingin mengalir semakin deras dan jantungku berdegup semakin kencang. Hingga akhirnya namaku dipanggil dan aku naik ke atas panggung dengan kaki gemetar. Aku tatap tajam lawanku yang berada di sudut seberang. Aku lihat dia adalah seorang perempuan dengan fisik yang tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan tubuhku. Hanya saja payudaranya sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan milikku. Tapi aku rasa, ukuran sebesar itu justru sedikit menghambat pergerakan karena menambah beban di bagian depan. Benar saja, aku berhasil menumbangkan lawanku hanya dalam satu menit dengan hantaman uppercut tepat pada dagunya. Awalnya dia menyerang dengan aktif, dan aku hanya pasif bertahan. Kemudian aku melihat sedikit celah dan melancarkan pukulan uppercut. Satu pukulan telak dan lawanku pingsan seketika. Aku rasa rahangnya patah. Dengan kemenangan pertandingan pertamaku ini, lawanku tersingkir dari posisi seratus dan aku menggantikan posisinya. Selain harus mempertahankan posisiku saat ini, aku juga bisa meningkatkan posisiku dengan menantang petarung peringkat 80 sampai 90. Dear diary, sekarang semuanya sudah semakin dekat. Keraguan yang aku rasakan semakin memudar berganti dengan keyakinan dan rasa percaya diri. Aku tutup buku harianku dengan harapan agar aku semakin dekat dengan petunjuk selanjutnya. Ayah, Ibu, tunggulah. Aku akan segera memecahkan misteri ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN