Face of Sea

1458 Kata
28 Oktober 2018 Aku melihat tatapan tegang dari semua orang yang ada di ruangan ini. Terlihat dari semua agen yang menghadiri rapat, raut wajah serius terukir jelas dan itu membuatku semakin merasa tegang dibuatnya. Suasana tegang ini tercipta setelah seorang agen yang baru aku kenal mengikuti pertemuan. Ketegangan ini berawal ketika aku mengemudi dari tempat interogasi menuju Red Coffee. Di tengah jalan, kak Nova menghubungi beberapa agen dan meminta mereka untuk datang ke Red Coffee. Dari obrolan yang aku dengar, kak Nova menghubungi agen Adam, agen Silva, dan seseorang yang baru pertama aku dengar namanya. Mulanya, semua orang berkumpul seperti biasa di Red Coffee, aku juga diminta kak Nova untuk menyajikan kopi untuk agen Adam dan Silva. Suasana masih sangat cair, aku juga masih sempat bercanda dengan para agen di sana. Bahkan agen Silva sempat membuat lelucon menggunakan tingkah genitku ketika aku berada di kursi VVIP di dalam arena. Namun tatapan para agen berubah ketika seorang perempuan yang memiliki rambut dan penampilan seperti laki-laki memasuki Red Coffee. Semua agen langsung menunduk kecuali kak Nova yang terlihat tetap seperti biasa. Aku sangat bingung dengan apa yang terjadi kali ini. Semua orang termasuk aku memasuki ruangan The Barista di Red Coffee. Tapi ada sesuatu yang aneh di sini, di mana orang yang duduk di kursi terhormat bukanlah kak Nova melainkan agen yang belum aku ketahui namanya itu. Kemudian dia memperkenalkan diri secara khusus kepadaku, karena aku satu-satunya orang yang belum mengenalnya secara resmi. Dia memperkenalkan diri sebagai Sea, seorang agen divisi koordinasi dan perencanaan, satu divisi dengan kak Nova. Jadi seluruh operasi mulai dari proses latihanku dan penyusupan, semua diketahui oleh agen Sea. Tapi dari cara agen Sea berbicara, dia terlihat sangat tegas dan sedikit sulit untuk diajak bercanda. Dari sini aku cukup paham kenapa suasana ruangan ini sekarang berubah menjadi mencekam dan menyeramkan sejak agen Sea hadir di antara para agen di sini. "Baiklah semua, aku telah mendapatkan informasi secara garis besar. Sebuah kehormatan bertemu agen Bianka, seorang agen baru dan juga informan utama kita pada kasus kali ini. Terima kasih Bianka telah menjalankan tugas dengan baik bahkan hingga ke proses interogasi. Kita semua hadir di tempat ini atas permintaan dari agen Bianka seperti yang disampaikan oleh agen Nova. Sekarang seluruh agen yang bertugas pada misi kali ini telah berkumpul, aku harap kau memiliki sesuatu yang menarik. SIlakan Bianka." Agen Sea membuka rapat dengan sangat resmi, berbeda jauh dari suasana The Barista yang biasa aku temui selama ini. "Baiklah Agen Sea, terima kasih atas apresiasi anda. Izinkan saya menyampaikan seluruh informasi yang berhasil saya kumpulkan. Dari percakapan saya dengan Nugraha yang merupakan target operasi utama kita kali ini, saya dapat menyimpulkan jika Nugraha hanya sekedar ikan kecil dan pion. Kita memiliki satu target operasi lain yang bisa mengantarkan kita menuju tersangka yang memiliki tingkat dan pengaruh lebih besar dari Nugraha." Aku juga menjawab secara resmi pada rapat kali ini karena aku ingin terlihat profesional. "Apa yang membuatmu yakin?" Tanya kak Nova sambil menatapku tajam. "Ketika Nugraha saya desak, dia hanya menyebutkan satu nama berulang kali. Nama yang disebutkan oleh Nugraha sangat cocok dengan informasi yang berhasil saya gali dari Arena. Seseorang yang mengendalikan Arena dari balik layar dan menjadikan Nugraha sebagai boneka miliknya dengan memanfaatkan idealisme yang dimiliki oleh Nugraha. Namun ketika saya datang dan berhasil mengambil perhatian Nugraha, orang itu merasa takut saya akan mengambil Nugraha darinya." Jelasku kepada seluruh agen yang berada di ruangan ini. "Tunggu, Bianka. Maksudmu Poison Ivy adalah dalang dari semuanya?" Tanya agen Silva yang bertugas menyusup bersamaku. "Aku belum yakin, tetapi ada satu hal yang pasti, yaitu Poison Ivy bisa mengantarkan kita menuju seorang mafia yang memiliki peran besar." Jawabku kepada agen SIlva. "Jadi semua ini hanya berdasar asumsimu semata, Agen Bianka?" Tegas agen Sea kepadaku. "Mohon maaf, Agen Sea. Tapi saya tidak sedang berasumsi. Informasi yang saya dapatkan dari Robin, yang merupakan tangan kanan dari Nugraha menyebutkan jika Poison Ivy adalah penyuplai obat terlarang yang dijual oleh arena. Penjualan obat terlarang merupakan penyedia dana terbesar dari aktifitas bawah tanah yang dilakukan oleh Arena. Adalah hal yang masuk akal apabila kita bisa menyimpulkan bahwa Poison Ivy merupakan orang yang mengendalikan Arena dari balik bayangan. Tapi bukan tidak mungkin juga apabila Poison Ivy hanya sekedar pion, sama seperti Nugraha. Saya ingin kita memastikan hal itu." Jelasku. "Baiklah, lalu apa rencanamu selanjutnya, Bianka?" Tanya agen Adam. "Entahlah, aku juga masih belum memikirkan rencana selanjutnya. Karena itulah saya meminta bantuan para agen untuk menentukan langkah selanjutnya." Jawabku kepada agen Adam. "Baiklah semuanya, aku mengerti situasinya sekarang. Kalian semua dengarkan aku, aku akan menjelaskan rencana yang akan kita jalankan." Ucap agen Sea. Semua agen diam mendengarkan apa yang akan diucapkan oleh agen Sea. "Terima kasih atas informasi yang diberikan oleh agen Bianka. Untuk langkah selanjutnya, aku minta Silva dan Eka tetap berada di Arena, membantu Bianka dan memastikan keselamatan Bianka yang merupakan informan utama kita pada misi kali ini. Selain itu, aku juga meminta Silva untuk mendapatkan sampel obat terlarang yang dijual di arena, kemudian serahkan sampel itu kepada Adam. Adam, tugasmu adalah meneliti kandungan yang terdapat pada obat terlarang tersebut dan melaporkannya kepada Nova. Lalu Bianka, aku minta kau dekati Poison Ivy secara perlahan, jangan membuat masalah dengannya, dan gali informasi apapun yang bisa kau dapatkan dari dirinya. Dan Nova, kau.." Agen Sea menghentikan kalimatnya di sini. "Aku mengerti, Sea." Jawab kak Nova yang tidak bisa aku mengerti maksud kalimat tersebut. Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan di antara mereka berdua. "Baiklah jika semua telah mengerti tugas yang diberikan, misi selanjutnya akan kita mulai secepatnya. Aku minta untuk para agen yang bertugas di lapangan agar tetap mengutamakan keselamatan. Aku tahu jika harga dari sebuah informasi bisa sama berharganya dengan nyawa kalian, tapi kehilangan seorang agen juga merupakan sesuatu yang berat. Aku akan undur diri dari sini, selanjutnya akan aku serahkan kepada Nova. Terima kasih atas waktu kalian." Agen Sea kemudian meninggalkan ruangan The Barista. "Haaaaahhhhh!! Astaga, aku sangat tegang hingga tidak bisa bernafas dengan tenang!" Keluh agen Silva setelah agen Sea tidak terlihat lagi di dalam ruangan. "Kau benar! Haaaaaaahh!" Tubuh Adam dan agen Silva sama-sama melunglai di lantai. Seakan tenaga mereka terkuras habis setelah pertemuan yang baru saja dilaksanakan. "Ahahahaha, ya ampun, kalian harus melihat bagaimana Rin menghadapi Sea. Dia sama sekali tidak gentar ketika berbicara dengan Sea." Kak Nova mentertawakan dua orang yang sedang tidak berdaya di ruangan ini. "Apakah agen Sea semenyeramkan itu? Aku rasa tidak." Sahutku polos. "Hei!!" Seru Adam dan agen Silva kompak. "Ah iya, aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu, Bianka." Ucap Adam sambil tidak beranjak dari tempatnya duduk. "Apa?" Sahutku singkat. "Apakah kau pernah diberitahu jika kau telah kehilangan kehormatanmu?" Tanya Adam kepadaku. "Aku rasa tidak, tapi kemungkinan hal itu bisa saja terjadi mengingat apa yang telah terjadi setelah aku pingsan di atas ring. Aku rasa Nugraha tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan melakukan sesuatu kepadaku. Kak Nova juga mengatakan jika hal itu adalah salah satu resiko yang harus aku terima sebagai seorang agen. Aku awalnya sangat terkejut dengan kenyataan bahwa seorang agen bisa melakukan itu demi sebuah informasi, tapi seteah mengetahuinya, semua terlihat biasa saja." Terangku kepada Adam. "Wah, kau sangat bertanggung jawab, Bianka. Tapi apakah kau mengetahui kenyataan tentang badanmu sendiri?" Tanya Adam kepadaku. "Maksudmu?" Aku tidak mengerti dengan ucapan Adam. "Saat kau memakai gelang pemeriksaan badan milikku, aku bisa melihat ke seluruh tubuhmu, Bianka." Adam mengatakan itu sambil terkekeh melihat ke arahku. "Hei!" Sahutku sambil berusaha menutupi bagian pribadiku menggunakan tangan. "Ahahaha. Percuma, Bianka. Aku telah melihat semuanya." Adam tertawa semakin keras. "Adam! Kau jahat!" Aku menutupi badanku semakin erat menggunakan tanganku. "Tapi, Bianka. Aku tidak melihat tanda perbuatan seksual dan pelecehan di badanmu." Ucap Adam dengan wajah serius. "Sungguh?" "Ya. Nugraha tidak melakukan apapun kepadamu selama kau di sana, Bianka." "Ah, mungkin dia bukan tipe orang yang suka ketika melihat lawannya tidak berdaya. Tapi dia suka ketika melihat lawannya berteriak tersiksa karena perbuatannya. Benar-benar orang yang gila." Ucapku dengan wajah polos kepada Adam. "Hei, kau tidak takut?" "Takut? Entahlah. Mungkin rasa takutku telah hanyut terbawa aliran air di bawah tanah. Hahahaha" Sahutku dengan tetap memperlihatkan wajah polosku di depan semua orang. "Tapi syukurlah, aku senang mendengar jika kehormatanku masih terjaga." Jujur sebenarnya aku sangat lega mendengar kalimat dari Adam. Rasanya aku ingin melompat kegirangan, tapi aku menahan diri. Entah, aku merasa aku harus menjaga citraku di depan Adam dan agen Silva. "Tapi serius, semakin lama aku melihatmu, aku semakin merasa jika kau adalah orang yang manipulatif dan menyeramkan, Bianka. Kau bisa tenang menghadapi Nugraha, bahkan kau mendapatkan informasi dari dirinya, kau juga bisa tenang saat menghadapi agen Sea." Dear diary, Apakah aku memang telah berubah? Tapi aku merasa, semakin hari emosi dan rasa takutku semakin berkurang. Bahkan aku tidak segan memperlihatkan badanku kepada orang yang membunuh keluargaku. Aku takut semakin lama aku menjadi seorang psikopat seperti Nugraha.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN