Eksekusi II

1353 Kata
25 Oktober 2018 Tulisan ini adalah lanjutan dari buku harianku kemarin. Tanganku sangat lelah menulis semua hal yang terjadi padaku hari ini. Sebenarnya tulisanku kali ini sama seperti buku harianku beberapa hari yang lalu ketika aku bertarung melawan para preman, yaitu aku menulis ketika semua masalahku telah selesai. Begitu pula dengan hari ini, di mana aku menulis ketika misiku telah berakhir. Karena sangat tidak mungkin untukku menulis ketika sedang berada di tengah masalah atau misi. Cukup satu kali saja aku melakukan hal itu dan aku tidak ingin mengulangi kecerobohanku lagi. Tenang saja, jika kau menulis ini berarti aku berhasil keluar dengan selamat dari segala kekacuan yang terjadi. Tapi sebelum aku kembali ke arena di mana Nugraha pingsan di depanku dan aku dalam keadaan setengah telanjang, izinkan aku memutar kembali waktu pada saat aku rapat bersama Adam di Spice Coffee. ketika aku menulis buku harianku saat sebelum operasi penangkapan Nugraha, aku pernah bilang jika aku tidak ingin membocorkan semuanya sebelum rencanaku benar-benar berhasil. Tapi saat rencanku telah selesai, maka aku berhak membocorkan hal itu. Baiklah, mari kita fokus pada pertemuanku dengan Adam. Ketika aku berkata jika sekarang aku telah cukup dekat dengan Nugraha dan aku telah yakin jika aku dapat menangkapnya sekarang, kak Nova dan Adam bertanya tentang rencana yang akan aku laksanakan. Aku seketika langsung membatu di tempat itu karena aku tidak memikirkan apapun untuk menangkap Nugraha. Aku merasa sangat bodoh, sebagai seorang agen aku tidak berpikir cerdas seperti seharusnya. Astaga, aku merasa sangat malu di hadapan kak Nova dan Adam. Kenapa aku bisa begitu bodoh? Akhirnya kak Nova membantuku menyusun rencana. Sebagai seorang koordinator, kak Nova memang cukup terkenal memiliki rencana yang cukup efektif, setidaknya itulah yang dikatakan Adam kepadaku. Tapi sebelum kak Nova menjelaskan tentang rencana yang ia susun, kak Nova bertanya kepadaku tentang hal apa yang bersedia aku lakukan demi keberhasilan rencana ini, dan sejauh apa aku mau berkorban untuk The Barista. Aku berani menjawab jika diriku bahkan rela kehilangan nyawa demi The Barista. Setelah kak Nova mendapatkan konfirmasi dariku, barulah kak Nova menjelaskan rencana yang ingin ia jalankan. Ah dari tadi aku terlalu banyak basa basi. Baiklah aku akan jelaskan rencananya di sini. Pertama, aku bertindak sebagai umpan. Sejak awal aku akan bertindak sebagai umpan, tapi kali ini aku akan dibantu oleh banyak agen lain ketika menjalankan operasi. Apa yang harus aku umpankan? Menurut kak Nova, aku harus mengumpankan badanku. Nugraha adalah orang yang sangat suka dengan perempuan. Aku harus membuat Nugraha tertarik dengan tubuhku apapun yang terjadi. Kemudian kak Nova meminta sesuatu kepada Adam. Kak Nova meminta Adam memberiku obat bius yang berbentuk cairan yang tidak memiliki rasa, yang biasa dioleskan ke bagian tubuh tertentu. Kak Nova memintaku memikirkan bagian tubuh mana yang harus aku olesi dengan obat itu, dan aku memilih bagian yang cukup tertutup, yaitu payudaraku. Kak Nova dan Adam tertawa terbahak-bahak ketika aku mempunyai ide seperti itu. Menurut Adam, aku tergolong nekat dan berani menggunakan cara itu mengingat aku adalah seorang agen pemula. Kemudian Adam bertanya kepadaku, apakah aku sanggup merayu Nugraha agar jatuh ke dalam jebakanku, aku jawab "iya aku sanggup." Aku menjelaskan cara agar Nugraha bisa masuk ke dalam jebakanku, Adam dan kak Nova setuju atas rencanaku. Rencanaku tidak perlu aku jelaskan di sini karena sudah au jabarkan secara rinci pada buku harianku sebelumnya. Ah entah dari mana tiba-tiba aku merasa otakku encer dan bisa mengeluarkan rencana seperti itu. Setelah Nugraha masuk ke dalam jebakan, mari kita kembali ke arena di mana Nugraha pingsan dan aku setengah telanjang. Hahahaha. Aku segera memungut dan memakai kembali pakaianku sementara Nugraha sedang tertidur nyenyak di lantai. Aku menghubungi para agen, mengatakan jika penyergapan tahap kedua telah berhasil. "Baiklah, aku dan agen Eka akan menuju ke sana." Seru seorang perempuan dari dalam telingaku. Tidak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu ruangan ini. Aku membuka pintu itu, tampak di luar pintu ada seorang lelaki dan perempuan. Si lelaki berpakaian seperti petugas keamanan, dan si perempuan berpakaian seksi seperti selir Nugraha. Tidak lama kemudian, dua orang agen yang lain ikut menyusul ke dalam ruangan. Setelah semua berkumpul di satu tempat, si perempuan menjelaskan rencana lebih lanjut kepadaku. "Hai, Agen Bianka. Namaku Silva, agen yang bertugas pada divisi penyusupan dan penyergapan. agen Nova menempatkanmu pada divisi yang sama denganku, sehingga setelah ini kau akan berada di bawah komando dariku." Sapa seorang agen perempuan yang berada di depanku. "Baiklah, kalian berdua, tolong pastikan keamanan jalur keluar." Perintah agen Silva kepada dua orang agen yang datang di akhir. "Agen Eka, aku meminta tolong kepadamu untuk membawa Nugraha yang pingsan ini keluar." Perintah agen Silva kepada seorang pria yang datang bersamanya. "Bianka, kau ikut aku sekarang. Kita harus segera keluar dari sini melalui pintu utama. Sisanya akan dijelaskan oleh Nova." Perintah agen Siva kepadaku. Kita semua berpencar. Dua agen yang aku belum mengetahui namanya keluar terlebih dahulu, disusul aku dan agen Silva, sementara agen Eka tertinggal di dalam kamar itu. agen Silva mengawalku keluar. Agen SIlva memintaku untuk mengikutinya dan tetap diam. "Baiklah, Agen. Jangan lupa rencana tahap tiga. Silva, jangan lupa kau koordinasi dengan dua agen bawahanmu. Eka, pastikan Nugraha bisa keluar dengan utuh. Dan Rin, kau adalah orang yang paling memahami situasi di dalam arena seperti apa. Tolong kawal agen Silva untuk keluar dari sana melalui pintu utama. Kau masuk melalui pintu utama, dan kau harus keluar melewati pintu utama juga." "Baik, laksanakan!" Ucap kami berempat serentak. Aku dan agen Silva berjalan santai menyusuri beberapa lorong dan kembali ke arena. Beberapa kali aku menangkap ada selir dan beberapa anggota kelompok Nugraha melihatku dengan tatapan sinis. Aku juga melihat agen SIlva berbaur dengan sangat baik dengan para selir tersebut. Kak Nova terus memberikan arahan kepada tiga agen yang lain agar tiga agen yang lain dapat keluar dengan selamat dari arena. Agen Silva memintaku untuk tetap fokus pada diri kita sendiri dan mengacuhkan instruksi kak Nova kepada tiga agen yang lain, sehigga aku tidak begitu mengingat apa yang kak Nova katakan kepada tiga agen yang lain. Tapi ada satu hal yang aku tangkap, yaitu perjalanan tiga agen yang lain tidak berjalan lancar. Mereka mendapat sedikit hambatan dari petugas keamanan yang mereka temui ketika dalam perjalanan, tapi semua itu akhirnya bisa diatasi dengan bantuan kak Nova dari balik layar. Setelah aku keluar dari arena, agen Silva memintaku untuk segera kembali ke Red Coffee menemani kak Nova dan mempersiapkan langkah selanjutnya, sedangkan agen Silva akan membantu tugas agen yang lain. Aku bergegas berjalan ke Red Coffee dan langsung masuk ke dalam ruangan The Barista. kak Nova memintaku untuk duduk di kursi terhormat, mengawasi segalanya dari komputer sedangkan kak Nova akan menyusul agen Silva untuk membawa Nugraha menuju ke tempat penyekapan. Dari komputer milik kak Nova, aku bisa melihat tampilan kamera dari beberapa titik yang berbeda. Aku bisa tahu jika kamera ini terpasang pada pakaian para agen yang bertugas hari ini karena aku dapat melihat seseorang sedang terikat dan dibawa oleh seorang agen. Kak Nova memintaku untuk memberikan tanda apabila salah satu dari agen sedang dikuti. Aku terus memantau layar komputer itu, memastikan tidak ada agen yang diikuti. Tidak lama kemudian, dari salah satu kamera terdapat sebuah mobil yang cukup aku kenal berhenti, kemudian salah satu agen beserta Nugraha masuk ke dalam mobil itu. Aku benar-benar jengkel ketika mengetahui jika kak Nova menggunakan mobilku untuk membawa Nugraha. Meski aku tahu jika mobil itu adalah fasilitas yang diberikan The Barista kepadaku, tapi tetap saja aku merasa tidak adil ketika kak Nova dapat menggunakan mobil itu tanpa seizinku. "Hei, itu mobilku, Kak. Kenapa kau gunakan mobil itu tanpa izin?" Gerutuku kepada kak Nova melalui sambungan jarak jauh. "Ahaha, maafkan aku. Tapi kau tidak meminta kunci mobilmu kembali kemarin, sehingga aku masih bisa dengan bebas menggunakannya. Jika saja kau bisa menyetir, pasti saat ini aku masih bisa duduk santai di depan komputer. Tapi karena kau belum bisa mengemudi, aku terpaksa harus turun tangan." Protes kak Nova. Dear diary, hari ini aku telah berhasil menangkap pembunuh dari orang tuaku. Aku sebenarnya berharap aku bisa membunuhnya dengan tanganku sendiri, tapi The Barista memiliki pemikiran lain. Menurut The Barista, penangkapan Nugraha akan memberikan dampak yang besar pada lalu lintas peredaran narkoba di bawah tanah sehingga akan memancing ikan besar untuk muncul di permukaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN