Buku Kedua : Hari Terakhir

1006 Kata
2 Desember 2018 Pusing, aku merasa sangat pusing. Kejadian kemarin benar-benar menguras tenagaku. Kondisi Unconscious Fighting State yang aku masuki membuat tenagaku terkuras habis dan kepalaku terasa sangat sakit. Aku masih beruntung dapat berjalan menuju apartemen meski tertatih dan bisa selamat dari kondisi tersebut mengingat Unconscious Fighting State bisa sangat berbahaya bagi tubuhku sendiri jika suatu saat aku tidak bisa lagi menahan beban yang ditimbulkannya. Sekitar satu jam setelah aku bangun tidur, aku masih belum sanggup untuk bangkit dari tempat tidurku. Rencananya hari ini aku ingin mengunjungi Adam guna menanyakan tentang sampel kopi yang aku dapatkan dari kedai kopi di bawah tanah kemarin. Setelah hampir tiga jam aku bergulat dengan rasa pusing yang aku rasakan di dalam diriku, akhirnya aku memaksakan diri untuk bangkit. Saat aku berusaha berdiri, badanku langsung oleng dan roboh kembali ke atas ranjang. Aku tidak menyerah dan akhirnya berhasil bangkit setelah beberapa kali mencoba. Aku berjalan tertatih menuju tempat parkir apartemenku. Aku merasa kepala dan badanku jauh lebih berat jika dibandingkan dengan ketika aku terakhir kali memasuki Unconscious Fighting State ketika berada di atas ring. Mungkin memang benar, bahwa kondisi itu akan semakin membenani tubuh ketika semakin sering digunakan. Aku mengemudi sendiri ke Spice Coffee tanpa sepengetahuan kak Nova, karena bagaimanapun ada saatnya aku tidak dapat terus bergantung kepada kak Nova. Adam menatapku dengan tatapan khawatir ketika melihatku masuk ke dalam Spice Coffee dengan kondisi wajah yang sangat pucat. Adam dengan cepat mengetahui penyebab aku tidak sehat setelah aku menyerahkan sampel kopi kepadanya. Adam mengajakku masuk ke ruangan The Barista di kedai miliknya, kemudian dia memeriksa sampel kopi yang aku berikan kepadanya. Aku mengunggu kopi tersebut diperiksa sambil duduk lemas di ruangan itu. "Minumlah ini. Kau harus memerhatikan kondisimu, Bianka." Adam memberikan sebuah kapsul kepadaku di sela ia memeriksa kandungan sampel kopi yang aku berikan. Aku belum mengetahui apa yang diberikan Adam kepadaku, tapi aku percaya Adam tidak akan meracuniku dan segera meminum kapsul yang ia berikan. Tidak butuh waktu lama, aku berasa kepalaku lebih ringan dan badanku juga lebih sehat. "Hei, Adam. Apa yang kau berikan kepadaku? Kenapa aku dapat merasa lebih baik hanya dalam waktu singkat?" Tanyaku penasaran. "Spirit." Jawab Adam singkat. "Tunggu, spirit? Maksudmu obat terlarang itu?" Aku terkejut dengan apa yang baru saja aku konsumsi. "Benar, Bianka. Spirit obat terlarang yang diberikan oleh Silva kepadaku. Aku berhasil membuat versiku sendiri, lalu menyesuaikan dosisnya agar tidak beracun dan berbahaya." Terang Adam. "tapi, bukankah itu ilegal?" "Ilegal? Iya, ini ilegal. Tapi kita The Barista memiliki wewenang khusus untuk hal ini, dan kita diperbolehkan menggunakan obat terlarang untuk keperluan medis." Jelas Adam. Setelah beberapa saat pemeriksaan dilakukan oleh Adam, dapat diketahui jika kopi tersebut mengandung obat spirit dalam dosis tinggi. Aku berpikir bahwa, pantas saja kopi tersebut dijual dengan harga mahal, karena spirit juga dijual dengan harga yang cukup mahal di Arena. Setelah mengetahui fakta itu, aku segera menghubungi agen Silva guna mengkonfirmasi bahwa peredaran spirit telah meluas hingga ke luar arena. Mungkin banyak orang yang masih belum menyadari tentang kandungan spirit, sehinga mereka hanya berpikir jika kopi itu hanyalah kopi spesial yang bisa membuat peminumnya tidak merasakan lelah dalam jangka waktu tertentu. Apalagi jika obat itu dicampur ke dalam kopi, peminumnya akan berpikir jika efek tanpa lelah yang mereka dapatkan berasal dari kafein yang terdapat pada kopi tersebut. Saat matahari telah mulai terbenam, seperti biasa aku berkunjung ke Arena untuk sekedar menyapa atau sedikit berbincang mengenai arena dengan Robin maupun Indah atau Poison Ivy. Sebenarnya, dengan informasi yang aku sampaikan kepada mereka tentang penangkapan Nugraha, kewajibanku kepada Arena telah selesai. Ditambah lagi dengan jalur perdagangan spirit yang mulai terlihat dan terungkap membuat alasanku untuk tetap berada di Arena semakin sedikit. Tapi aku masih memiliki sedikit rasa iba kepada Arena karena melihat semangat mereka membangun kembali sesuatu yang telah hancur. Sore ini, aku mengatakan kepada Indah dan Robin bahwa aku akan mencoba masuk ke lingkungan Okta. Indah mencoba memperingatkanku karena Indah mengetahui jika Okta merupakan orang yang licik. "Aku tahu jika Okta adalah orang yang sangat licik, bahkan mungkin lebih berbahaya jika dibandingkan Sir Nugraha, tetapi semua penderitaan Arena disebabkan oleh dirinya. Bahkan aku menduga penangkapan Sir Nugraha juga disebabkan oleh ulah Okta. Aku benar-benar ingin mengetahui, apa alasan Okta membuang Sir Nugraha yang selama ini telah membantunya." Aku mencoba menghasut Indah yang ragu akan keputusanku. "Kau yakin, Bianka?" Robin terlihat khawatir kepadaku. "Tenanglah, aku akan pastikan bahwa Okta akan merasakan apa yang Sir Nugraha rasakan." Tegasku. "Kenapa kau ingin mengejar Okta, padahal kau tidak memiliki masalah dengannya. Jika ada seseorang yang harus mengejar Okta dan menghancurkannya, seharusnya aku adalah orang yang tepat untuk melakukan itu." Tegas Indah kepadaku. "Kau memang benar, Poison Ivy. Tetapi kau masih harus tetap berada di sini, memastikan persediaan spirit terkendali dan memastikan Undergroung Free Fighting berjalan seperti seharusnya. Jika kau membuat masalah dengan Okta, maka bukan hanya dirimu yang hancur, melainkan juga Arena dan Underground Free Fighting karena aku yakin jika Okta memiliki kekuatan untuk menghancurkan kita sekaligus. Aku sebagai orang baru yang mungkin belum dikenal oleh Okta, merupakan umpan yang bagus jika ingin menghancurkan dirinya. Lagipula, jika aku yang maju ke garis depan, maka tidak ada yang akan dikorbankan." Terangku kepada Indah dan Robin. "Baiklah jika kau berpikir seperti itu. Aku rasa kau tidak bisa dihentikan sekarang. Aku hanya ingin menyampaikan satu hal. Jika kau membutuhkan bantuan, hubungi saja kami, Bianka." Sahut Indah. "Benar, kau adalah bagian dari Arena sekarang. Kita tidak akan membiarkan salah satu anggota keluarga kita kesulitan di luar sana. Itulah yang dikatakan Nugraha kepada kita semua." Tambah Robin. Aku rasa sekarang aku berhasil meyakinkan Robin dan Indah supaya aku bisa meninggalkan Arena. Dengan demikian, maka hubunganku dengan Arena akan tetap baik meskipun aku telah menghilang dari Arena. Aku juga melakukan ini karena aku merasa tidak ada lagi yang bisa aku dapatkan dari Arena. Dear diary, hari ini adalah hari terakhirku di Arena. Setelah ini, sebuah babak baru dalam hidupku akan dimulai. Sebuah babak di mana aku harus berurusan dengan manusia yang lebih berbahaya dibandingkan Nurgraha karena dia memiliki kedudukan yang strategis. Semoga aku bisa selamat dari sarang penyamun kali ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN