The Arena II

1338 Kata
27 Oktober 2018 Pada lembar kali ini aku akan melanjutkan kisah tentang Robin dan Nugraha yang telah aku tulis di lembar sebelumnya. Kisah kali ini berlanjut ketika akhirnya Nugraha mengajak Robin untuk berkumpul di suatu tempat di saluran air bawah tanah, di mana hanya para anggota yang memiliki akses untuk masuk ke dalamnya. Sebenarnya, saluran air bawah tanah merupakan fasilitas milik pemerintah, tetapi Nugraha dan kelompoknya mensabotase beberapa pintu dan beberapa sudut terowongan sehingga petugas pemerintah yang ditugaskan untuk merawat terowongan itu tidak memiliki akses untuk masuk ke dalamnya. Di dalam sebah terowongan sempit itu, Robin bertemu dengan beberapa orang yang telah hidup bersama dengan Nugraha. Di tempat ini juga Robin belajar bertahan hidup sebagai orang yang berasal dari jalanan, yaitu dengan mencuri, menipu, mencopet, dan beberapa tindakan kriminal kecil lainnya. Hampir setiap hari mereka berkejaran dengan petugas keamanan dan warga yang menjadi korban atas kejahatan mereka, tapi Robin, Nugraha, dan kelompoknya tidak merasa jera akan perbuatannya. Dua tahun berselang, ternyata Robin masih belum dicari oleh kedua orang tuanya. Hal itu membuat Robin menjadi marah dan akhirnya membuang ponsel yang selama ini selalu berada dalam genggamannya. Dendam dan kemarahan yang Robin rasakan terhadap orang tuanya, membuat dia semakin tidak suka dengan dunia atas yang menurutnya penuh dengan kepalsuan dan keegoisan. Robin justru menemukan arti dari kebersamaan ketika dia hidup di bawah tanah bersama dengan orang-orang yang dianggap sebagai sampah masyarakat oleh warga dunia atas. Di bawah tanah, kehidupan sosial benar-benar indah, di mana rasa toleransi dan tolong menolong masih sangat kental sehingga sangat jarang warga bawah tanah yang merasa kesepian. Kenyataan itu akhirnya membuat Robin berniat untuk mengumpulkan para anak yang kabur dari rumah, dan membuat rumah baru untuk mereka yang tidak memiliki tempat tinggal. Robin mengutarakan niat tersebut kepada Nugraha. Nugraha sangat senang mendengar Robin memiliki niat yang bagus. Nugraha berpikir, tidak sia-sia membawa Robin ke dalam kelompoknya karena Robin memilki mimpi yang tinggi bagi masyarakat bawah tanah. Tapi ada satu kekurangan dari ide tersebut, yaitu kelompok Nugraha tidak memiliki dana untuk membangun sesuatu demi merawat anak-anak telantar. Nugraha telah membicarakan ini dengan para anggota yang lain, namun masih belum menemukan jalan keluar. Para anggota yang lain juga berusaha mencari jalan keluar untuk impian idealis Nugraha. Banyak anggota yang tidak mengetahui jika ide ini berasal dari Robin. Hampir seluruh anggota mengira jika ide ini adalah milik Nugraha. Waktu bergulir, akhirnya sebuah jalan keluar muncul seperti keajaiban. Di sinilah Poison Ivy hadir. Sejak awal, Poison Ivy tidak pernah memberitahukan siapa nama sebenarnya. Dia hanya memperkenalkan diri sebagai Poison Ivy. Salah satu anggota membawanya masuk ke dalam kelompok, kemudian Poison Ivy mulai melakukan presentasi terhadap proyek yang akan dia jalankan, yaitu menjual obat-obatan terlarang. Robin sangat menentang keras ide tersebut, tapi Nugraha berpikir jika kelompoknya tidak memiliki cara lain untuk keluar dari keadaan ini. Sebuah perbincangan pribadi terjadi di antara Robin dan Nugraha di suatu tempat yang tersembunyi dari anggota yang lain. "Nugraha, aku sama sekali tidak bisa setuju dengan rencana ini. Maafkan aku" Robin membuka obrolan kepada Nugraha. "Sebutkan alasanmu. Semua ini adalah ide darimu, Robin. Semua ini adalah impianmu. Sekarang jalan keluar telah hadir di depan kita. Apa kau mau membuang kesempatan ini? Maafkan aku, aku tidak bisa membuang impian yang kau titipkan kepadaku jika kau tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolaknya." Nugraha menyangkal perataan Robin. "Maafkan aku, tapi aku tidak setuju. Menjual obat terlarang terlalu beresiko untuk kita yang masih memiliki jaringan kecil seperti ini. Coba kau pikirkan dirimu sendiri, coba kau pikirkan anak-anak yang lain, coba kau pikirkan kelompok kita, Nugraha! Bagaimana jika polisi mengendus dan menangkap kita semua? Aku tidak mau berakhir di penjara!" Aku berteriak keras kepada Nugraha. Nugraha yang tidak terima mendengar ucapan Robin, mendadak naik pitam dan memukuli Robin tanpa ampun. Robin jelas kalah dalam hal tenaga dengan Nugraha. Setelah itu, Nugraha tetap melanjutkan rencana jual beli obat terlarang itu. Mereka menyiapkan semuanya secara rapi. Poison Ivy bertugas menjadi penyedia obat-obatan, kemudian salah seorang anggota yang cukup dipercaya oleh Nugraha bertugas memasarkan obat terlarang tersebut. Obat-obatan itu hanya didistribusikan ke kalangan terbatas sehingga pemasarannya tidak akan terendus oleh dunia atas. Kemudian Nugraha menyaipkan kedok untuk menutupi seluruh aktifitas gelapnya. Dengan dana yang dikumpulkan dari penjualan obat terlarang, akhirnya Nugraha membangun sebuah arena pertarungan yang berlokasi di bawah tanah. Tempat pertarungan itulah yang digunakan untuk menjadi kedok untuk menutupi aktifitas jual beli obat terlarang, sekaligus juga sebagai penghasilan tambahan bagi Nugraha dan kelompoknya. Setelah tempat pertarungan itu berdiri, Nugraha mendeklarasikan diri sebagai ketua, dan menamakan tempat itu sebagai ARENA, yang berarti tempat untuk unjuk kekuatan. Selain penjualan obat terlarang, pendapatan Arena juga berasal dari biaya berlangganan siaran pertandingan, prostitusi bawah tanah, serta judi. Sisi baik Nugraha adalah, dia sangat mengayomi seluruh anggota kelompoknya. Dia sangat loyal kepada anggota kelompoknya sehingga para anggota merasa segan terhadap Nugraha dan menjadi pengikut setianya. Nugraha menunjuk Robin untuk merawat semua anggota Arena sehingga banyak anggota yang juga setia terhadap Robin. Robin dianggap sebagai tangan kanan Nugraha. Beberapa kali Nugraha melakukan perjalanan ke luar sehingga tugas di Arena diserahkan kepada Robin. Namun setiap Nugraha sedang bepergian, dia tidak pernah tiba-tiba menghilang seperti sekarang. Pasti Robin mengetahui jika Nugraha meninggalkan Arena untuk memberikan efek tenang kepada para anggota di Arena. Tapi semua sedikit berubah sejak aku datang. Menurut Robin, Kedatanganku sangat menarik perhatian Nugraha. Robin merasa, sejak awal Nugraha telah menaruh perhatian khusus kepadaku. Hal itu membuat Poison Ivy yang sebelumnya menempati posisi ratu di Arena karena bertindak sebagai penyedia obat terlarang iri dan khawatir posisinya akan aku gantikan. Hal itu yang akhirnya membuat Poison Ivy merayu Nugraha agar mengadakan pertandingan antara Poison Ivy dan aku di atas ring. Poison Ivy semakin marah karena kalah dariku, dan menggunakan segala cara untuk menyingkirkanku dari Arena. Tapi tindakan yang aku ambil kemarin justru membuat posisiku di Arena semakin kuat. "Mohon maaf sebelumnya, Robin. Tapi jika kau memang tidak suka dengan cara yang dilakukan Nugraha, kenapa kau masih tetap berada di sini dan setia kepadanya?" Tanyaku kepada Robin penasaran. "Aku merasa sangat jahat jika aku tidak setia kepadanya, Bianka. Aku merasa tidak berbeda dengan semua orang egois di dunia atas apabila aku melarikan diri dari orang yang telah memberiku kehidupan di bawah tanah dan mengajariku cara bertahan hidup di sini." Aku cukup takjub dengan kesetiaan anggota Arena kepada pemimpin mereka, termasuk kesetiaan Robin kepada Nugraha. Aku berdiri dari sofa empuk yang aku duduki ini, kemudian mengulurkan tanganku kepada Robin sambil berkata, "Baiklah, aku akan membantumu mengurus Arena. apa yang harus aku lakukan?" Robin menyambut tanganku seraya berkata, "Kau bilang ingin mencari ke mana Nugraha menghilang, bukan? Apa yang bisa kau lakukan untuk itu?" Aku cukup bingung dengan pertanyaan itu, tapi aku mencoba berpikir secepat mungkin, memaksakan otak lambatku untuk bekerja lebih keras demi bisa lolos dari situasi yang penuh tanda tanya seperti ini. Tanpa berpkir panjang lagi, tiba-tiba kalimat ini meluncur dengan sendirinya dari mulutku, "Aku memiliki beberapa relasi di dunia atas. Mungkin aku bisa bertanya kepada mereka. Aku juga mengenal beberapa orang preman di sini, mungkin aku akan meminta bantuan kepada mereka juga. Selain itu kita harus bisa memastikan semua kegiatan Arena tidak terganggu." "Aku suka dengan caramu berpikir, Bianka." Puji Robin. "Kau jangan memujiku berlebihan, Robin." Balasku. "Selama Nugraha tidak berada di sini, gunakanlah ruangan ini. Aku yakin jika Nugraha tidak akan keberatan jika kau yang menggunakan ruangan ini." "Terima kasih, Robin. Kau sangat membantu." Robin meninggalkanku di ruang kerja Nugraha. Aku masih belum bisa mempercayai ruangan ini sepenuhnya. Aku khawatir jika ruangan ini dilengkapi dengan CCTV dan aku diawasi dari jauh. Aku berpikir, lebih baik meningkatkan kewaspadaanku daripada aku lengah. "Bagus, Rin! Kerja bagus! Aku mendapatkan informasi berharga hari ini. Lanjutkan penyelidikanmu di sana, dan jangan lupa untuk bernafas, hahaha." Suara kak Nova di dalam telingaku terdengar nyaring dan senang atas pekerjaanku hari ini. Dear diary, akhirnya buku harian dua lembar ini selesai. Tanganku benar-benar lelah menulis catatan sebanyak ini. Tetapi jika aku tidak mencatatnya, aku akan melupakan kejadian hari ini karena kemampuan otakku sama sekali tidak bisa diandalkan. Aku telah masuk ke dalam markas dan sarang musuh kali ini, semoga aku tidak mati di tempat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN