3- Chating Sama Siapa Mas?

982 Kata
Fira sebenarnya belum tidur, dia hanya pura-pura tidur. Dia bisa merasakan pergerakan dari tempat tidurnya. Fira membuka matanya sedikit, terlihat Leo beringsut pelan turun dari tempat tidur. Dia duduk di lantai beralaskan karpet, punggungnya bersandar pada ranjang. Ketik, ketik Ketik, ketik Bahu Leo tampak bergetar, dia tertawa tanpa suara. Sudah jelas kalau dia lagi berbalas pesan saat ini. Dan dugaan Fira, bersama selingkuhannya. Fira beringsut pelan, tak bersuara. Karena saking asiknya berbalas pesan, Leo tidak menyadari isterinya tengah mengintip. Ingin marah, tapi kemudian dia berpikir dengan cerdas. "Oke, aku akan membuatmu malu mas! Aku akan pergoki kamu saat lagi berduaan dengan selingkuhan mu itu!" Fira mengepalkan tangannya di udara. Wajahnya memerah karena marah, tapi dia berusaha sekuat mungkin menahannya. "Chatingan sama siapa Mas semalam ini?" Pertanyaan Fira mengagetkan Leo. Dengan cepat menutup aplikasi pesannya. "Ehm, ini lagi liat video sss," jawabnya tergagap. "Kok, gak ada suaranya?" Fira tersenyum mengejek. "Kan aku silent, takut berisik kasian kan kamu sayang." Leo naik ke tempat tidur memeluk dan mengecup bibir istrinya sekilas. "Apaan sih mas." Fira menepis tangan suaminya, malas rasanya disentuh bekas pelakor. "Aku pengen, boleh ya." Leo memeluk lagi, bahkan mulai membasahi leher jenjang istrinya dengan lidahnya. Membuat rangsangan yang luar biasa untuk Fira. "Kalau aku nggak tau kelakuanmu di luar, sudah pasti malam ini kamu aku kasih jatah Mas, aku juga mau sebenarnya. Tapi, kelakuanmu bikin aku muak." Fira berteriak dalam hati. Mengurai pelukan suaminya. " Maaf, aku lagi datang bulan Mas." Fira berkata dengan nada lembut, terpaksa berbohong. Leo mengernyitkan dahi. "Datang bulan? Bukankah harusnya sudah bersih sejak tiga hari yang lalu?" tupanya Leo berhitung. Glek Fira menelan salivanya susah payah, takut ketahuan berbohong. "Hem, nggak tau bulan ini rasanya lama. Mungkin, karena aku lagi stres." Fira menjawab asal. "Stres? Stres kenapa? Apa uang yang aku kasih kurang?" Leo merasa sudah memberikan nafkah yang cukup, tiga juta sebulan untuk mengurus anak satu yang masih berusia tiga tahun. "Lumayan, tapi seharusnya naik dong. Biar aku bisa belanja kosmetik di mal. Kan kalau aku cantik kamu juga yang seneng." Fira tersenyum miring, matanya menatap lekat wajah suaminya. Ingin tau bagaimana reaksinya. "Uhuk uhuk." Entah batuk betulan atau bohongan, tapi dengan cepat Leo memalingkan wajahnya. Perkataan Fira seperti sedang menyindirnya saja. Fira berdiri, turun dari tempat tidurnya. "Kemana?" tanya Leo dengan lembut. Setelah batuknya berhenti. "Ke Wc mau pup, mau ikut? heheh." Fira menoleh ke arah Leo, diiringi senyuman mengejek dan tatapan malas. "Ah, tidak, tidak," sahut Leo cepat. Bibirnya tersenyum geli, membayangkan ikut Fira yang mau poop. Fira tak menanggapi lagi, dia lanjut melangkahkan kaki menuju toilet. Sepeninggalnya Fira, Leo mengelus d**a. "Kenapa semua perkataannya hari ini seperti sedang mengejekku sih? Nggak mungkin kan dia tau aku ada main-main di belakangnya?" gumamnya pelan. Leo segera membuka aplikasi chatnya, ada pesan belum dibaca dari ayangnya. Ketik ketik Ketik ketik Membalas pesan dari Salma. 'Selamat bobo ya sayang.' Leo mengirimkan pesan. 'Met, bobo juga. Mimpiin aku ya, mas.' balas Salma. Setelah itu semua histori chatting dengan Salma di bersihkannya, supaya tidak ada jejak. Dia juga, mengganti nama Ayang dengan nama Pak Mahmud. Yang Leo maksudkan Mamah muda. Untuk menghilangkan kecurigaan dari Fira. Setelah itu, Leo memeluk guling dan memakai selimut sampai leher, lalu tidur. Fira sebenarnya tidak ke kamar mandi. Dia duduk di ruang tengah, nonton tv sambil ngemil keripik. Melihat hpnya tergeletak di rak dekat tv. Membuka aplikasi pesan, dan mengetikan pesan kepada Arman. 'Man aku mau curhat.' Fira mengirimkan pesannya. Pesan masih belum dibaca. Mungkin sudah tidur pikirnya. Dia meletakkan HP di sampingnya. Dua menit kemudian, terdengar suara nada dering pesan. Ting 'Malam ya tidur, bukannya curhat.' Pesan dari kontak dengan nama Arman Jomblo. Ya, itu adalah nama yang di berikan Fira untuk Arman di dalam kontaknya. 'Suamikku kepergok chatingan sama pelakor itu lagi.' Fira menambahkan emoticon marah dan nangis dalam pesannya. Cerai aja, nikah sama aku. Dijamin aku senengin kamu lahir batin dan setia.' balas Arman Jomblo. 'Sialan, kamu tuh my best friend forever. Kasih saran dong, please." Balas Fira. "Kamu dandan yang cantik dong untuk suami kamu, jangan berpenampilan kaya emak mau ke sawah gituh," Armand jomblo mengirimkan balasannya. Sebenarnya, dia hanya bercanda saja. 'Capek ah ngomong sama kamu!' balas Fira. 'Terus ngapain? Kamu yang duluan suka curhat sama aku.' balas Arman. "Kepaksa, kan nggak ada orang lain yang bisa aku percaya." balas Fira. Mereka pun saling berkirim pesan cukup lama. membahas langkah yang harus di ambil oleh Fira. Mungkin, Fira juga salah ya. Curhat masalah rumah tangga sama orang lain, cowok lagi. Tapi Arman adalah sahabat terbaik dan satu-satunya setelah dia menikah. Leo sendiri tidak ambil pusing dengan kedekatan mereka. Fira dan Arman sudah seperti saudara kandung yang tak terpisahkan. Fira kembali ke dalam kamarnya sekitar jam satu dini hari. Dia Masuk ke dalam selimut tebal. Tampak suaminya tersenyum senang dalam tidurnya.. Wajah tampan dan lembutnya selalu membuat hatinya nya berdebar. Bisa dikatakan, Fira memang bucin sama Leo. Ya, Leo memang tampan. Setingkat lebih tampan dari Arman. Eh, ko ngebandibingin sama sobatnya yang cengengesan dan jomblo itu. Jauh lah, Leo mah pembawaannya kalem dan lembut. Arman petakilan, cengengesan dan suka ngomong seceplosnya. Fira menyentuh lembut pipi suaminya, merapatkan tubuhnya di dadanya. Lalu, memeluknya erat. Hangat dan nyaman. Memang, sungguh sulit bagi Fira untuk lama marah kepada Leo. Dia terlalu bucin! "Salma, sayang I love you." Leo mengingau. Fira langsung mundur keluar dari pelukan itu. Lalu, duduk menatap wajah tenang dan bahagia suaminya tercinta. "Lagi tidur aja masih panggil namanya, secinta itukah kamu sama dia Mas!" Air mata tiba-tiba saja meleleh, mengalir deras membasahi pipinya tanpa bisa dia kendalikan. Akhirnya, dia tidur di sisi tempat tidur, memeluk guling dengan mata yang berair. Memunggungi suaminya, malas rasanya melihat wajah tampan itu malam ini. Hatinya terlalu sakit, tapi juga sungguh sulit untuk menjauh. Maap ya jika up nya sedikit, Mak otor lagi kurang fit nih. Semoga kalian suka alur cerita nya, jangan lupa kasih dukungan dengan like dan tinggalkan jejak di kolom komentar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN