Elina masuk ke dalam mobil mewah milik temannya dengan perasaan kesal. Jenifer yang mengemudi hanya menatap sekilas, lalu melajukan mobilnya. Ia tak ingin mengganggu gadis itu karena takut akan menjadi sasaran amarah. Selama perjalan, mereka diam seribu bahasa. Tak ada yang membuka suara sedikitpun. Merasa ada yang aneh, Jenifer berdehem untuk memecah keheningan. Elina pun menoleh, lalu menatap ke arah jalan raya untuk melihat lalu lalang kendaraan. “Well... aku dipecat untuk kedua kalinya.” Elina merasa hidupnya penuh permainan seperti drama yang kerap sekali di tontonnya. “Tapi, kali ini aku keluar dengan cara terhormat.” Gadis tak akan menyesal dengan keputusan yang dibuat. “Kenapa kau memutuskan keluar dari sana?” Jenifer tahu pasti ada alasan dibalik keputusan Elina. Ia tak akan