Di sebuah kamar sederhana, dua orang gadis masih berkutat dengan selimut masing-masing. Kaki Jenifer berada di atas perut Elina. Tangan Elina, berada di atas d**a Jenifer. Jam terus saja berdetak, matahari mulai meninggi-masuk menerobos melalui celah-celah jendela. Bunyi alarm dari jam weker menunjukkan pukul enam pagi. Kedua gadis itu tak terusik sama sekali. Meninggalkan jam weker yang terus berbunyi, kini giliran ponsel milik Elina yang berdering. Gadis itu mengusap kedua matanya, mulai bangkit untuk mencari ponsel. “Ini masih pagi, siapa yang mengganggu tidurku.” Elina meraih ponsel yang ada di atas nakas, mengangkatnya tanpa melihat siapa si penelepon. “Halo,” sapa Elina masih dalam kondisi suara serak. Seseorang yang menghubungi gadis itu salah tingkah, dan mulai gugup. “Da