Elina keluar ruangan dengan wajah yang sangat kusut. Muka gadis itu sangat tak enak dipandang, terlebih lagi bebeapa debu menempel pada tubuhnya. Dari jauh, ia melihat Daniel yang berjalan menuju ke arahnya. Pria itu bersenandung ria, kesenangan akan suatu hal. Elina melambaikan tangan-memanggil nama Daniel dengan cukup keras. orang yang dipanggil langsung menatap ke arahnya. Gadis itupun lari mendekat, “Daniel, apakah benar barang-barangku sudah dipindah ke apartemennya?” Daniel mengangguk berulang kali, “Itu perintahnya, dan kemungkinan barangmu sudah sampai.” “Aku tak ingin tinggal dengannya,” kata Elina sambil membuang muka. “Kau tak punya pilihan lain, Elina. Semakin kau menolak, maka dia akan semakin menjeratmu dengan tali.” Daniel mengambil ponselnya, lalu menunjukkan foto yan